Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Beijing, Tiongkok, New York, Moskow, Shanghai
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Fakta Baru Perang Rusia-Ukraina, Rudal Zelensky Salah Sasaran
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia Ukraina masih terus terjadi. Sejumlah fakta baru terungkap, Rabu (20/9/2023).
Mulai dari salah sasarannya serangan Ukraina, hingga rencana pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ada pula ramalan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan soal bagaimana perang berakhir. Lalu, pertemuan para pejabat Ukraina dan Rusia di Majelis Umum PBB di New York.
Rudal Ukraina Salah Sasaran
New York Times memuat laporan mengejutkan Selasa. Ledakan mematikan di sebuah pasar yang sibuk di Kota Kostiantynivka, Ukraina timur bulan ini disebut disebabkan oleh rudal yang ditembakkan oleh pihak Ukraina sendiri.
"Bukti yang dikumpulkan dan dianalisis oleh The New York Times, termasuk pecahan rudal, citra satelit, laporan saksi, dan unggahan media sosial, secara kuat menunjukkan bahwa serangan dahsyat tersebut adalah akibat dari rudal pertahanan udara Ukraina yang ditembakkan oleh sistem peluncuran Buk," demikian menurut laporan surat kabar tersebut.
New York Times juga menyebutkan rekaman kamera keamanan. Di mana ditunjukan rudal tersebut terbang ke Kostiantynivka dari arah wilayah yang dikuasai Ukraina, bukan dari belakang garis Rusia.
Dikatakan bahwa beberapa menit sebelum serangan, Ukraina telah meluncurkan dua rudal permukaan-ke-udara ke arah garis depan dari kota Druzhkivka, 10 mil (16 km) barat laut Kostiantynivka. Media tersebut juga mengutip seorang saksi mata yang mengatakan rudal-rudal tersebut menuju ke arah Kostiantynivka.
"Lubang-lubang yang disebabkan oleh ledakan dan pecahan-pecahan di lokasi kejadian konsisten dengan rudal 9M38 yang ditembakkan oleh kendaraan antipesawat mobile Buk," muat media itu.
"Sistem Buk digunakan oleh Ukraina dan Rusia," tambahnya.
Sementara itu layanan pers dinas keamanan SBU Ukraina, tetap mengatakan bahwa menurut penyelidikan yang berlangsung, Rusia bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ini dikatakan melibatkan sistem rudal S-300 Rusia.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan keadaan tersebut sedang dipelajari. Ia menjanjikan kebenaran hukum akan terungkap.
"Publikasi laporan media asing menimbulkan keraguan tentang keterlibatan Rusia dalam serangan itu... menyebabkan berkembangnya teori konspirasi dan memerlukan pemeriksaan oleh otoritas investigasi," katanya.
"Kita tidak boleh lupa: Rusialah yang melancarkan invasi ke Ukraina dan Rusia-lah yang bertanggung jawab menimbulkan perang di negara kita," ujarnya.
Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menggambarkan ledakan 6 September sebagai serangan Ukraina terhadap kotanya sendiri. Ledakan itu telah menewaskan sedikitnya 16 orang.
Putin Bertemu Xi Jinping
Putin akan bertemu dengan Xi Jinping di Beijing Oktober mendatang. Undangan diberikan seiring dengan datangnya Menteri Luar Negeri China Wang Yi.
"Saya senang menerima undangan Ketua Republik Rakyat China untuk mengunjungi China pada bulan Oktober," kata Putin sebagaimana dimuat media Rusia, dikutip AFP.
Putin sendiri sebelumnya menerima kunjungan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un. Barat mengatakan ini terkait pembelin senjata Korut untuk memperykuat serangan Rusia ke Ukraina.
Rusia dan China sendiri sering memuji kemitraan "tanpa batas" keduanya termasuk kerja sama ekonomi dan militer mereka. Pada bulan Maret Tiongkok Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow, di mana ia dan Putin berupaya menunjukkan front persatuan melawan negara-negara Barat.
Erdogan Ramal Akhir Perang Rusia-Ukraina
Erdogan mengatakan konflik berupa perang antara Rusia dan Ukraina akan berlarut-larut dalam "waktu yang lama". Meski begitu, kata dia, Moskow sebenarnya merupakan salah satu pihak yang berupaya mengakhiri permusuhan sesegera mungkin.
Pernyataan tersebut disampaikan Erdogan dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi AS, PBS yang disiarkan awal pekan ini. Dia ditanya tentang pertemuan baru-baru ini dengan Putin dan apakah Putin percaya bahwa Moskow "memenangkan perang tersebut".
Erdogan mengatakan keduanya tidak membahas konflik tersebut dalam kaitannya dengan siapa yang menang. Namun, dia mengatakan bahwa Rusia sebenarnya sedang mencari penyelesaian cepat atas permusuhan yang telah berlangsung sejak Februari 2022.
"Sangat jelas bahwa perang ini akan berlangsung lama dan kami berharap perang dapat berakhir sesegera mungkin. Putin sebenarnya ingin mengakhiri perang ini secepat mungkin," kata Erdogan.
"Itulah yang (Putin) katakan. Dan saya percaya dengan ucapannya," tambahnya, sebagaimana dikutip Russia Today.
Erdogan menyatakan keraguannya bahwa Rusia akan "menarik diri" dari Krimea, dan mengungkapkan bahwa ia telah "berunding" dengan Putin pada 2014 mengenai masalah ini. Semenanjung ini memisahkan diri dari Kyiv setelah kudeta Maidan dan dimasukkan ke dalam Rusia setelah referendum.
"Saya tidak bisa memaksa mereka mundur dari Krimea. Saya pikir itu juga tidak mungkin dilakukan untuk saat ini. Saya pikir waktulah yang akan menjawabnya," kata Erdogan.
Selama perang berlangsung, para pejabat tinggi Ukraina telah berulang kali berjanji untuk mengusir pasukan Rusia dari seluruh wilayahnya. Selain Krimea, wilayah ini mencakup Kherson dan Zaporizhia, serta Donetsk dan Luhansk, yang semuanya dicaplok Rusia setelah referendum musim gugur lalu.
Moskow telah berulang kali memberi isyarat bahwa mereka menganggap masalah ini sudah selesai dan bahwa realitas teritorial baru harus diakui.
Zelensky Bertemu Tangan Kanan Putin
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy diyakini akan bertemu dengan tangan Putin, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Ini terkait sidang Majelis Umum PBB, yang saat ini digelar di New York, AS.
Zelensky diketahui sudah memberi pidato Selasa. Sementara Lavrov diperkirakan akan berbicara di depan forum 23 September.
"Saya tidak tahu bagaimana jadinya," kata Zelensky saat ditanya kemungkinan apakah akan mendengarkan pemaparan Lavrov atau tidak, kepada Associated Press (AP).
Lavrov sendiri datang terlambat. Setidaknya ada 20 agenda yang akan ia hadiri termasuk pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
"Menteri Luar Negeri Rusia akan mengambil bagian dalam sejumlah acara multilateral, termasuk yang diselenggarakan oleh Dewan Keamanan PBB, BRICS, CSTO (Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, sebuah aliansi militer antar pemerintah di Eurasia) ... termasuk dalam SCO (Organisasi Kerja Sama Shanghai)," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sementara itu, saat berpidato di PBB, Zelensky memohon kepada para pemimpin dunia yuntuk bersatu melawan invasi Rusia. Ia mengatakan Rusia harus dipukul mundur sehingga dunia dapat beralih ke penyelesaian tantangan global yang mendesak.
"Ukraina melakukan segalanya untuk memastikan bahwa setelah agresi Rusia, tidak ada seorang pun di dunia yang berani menyerang negara mana pun," katanya seperti dikutip Reuters.
"Persenjataan harus dibatasi, kejahatan perang harus dihukum, orang-orang yang dideportasi harus kembali ke rumah mereka dan penjajah harus kembali ke tanah mereka sendiri," tambahnya.
"Kita harus bersatu untuk mewujudkannya dan kita akan mewujudkannya," tegasnya lagi.
Dalam pidatonya, Zelensky menuduh Rusia memanipulasi pasar pangan global. Ini untuk mencari pengakuan internasional atas kepemilikan tanah yang direbutnya dari Kyiv.
[-]
-
Putin Ngamuk! Hujan Rudal Hantam Kampung Zelensky, 10 Tewas(sef/sef)
Sentimen: negatif (100%)