Sentimen
Negatif (97%)
21 Sep 2023 : 19.37
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Penggilingan

Beber Alasan Harga Beras Mahal, Susi Pudjiastuti Sebut Karena Impor Berlebihan Dilakukan saat Panen

22 Sep 2023 : 02.37 Views 2

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Beber Alasan Harga Beras Mahal, Susi Pudjiastuti Sebut Karena Impor Berlebihan Dilakukan saat Panen

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, angkat suara soal penyebab harga beras mahal, penurunan lahan pertanian hingga kualitas benih di Indonesia.

Dikatakan Susi, adanya penurunan spirit petani dalam bercocok tanam tidak lepas dari harga yang selalu jatuh ketika masa panen.

"Penurunan spirit petani, menjadi petani juga salah satu sebab. Harga selalu jatuh pada saat panen," ujar Susi dalam cuitan Twitternya (19/9/2023).

Tambahnya, pemerintah kerap melakukan impor berlebihan. Dan, hal tersebut dilakukan saat musim panen bagi para petani.

"Karena impor berlebihan dan dilakukan saat panen. Petani selalu merugi," tandasnya.

Lebih lanjut kata Susi, iklim usaha pengusaha pertanian tidak mendapatkan dukungan karena dikuasai kuota imporbpara importir.

"Iklim usaha perorangan sebagai usaha atau pengusaha pertanian yang tidak mendukung karena pasar dikuasai kuota impor milik importir," imbuhnya.

Sebelumnya, Ombudsman Republik Indonesia (RI) mengungkapkan tiga penyebab utama yang menyebabkan harga beras di Indonesia menjadi mahal.

Menurut Ombudsman RI, kenaikan harga beras berkaitan dengan permasalahan iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.

Dalam hal permasalahan iklim, Ombudsman RI menjelaskan bahwa dampaknya terhadap kenaikan harga beras sebenarnya tidak begitu signifikan.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan, iklim tidak memiliki dampak signifikan terhadap kenaikan harga beras.

Meskipun, kata dia, beberapa daerah mungkin mengalami penurunan produksi padi akibat iklim yang buruk, produksi masih dapat dipasok dari daerah lain yang tidak terpengaruh oleh perubahan iklim.

Sementara yang kedua dijelaskan Yeka, permasalahan di hulu, yang mencakup penurunan luas lahan pertanian, keterbatasan sarana produksi pertanian, permasalahan benih, dan subsidi pupuk.

Yeka menuturkan, sebagaimana tercatat pada Badan Pusat Statistik (BPS), setiap tahunnya terdapat penurunan sebanyak 200 ribu hektar luas lahan pertanian di Indonesia.

Faktor terakhir adalah permasalahan di hilir, yang meliputi naiknya komponen produksi seperti sewa lahan, pupuk, dan BBM.

Selain itu, permasalahan di hilir juga mencakup berkurangnya pasokan gabah dari petani, penutupan pabrik penggilingan padi kecil, penurunan produksi beras.

Bukan hanya itu, ada juga ketidakpastian atau keterlambatan dalam impor beras yang mengakibatkan pasokan beras menjadi tidak stabil.

(Muhsin/fajar)

Sentimen: negatif (97%)