Sentimen
Positif (88%)
14 Sep 2023 : 06.30
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Pyongyang, Moskow

Partai Terkait

Pertemuan Bersejarah, Vladimir Putin dan Kim Jong Un Diskusikan Kemungkinan Kerja Sama Militer

14 Sep 2023 : 06.30 Views 3

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

Pertemuan Bersejarah, Vladimir Putin dan Kim Jong Un Diskusikan Kemungkinan Kerja Sama Militer

Media pemerintah Rusia melaporkan setelah pembicaraan berakhir di pusat ruang angkasa Vostochny, Kim memulai perjalanan panjangnya pulang dengan kereta lapis baja pribadinya.

Berbicara pada Rabu (13/9/2023), Putin mengatakan pasangan tersebut mendiskusikan “kemungkinan” untuk kerja sama militer.

Moskow telah mengindikasikan akan membantu Pyongyang mengembangkan satelit sebagai imbalannya.

Kedua belah pihak membantah klaim Amerika Serikat (AS) bahwa perundingan tersebut bertujuan untuk membeli senjata guna mendukung perang Rusia melawan Ukraina.

Selain teknologi luar angkasa yang canggih, Kim juga diduga meminta bantuan makanan sebagai imbalannya.

Pertemuan antara dua rezim yang terkena sanksi, termasuk pejabat senior dari kedua belah pihak, terjadi pada saat hubungan mereka dengan Barat berada pada titik terendah.

Kunjungan penting ini membuat Kim, yang melakukan perjalanan selama dua hari ke timur jauh Rusia, diterima dengan hangat oleh Putin. Rekaman media pemerintah Rusia menunjukkan kedua pemimpin tersebut tersenyum lebar saat mereka berjabat tangan, sebelum Putin secara pribadi mengantar Kim mengelilingi pusat ruang angkasa Vostochny.

Mengutip hubungan historis antara Uni Soviet dan Korea Utara, Putin menyambut rekannya dengan pepatah Rusia, "seorang teman lama lebih baik daripada dua teman baru".

Media Rusia melaporkan, ketika ditanya apakah Rusia akan membantu Korea Utara membangun satelit, Putin mengatakan, ‘inilah alasan kami datang ke Kosmodrom Vostochny’.

Awal tahun ini Korea Utara dua kali mencoba, dan gagal, meluncurkan satelit mata-mata. Pyongyang telah berjanji untuk mengembangkan sistem ini untuk meningkatkan kemampuan pengawasan militernya.

Sementara itu, Kim tampak menyatakan dukungannya terhadap perang Putin di Ukraina.

“Rusia telah melakukan perjuangan suci untuk melindungi kedaulatan dan keamanannya melawan kekuatan hegemoni Barat”, kata Kim kepada Putin.

“Kami akan selalu mendukung keputusan Presiden Putin dan kepemimpinan Rusia dan kami akan bersama-sama berperang melawan imperialisme.” Lanjutnya.

Pada Selasa (12/9/2023), juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menegaskan kembali bahwa setiap transfer senjata antara kedua negara akan melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menjadi "tanda keputusasaan yang dialami pemerintah Rusia" di tengah perang Ukraina.

Kkami tidak akan ragu mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban mereka jika diperlukan,” terangnya.

Kremlin sebelumnya mengatakan kepentingan Rusia dan Korea Utara penting bagi mereka, “dan bukan peringatan dari Washington”.

Namun Rusia telah menandatangani resolusi-resolusi PBB tersebut, dan Putin merujuk pada hal ini setelah pertemuan puncak, dengan mengatakan bahwa ada “batas-batas tertentu” dalam kerja sama militer.

Pertemuan tersebut menandai perjalanan pertama Kim ke luar negeri sejak 2019. Terakhir kali ia melakukan perjalanan ke luar Korea Utara juga untuk bertemu dengan Putin setelah gagalnya perundingan perlucutan senjata nuklir Korea Utara dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump.

Banyak yang mengira dia akan berangkat ke Vladivostok tempat Putin menghadiri forum ekonomi, namun kereta malah melaju ke utara menuju Vostochny. Pada Rabu (13/9/2023) pagi, ketika Kim mendekati tujuannya, Korea Utara menembakkan dua rudal jarak pendek ke laut lepas pantai timurnya, yang terbaru dari serangkaian uji coba senjata yang dilarang.

Pemimpin Korea Utara tersebut diperkirakan akan singgah di beberapa pabrik dan di Vladivostok dalam perjalanan pulang.

Pertemuan Kim dan Putin terjadi setelah kunjungan delegasi Rusia ke Korea Utara pada Juli, di mana Kim memamerkan rudal Pyongyang, termasuk rudal balistik antarbenua Hwasong, kepada Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.

Para ahli mengatakan Moskow tertarik pada senjata Korea Utara karena kompatibilitasnya dengan sistem senjata Rusia.

Valeriy Akimenko, pakar militer Rusia di Pusat Penelitian Studi Konfli, mengatakan mereka sangat tertarik pada peluru artileri dan senjata karena artileri adalah "dewa yang dipuja Rusia" di medan perang.

Akimenko mengatakan senjata Korea Utara dapat bertindak "sebagai tindakan sementara" saat Rusia berjuang untuk meningkatkan produksinya.

Kim Dong-yup, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara, mengatakan Pyongyang kemungkinan besar akan berkewajiban menyediakan peluru dan “jenis rudal yang lebih tua lagi”.

Yang Uk, peneliti di Asian Institute for Policy Studies, mengatakan ada kemungkinan juga bahwa senjata baru seperti rudal balistik jarak pendek dapat dipasok, seperti roket “super besar” KN-25.

Beberapa analis percaya bahwa Korea Utara mungkin memiliki persediaan senjata dalam jumlah besar karena negara tersebut belum pernah berperang sejak Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1953, namun ada juga yang percaya bahwa Pyongyang mungkin enggan untuk menyerahkan terlalu banyak senjata karena relatif kekurangan sumber daya.

Namun para pengamat percaya bahwa senjata Korea Utara hanya akan memberikan dorongan jangka pendek terhadap upaya perang Moskow. Mereka mengatakan Moskow, dengan amunisi yang sangat terbatas, mengandalkan persediaan peluru artileri yang lebih tua dan tidak dapat diandalkan.

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Sentimen: positif (88.9%)