Sentimen
Negatif (100%)
3 Okt 2023 : 14.06
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Ford

Kab/Kota: Serang

Kasus: pengangguran

Tokoh Terkait

Di Serang Kanan-Kiri, Ekonomi AS Masih Saja Tumbuh Kencang

3 Okt 2023 : 14.06 Views 27

Keuangan News Keuangan News Jenis Media: Nasional

Di Serang Kanan-Kiri, Ekonomi AS Masih Saja Tumbuh Kencang

Ekonomi AS tampak menunjukan kekuatannya setelah rilis data final pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,1% yang belum direvisi pada kuartal terakhir. Sementara itu data tenaga kerja masih solid membuat ekonomi AS tampak masih ‘bersinar’. Ini menandakan bahwa The Fed tak akan ragu mengambil keputusan.

KNews.id  – Ekonomi Amerika Serikat (AS) masih melaju dengan cukup solid pada kuartal kedua ini meskipun ongkos pinjaman melonjak dan inflasi melaju kencang.

Ongkos pinjaman di Amerika melambung setelah bank bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengerek suku bunga hingga 525 bps sejak Maret 2020 menjadi 5,25-5,50%. Kenaikan sebesar 525 bps tersebut adalah yang tertinggi sejak 2007.
The Fed mengerek suku bunga secara agresif setelah inflasi AS melonjak hingga menembus level tertinggi selama 40 tahun  menjadi 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022.

Kendati suku bunga sudah melonjak, inflasi AS masih sulit melandai ke kisaran target The Fed di angka 2%. Inflasi AS bahkan kembali naik ke 3,7% (yoy) pada Agustus 2023, dari 3,0% pada Juli 2023.

Di tengah lonjakan inflasi AS dan suku bunga tinggi, ekonomi AS masih tumbuh tinggi.

Kendati demikian, risiko shutdown dan pemogokan yang terus berlanjut oleh para pekerja otomotif meredupkan prospek untuk sisa tahun 2023.

Inflasi juga tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat terus terjadi. Kondisi diperkirakan akan membuat The Fed  masih akan hawkish ke depan. Ongkos pinjaman pun bisa terancam naik dan ekonomi bisa tertekan.

Beberapa ekonom percaya ekonomi AS yang masih tangguh dikombinasikan dengan inflasi yang tinggi dapat memberikan amunisi bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga lagi pada November. Namun, pihak lain memperkirakan kondisi perekonomian yang suram akan membuat bank sentral AS enggan melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.

“Berita besarnya bukanlah tidak ada yang berubah, namun perekonomian tetap tangguh, inflasi tetap tinggi dan skenario terburuk The Fed, stagflasi, telah dapat dihindari untuk saat ini,” kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, Carolina Utara yang dikutip dari Reuters.

Produk Domestik Bruto (PDB)  tumbuh sebesar 2,1% (year on year/yoy).  Ekonomi berkembang dengan kecepatan yang jauh di atas apa yang diproyeksi The Fed yaitu sekitar 1,8%.
Ekonomi AS masih tumbung kencang meskipun sejak Maret 2022, bank sentral AS telah menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 525 basis poin ke kisaran saat ini 5,25%-5,50%.

Pemerintah juga merevisi data PDB tahun 2017. Gambaran perekonomian tidak banyak berubah dari tahun 2017 hingga 2022, dengan pertumbuhan PDB rata-rata tahunan sebesar 2,2%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,1%.

Revisi tersebut juga menunjukkan kinerja perekonomian jauh lebih baik jika diukur dari sisi pendapatan dibandingkan yang dilaporkan sebelumnya. Beberapa ekonom telah memanfaatkan kesenjangan antara PDB dan pendapatan domestik bruto untuk berpendapat bahwa perekonomian tidak sekuat yang ditunjukkan oleh data.

Masyarakat Amerika ternyata masih memiliki lebih banyak tabungan yang terkumpul selama pandemi  Covid-19 dibandingkan perkiraan sebelumnya dan laba perusahaan juga mengalami revisi naik. Maka, perkiraan pertumbuhan untuk kuartal Juli-September saat ini berada pada angka 4,9%.

Pada kuartal II-2023, konsumsi rumah tangga melandai ke 0,8% yang lebih rendah dari angka 1,7% yang dilaporkan sebelumnya. Pertumbuhan investasi direvisi naik ke atas di tengah meningkatnya aktivitas bisnis di pabrik-pabrik. Kondisi ini terjadi di tengah dorongan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk membawa kembali manufaktur semikonduktor ke Amerika Serikat.

Pada kuartal II-2023, rumah tangga AS menghabiskan lebih sedikit uang untuk keperluan utilitas dan pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor serta perabotan dan peralatan rumah tangga, pakaian dan alas kaki yang tahan lama dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Pasar Tenaga Kerja Yang Kuat

Pertikaian sengit di antara anggota Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS mengenai belanja negara dapat menyebabkan penutupan pemerintahan, sehingga melemahkan momentum pada kuartal keempat.

Ratusan ribu pekerja federal akan dirumahkan dan berbagai layanan, mulai dari pengawasan keuangan hingga penelitian medis, akan ditangguhkan jika Kongres tidak menyediakan dana untuk tahun fiskal baru yang dimulai pada 1 Oktober.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa penutupan tersebut akan mengurangi pertumbuhan PDB kuartal keempat sebesar dua persepuluh poin persentase untuk setiap minggunya, meskipun dampak per minggunya akan bergantung pada durasi penutupan tersebut.

“Terlepas dari durasinya, cuti pegawai federal harus mengurangi 0,15 poin persentase untuk setiap minggu selama ada penutupan,” tulis ekonom Goldman Sachs, Alec Phillips, dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

“Kami memperkirakan sektor swasta tidak langsung mencapai 0,05 poin persentase per minggu, namun kemungkinan akan lebih kecil jika terjadi penutupan jangka pendek, dan lebih besar jika penutupan berkepanjangan berlangsung beberapa minggu.” Tambahnya dalam catatan tersebut.

Dampak tambahan dari penutupan ini adalah pemogokan serikat pekerja United Auto Workers terhadap General Motors, Stellantis, dan Ford Motor (F.N), yang terlihat menekan produksi kendaraan bermotor dan sekaligus menaikkan harga mobil.

Ketika inflasi terus-menerus lebih tinggi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk makanan dan energi naik pada tingkat yang tidak berubah sebesar 3,7% pada kuartal kedua. Pemogokan tersebut, yang kini memasuki minggu kedua, telah menimbulkan dampak besar pada rantai pasokan.

Sebagai catatan, pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump terjadi government shutdown beberapa kali. Periode terlama dari penutupan pemerintahan di AS adalah pada Desember 2018 hingga Januari 2019, yang berlangsung selama 35 hari.

Pada masa itu, sebagian kegiatan pemerintahan di AS dihentikan dan ratusan ribu pegawai negerinya terpaksa diliburkan tanpa digaji. Defisit juga pernah mencapai puncaknya pada pemerintahan Presiden Barrack Obama tahun 2009. Menurut Congressional Budget Office (CBO), shutdown pada 2018 tersebut berdampak ke perekonomian sebab sekitar 800.000 tenaga kerja dirumahkan, kemudian belanja pemerintah federal juga menjadi tertunda.

Berdasarkan kalkulasi CBO, kerugian yang diderita AS sebesar US$ 11 miliar atau setara Rp 170,17 triliun (kurs Rp 15.470/US$). Dari kerugian tersebut, sebesar US$ 3 miliar atau Rp 46,41 triliun hilang permanen.

Di luar antisipasi dampak sementara dari penutupan dan pemogokan mobil, pasar tenaga kerja diperkirakan akan tetap ketat untuk beberapa waktu.

Laporan kedua dari Departemen Tenaga Kerja pada Kamis (29/9/2023) menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 2.000 menjadi 204.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 23 September. Klaim pengangguran jauh lebih kecil dibandingkan yang diproyeksi analis yakni 215.000.

Klaim pada bulan ini berada pada kisaran terendah yaitu 194,000-265,000 pada tahun 2023. Jumlah orang yang menerima manfaat setelah minggu pertama bantuan, yang merupakan ukuran perekrutan, meningkat 12,000 ke angka yang masih rendah yaitu 1,670 juta selama pekan yang berakhir pada September.

Klaim berkelanjutan mencakup periode ketika pemerintah melakukan survei rumah tangga untuk mengetahui tingkat pengangguran di bulan September. Klaim yang berkelanjutan menurun antara minggu survei bulan Agustus dan September. Tingkat pengangguran meningkat menjadi 3,8% di bulan Agustus dari 3,5% di bulan Juli.

Dengan ini, dapat kita lihat bahwa pasar kerja berada dalam kondisi yang baik. Peningkatan tingkat pengangguran pada bulan Agustus sepertinya bukan merupakan peringatan akan melemahnya perekonomian.  (Zs/CNBC)

Sentimen: negatif (100%)