Jaga Iklim Kondusif, Kampanye Negatif Mesti Dipelototi
8 Sep 2023 : 03.45
Views 2
Medcom.id Jenis Media: News
Jakarta: Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) konsisten menjaga iklim usaha di Indonesia tetap kondusif. Konsistensi itu ditunjukkan dengan menyoroti kampanye negatif terkait persaingan usaha.
Salah satu kampanye yang disorot yakni mengenai BPA galon isi ulang. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur, mengatakan isu tersebut meresahkan konsumen, dan pemerintah mesti bertindak.
“Pemerintah harus menyikapi masalah ini dengan segera memberikan teguran kepada semua pihak yang dengan sengaja menggiring isu yang sangat meresahkan konsumen ini,” ujar Deswin dalam keterangan yang dikutip Rabu, 6 September 2023.
Menurut dia, isu tersebut cenderung mengarah ke persaingan usaha. Hal tersebut, kata dia, mengarah pada strategi pemasaran dan persaingan usaha yang tidak sehat.
“Kami menilai isu ini telah mengarah pada manipulasi persaingan yang berdampak pada konsumen dan justru menguntungkan pelaku usaha tertentu,” ujar Deswin.
Dia mengatakan model kampanye yang digunakan merupakan bagian dari teori permainan tanpa kerja sama. Strategi itu dikenal dalam ekonomi persaingan usaha.
“Melalui strategi ini perhatian konsumen akan diperoleh,” kata dia.
Komisioner KPPU Chandra Setiawan sempat menyinggung soal itu itu sebagai upaya pelabelan produk air minum yang mengarah pada diskriminasi. Hal itu, kata dia, jelas dilarang dalam hukum persaingan usaha.
“Sebabnya, 99,9 persen industri ini menggunakan galon tersebut, hanya satu yang menggunakan galon sekali pakai,” katanya.
Isu mengenai bahaya BPA galon guna ulang ini pertama kali digulirkan pada 2020 oleh lembaga masyarakat yang menamakan dirinya JPKL. Lembaga ini mendesak agar pelabelan BPA dilakukan terhadap kemasan galon guna ulang dengan dalih galon ini tidak baik untuk kesehatan anak-anak. Sayangnya, tak ada satu bukti yang bisa ditunjukkan lembaga ini terkait bahaya kesehatan yang diakibatkan kemasan galon guna ulang itu.
Co-founder Indonesian Antihoax Education Volunteers (REDAXI), Astari Yanuarti, menduga ada penggerakan pihak-pihak dalam isu ini. Termasuk, dugaan motif komersial di balik hal tersebut.
“Penyebaran hoaks itu tidak hanya dilakukan oleh buzzer, tapi semua orang bisa menjadi penyebar hoaks secara sadar maupun tidak. Motifnya beraneka rupa, ada yang karena uang, ideologi, kesehatan, kepedulian, politik, dan emosional,” katanya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Salah satu kampanye yang disorot yakni mengenai BPA galon isi ulang. Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU Deswin Nur, mengatakan isu tersebut meresahkan konsumen, dan pemerintah mesti bertindak.
“Pemerintah harus menyikapi masalah ini dengan segera memberikan teguran kepada semua pihak yang dengan sengaja menggiring isu yang sangat meresahkan konsumen ini,” ujar Deswin dalam keterangan yang dikutip Rabu, 6 September 2023.
-?
- - - -Menurut dia, isu tersebut cenderung mengarah ke persaingan usaha. Hal tersebut, kata dia, mengarah pada strategi pemasaran dan persaingan usaha yang tidak sehat.
“Kami menilai isu ini telah mengarah pada manipulasi persaingan yang berdampak pada konsumen dan justru menguntungkan pelaku usaha tertentu,” ujar Deswin.
Dia mengatakan model kampanye yang digunakan merupakan bagian dari teori permainan tanpa kerja sama. Strategi itu dikenal dalam ekonomi persaingan usaha.
“Melalui strategi ini perhatian konsumen akan diperoleh,” kata dia.
Komisioner KPPU Chandra Setiawan sempat menyinggung soal itu itu sebagai upaya pelabelan produk air minum yang mengarah pada diskriminasi. Hal itu, kata dia, jelas dilarang dalam hukum persaingan usaha.
“Sebabnya, 99,9 persen industri ini menggunakan galon tersebut, hanya satu yang menggunakan galon sekali pakai,” katanya.
Isu mengenai bahaya BPA galon guna ulang ini pertama kali digulirkan pada 2020 oleh lembaga masyarakat yang menamakan dirinya JPKL. Lembaga ini mendesak agar pelabelan BPA dilakukan terhadap kemasan galon guna ulang dengan dalih galon ini tidak baik untuk kesehatan anak-anak. Sayangnya, tak ada satu bukti yang bisa ditunjukkan lembaga ini terkait bahaya kesehatan yang diakibatkan kemasan galon guna ulang itu.
Co-founder Indonesian Antihoax Education Volunteers (REDAXI), Astari Yanuarti, menduga ada penggerakan pihak-pihak dalam isu ini. Termasuk, dugaan motif komersial di balik hal tersebut.
“Penyebaran hoaks itu tidak hanya dilakukan oleh buzzer, tapi semua orang bisa menjadi penyebar hoaks secara sadar maupun tidak. Motifnya beraneka rupa, ada yang karena uang, ideologi, kesehatan, kepedulian, politik, dan emosional,” katanya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
(ABK)
Sentimen: negatif (100%)