Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pemilu 2014
Kab/Kota: Solo
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Cak Imin Respons Pernyataan Menag Pemimpin Mulut Manis: Omongan Buzzer
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Ketua Umum PKB sekaligus bacawapres 2024 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin merespons santai pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas yang menyebut jangan pilih pemimpin yang pandai bicara, bermulut manis dan berwajah tampan dalam pesta Pilpres 2024.
Cak Imin menilai pernyataan Menag Yaqut itu selayaknya omongan buzzer yang tidak pantas keluar dari mulut menteri.
“Itu omongan buzzer ha ha ha,” kata Cak Imin di Jakarta Pusat, Minggu (1/10).
Terpisah, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid menyentil Yaqut atas pernyataan tersebut. Menurutnya selaku Menag, ia tak sepatutnya menyampaikan demikian.
Seperti Cak Imin, ia menilai pernyataan Yaqut itu seperti omongan buzzer dan provokator.
“Buang-buang statement menurut saya, buang-buang omongan yang enggak perlu. Ini kan omongan pinggir jalan, omongan buzzer, omongan provokator yang seperti itu,” ujar Jazilul.
Jazilul meminta Yaqut berhati-hati dalam membuat pernyataan. Mengingat posisinya sebagai Menag.
Sebagai pejabat publik, seharusnya Yaqut turut serta menjaga suasana harmonis bukan justru memperkeruh dengan pernyataan yang tak diperlukan.
“Dia digaji oleh pajak negara untuk membuat suasana harmoni, bukan untuk mengeluarkan statement statement yang enggak perlu,” ucapnya.
Jazilul pun menyayangkan pernyataan Yaqut itu. Menurutnya, Menag bertanggung jawab atas kerukunan umat beragama. Namun, ia menilai pernyataan Yaqut itu justru mengarah pada politik pecah belah.
Yaqut sebelumnya mengajak untuk memilih pemimpin yang tak hanya pandai berbicara dan bermulut manis. Ia meminta agar publik mencermati betul rekam jejak para calon yang akan bertarung nanti.
Yaqut menyampaikan demikian dalam sambutannya saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jumat (29/9).
“Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau nggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya,” kata Yaqut.
Selain itu, ia mengingatkan agar tak memilih pemimpin yang menggunakan agama untuk kepentingan politik. Meski ia meyakini politik tak akan terlepas dari agama. Pada kesempatan itu, Yaqut juga mengungkit Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 serta Pemilu 2014 dan 2019 yang menurutnya menggunakan agama sebagai alat politik. Ia menilai hal itu merupakan sejarah yang tidak baik dalam politik Indonesia.
“Kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” tegas dia. (Zs/CNN)
Sentimen: positif (66.3%)