Sentimen
Negatif (66%)
3 Okt 2023 : 03.01
Informasi Tambahan

Event: peristiwa G30S/PKI

Hewan: buaya, Ular

Kab/Kota: Kalibata, Cipayung, Lubang Buaya

Asal Usul Nama Lubang Buaya , Tempat PembuanganTujuh Pahlawan Revolusi

3 Okt 2023 : 10.01 Views 2

Keuangan News Keuangan News Jenis Media: Nasional

Asal Usul Nama Lubang Buaya , Tempat PembuanganTujuh Pahlawan Revolusi

KNews.id – Lubang buaya merupakan area yang menjadi tempat pembuangan tujuh jasad Pahlawan Revolusi saat peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Lubang Buaya terletak di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pada peristiwa G30S/PKI, ketujuh Pahlawan Revolusi diculik, dibunuh, dan dibuang di Lubang Buaya karena menjadi korban isu adanya Dewan Jenderal yang disebut ingin mengkudeta Presiden Sukarno.

Ada dua versi yang beredar di masyarakat terkait penamaan wilayah Lubang Buaya tersebut. Berikut dua versi asal-usul nama Lubang Buaya:

Kasubsi Bimbingan dan Informasi Monumen Pancasila Sakti Mayor Caj Edy Bawono mengatakan, tak jauh dari sumur pembuangan jasad 7 Pahlawan Revolusi, terdapat sebuah sungai yang bernama Sunter. Dahulunya, Sungai Sunter dikenal berbahaya karena banyak buaya yang berkeliaran di sana. Buaya tersebut sering membuat lubang untuk bersembunyi. Sehingga, wilayah tersebut dinamai Lubang Buaya. Penamaan Lubang Buaya dicetuskan oleh seorang sakti bernama Mbah Datuk Banjir Pangeran Syarif Hidayatullah yang hingga saat ini menjadi legenda. Keturunan kesembilan dari Datuk Banjir, Yanto Wijoyo mengatakan, leluhurnya itu melakukan perjalanan ke Jakarta pada abad ke-7.

Saat itu, Datuk Banjir melakukan perjalanan melalui Sungai Sunter dengan mengendarai kendaraan dari bambu yang disebut getek. Getek Datuk Banjir itu tersedot ke dalam lubang hingga menyentuh bagian dasar Sungai Sunter di tengah perjalanan. Namun, Datuk Banjir sendiri selamat karena tak ikut terseret ke lubang itu. Menurut Yanto, ini merupakan ulah ular dari penguasa gaib yang ada di sungai tersebut, yakni seekor buaya putih. Konon, buaya putih tersebut bernama Pangeran Gagak Jakalumayung.

Sang siluman memiliki anak bernama Mpok Nok. Ia berwujud buaya tanpa ekor, atau disebut buaya buntung. Datuk Banjir pun kemudian bertarung dengan kedua buaya sebelum bisa masuk ke kampung di wilayah itu. Datuk Banjir kemudian berhasil menaklukkan kedua buaya itu, kemudian ia mencetuskan nama Lubang Buaya yang mengacu pada kampung tersebut.

Sebanyak enam jenderal dan satu perwira TNI AD yang dibuang di sumur Lubang Buaya, adalah:

Jenderal Ahmad Yani Mayjen Raden Soeprapto Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono Mayjen Siswondo Parman Brigjen Donald Isaac Panjaitan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo Lettu Pierre Andreas Tendean.

Ketujuh jenazah jenderal tersebut baru ditemukan pada 3 Oktober di sebuah sumur tua dengan kedalaman sekitar 12 meter dengan diameter 0,75 meter. Dengan kondisi itu, membuat tim evakuasi sempat mengalami kesulitan karena keterbatasan alat.

Saat ditemukan, posisi jasad Pahlawan Revolusi di sumur tua tersebut bertumpuk dan baru berhasil dikeluarkan semuanya pada 4 Oktober 1965 dalam kondisi sulit dikenali. Kemudian tujuh Pahlawan Revolusi dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1965. Baca juga: Hari Kesaktian Pancasila, Tragedi G30S/PKI dan Hari Berkabung Nasional (Zs/Kmps)

Sentimen: negatif (66.6%)