Jakarta, CNBC Indonesia - Executive Director, Treasury & Markets Bank DBS Indonesia, M.Suryo Mulyono menyebutkan bahwa DBS secara grup telah menyiapkan dana sebesar SGD 50 miliar atau setara Rp 500 triliun hingga 2024 untuk sustainable financing.

"Hingga 2022 pencapaian kami di sektor ini sudah mencapai SGD 61 miliar dan di Indonesia hingga 2023 pembiayaan hijau kami sudah menyalurkan Rp 5,5 triliun," jelas Suryo dalam Sustainable Future, Selasa (26/9/2023).

Selain itu, untuk mendukung pendanaan hijau, Suryo juga menjelaskan DBS Indonesia tidak menyalurkan pembiayaan pada sektor batu bara. Menurutnya, hingga 2039 portofolio batu bara hanya yang eksisting saja.

-

-

"Kami ingin garis bawahi transisinya, bagaimana dengan pelaku usaha yang sektor ramah lingkungan, dari brown ke green sector tidak mudah dan butuh proses transisi," jelas Suryo.

Oleh karena itu, DBS Indonesia mendukung berbagai upaya yang disiapkan dalam transisi energi ini. Apalagi tentu saja dalam perjalanannya ada berbagai tantangan.

"Kami di sini mendorong program pemerintah untuk transisi energi, kami jadi advisor salah satu instusi pemerintah, kita bantu dalam rencana pensiun dini pembangkit batu bara," tegas Suryo.

Suryo menjelaskan bahwa DBS memastikan semua portofolio perusahaan telah sejalan dengan transisi. Bahkan DBS Grup, sejak 2020 telah menerbitkan transition taxonomy, yang akan difokuskan pada sembilan sektor.

Sektor-sektor tersebut antara lain, otomotif, aviasi, kimia, makanan dan agribisnis, energi, dan steel shipping. Kesembilan sektor ini dipilih karena mencakup 30% portofolio DBS yang ditargetkan akan memberikan dampak yang luar biasa dan lebih cepat.

[-]

-

Polusi Udara Bikin Sakit, RI 'Tekor' Rp 10 Triliun per Tahun
(dpu/dpu)