Sentimen
Negatif (72%)
22 Sep 2023 : 05.34
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Penggilingan

Melonjaknya Harga Beras Diyakini Tidak Berpengaruh pada Tingkat Kemiskinan, Said Didu Justru Bilang Begini

22 Sep 2023 : 12.34 Views 3

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Melonjaknya Harga Beras Diyakini Tidak Berpengaruh pada Tingkat Kemiskinan, Said Didu Justru Bilang Begini

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Sekretaris BUMN Muhammad Said Didu, memberikan respons soal pernyataan Bappenas yang menyebut kenaikan harga beras tidak mempengaruhi tingkat kemiskinan.

"Izinkan saya mikir," ujar Said Didu dalam cuitan Twitternya (21/9/2023).

Dikatakan Said Didu, melonjaknya harga beras juga akan meningkatkan pengeluaran orang miskin.

"Dipastikan akan meningkatkan pengeluaran orang miskin dan dipastikan akan menaikkan inflasi dan kemiskinan," tukas Said Didu.

Alasannya masuk akal, Said Didu menyebut, sebagian besar pengeluaran rakyat miskin adalah untuk membeli beras.

"Karena sebagian besar pengeluaran rakyat miskin adalah utk beli beras," kuncinya.

Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan penyebab naiknya harga beras dalam beberapa bulan ini.

Suharso menjelaskan, saat ini dunia tengah menghadapi triple planetary crisis yang pangkalnya adalah perubahan iklim.

Sementara itu, Ombudsman Republik Indonesia (RI) mengungkapkan tiga penyebab utama yang menyebabkan harga beras di Indonesia menjadi mahal.

Menurut Ombudsman RI, kenaikan harga beras berkaitan dengan permasalahan iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.

Dalam hal permasalahan iklim, Ombudsman RI menjelaskan bahwa dampaknya terhadap kenaikan harga beras sebenarnya tidak begitu signifikan.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, iklim tidak memiliki dampak signifikan terhadap kenaikan harga beras.

Meskipun, kata dia, beberapa daerah mungkin mengalami penurunan produksi padi akibat iklim yang buruk, produksi masih dapat dipasok dari daerah lain yang tidak terpengaruh oleh perubahan iklim.

Sementara yang kedua dijelaskan Yeka, permasalahan di hulu, yang mencakup penurunan luas lahan pertanian, keterbatasan sarana produksi pertanian, permasalahan benih, dan subsidi pupuk.

Yeka menuturkan, sebagaimana tercatat pada Badan Pusat Statistik (BPS), setiap tahunnya terdapat penurunan sebanyak 200 ribu hektar luas lahan pertanian di Indonesia.

Faktor terakhir adalah permasalahan di hilir, yang meliputi naiknya komponen produksi seperti sewa lahan, pupuk, dan BBM.

Selain itu, permasalahan di hilir juga mencakup berkurangnya pasokan gabah dari petani, penutupan pabrik penggilingan padi kecil, penurunan produksi beras.

Bukan hanya itu, ada juga ketidakpastian atau keterlambatan dalam impor beras yang mengakibatkan pasokan beras menjadi tidak stabil.

(Muhsin/fajar)

Sentimen: negatif (72.7%)