Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina
Kab/Kota: Sleman, Bantul
Tokoh Terkait
Produsen Bersedia Suplai Etanol untuk BBM Asal Harga Beli Sesuai Keekonomian
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, JOGJA— PT Pertamina (Persero) tengah mengkaji untuk mencampur BBM Subsidi RON 90 atau Pertalite dengan etanol 7% menjadi RON 92 atau Pertamax Green 92 tahun depan. Kajian ini masih bersifat internal dan belum diputuskan.
Menanggapi hal ini Kepala Pabrik Spiritus/Alkohol PT Madubaru, Pabrik Gula Pabrik Spiritus (PGPS) Madukismo, Iwantara mengaku bersedia jika harus mensuplai etanol untuk BBM. Asal harga yang ditawarkan Pertamina masuk secara keekonomian.
Dia menjelaskan tetes tebu yang saat ini diproduksi menjadi etanol kadar alkoholnya 95-96%. Etanol dengan kadar 95-96% digunakan untuk kebutuhan farmasi, kosmetik, antiseptik, dan lainnya. Sementara untuk kebutuhan BBM kadarnya harus dinaikkan menjadi 99,5%.
Etanol 95-95% dijual dengan harga kisaran Rp13.000-14.000 per liter. Sementara dari Pertamina membelinya dengan harga Rp11.000, yang artinya tidak masuk secara keekonomian. Apalagi untuk menghilangkan kadar air menjadi 99,5% dibutuhkan biaya yang lebih.
"Saat ini Rp11.000-an sama Pertamina, jadi bagi industri etanol rugi. Iya [gak nutup] secara keekonomian gak masuk," ucapnya ditemui di Pabrik Gula Madukismo, Kasihan, Bantul, Kamis, (31/8/2023).
BACA JUGA: UU Keistimewaan DIY Harus Terus Dirawat
Saat ini perusahaannya memproduksi etanol sekitar 4-5 juta liter per tahun. Tapi belum mensuplai untuk kebutuhan BBM. Sejauh ini juga belum ada ajakan Pertamina untuk ke arah sana.
"Kami lewat distributor industri farmasi, kosmetik, antiseptik, desinfektan. Belum [untuk BBM]. Kalau harga keekonomian masuk kami mau. Saat ini belum ada [ajakan Pertamina]," ungkapnya.
Iwantara mengatakan pemanfaatan etanol untuk BBM telah sukses dijalankan di Brazil dan Thailand. Sebab mereka tidak menggantungkan etanol pada harga minyak dunia. Tujuan utamanya adalah mencapai ketahanan energi.
"Jadi saat harga minyak turun, bioetanol tinggi, disubsidi oleh pemerintah. Saat ini yang sudah uji coba di Jawa Timur oleh pabrik Enero [PT Energi Agro Nusantara]," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, untuk program Biosolar bisa berjalan sampai saat ini sebab basicnya adalah sawit. Selisih harga disubsidi oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Biosolar kan itu harga keekonomiannya di Rp9.300-an apa berapa itu, dijual Rp6.700, selisihnya ini subsidi dengan dana BPDPKS, karena solar basicnya CPO [Crude Palm Oil]. Setiap ekspor kan dipungut biaya untuk BPDPKS."
Wakil Kepala Pabrik Spiritus/Alkohol PT Madubaru, Pabrik Gula Pabrik Spiritus (PGPS) Madukismo, Suhadi menyampaikan jika Pertamina punya program Pertamax Green 92 maka perlu dilakukan persiapan. Sebab produksi etanol pabriknya berbeda.
Sejak awal menurutnya pabriknya telah mensetting produksi etanol untuk pasar reguler dengan kadar 95-96%. Wacana tentang pemanfaatan etanol untuk BBM sudah beberapa kali mengemuka. Sehingga di tahun 2015/2016 pernah melakukan investasi untuk menyambut rencana tersebut.
"Kami sudah mampu buat, kami sudah punya alatnya, tetapi kalau dari segi harga belum masuk ya kami masih belum. Kami lebih mementingkan pasar reguler," ucapnya.
BACA JUGA: Ajak Masyarakat Cegah Penyakit Stroke, RSUD Sleman Gelar Sosialisasi di Mlati
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kajian Pertamax Green 92 dilakukan untuk menghasilkan kualitas BBM yang lebih baik, karena bahan bakar dengan kadar oktan yang lebih tinggi tentu akan semakin ramah lingkungan.
"Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik, sehingga untuk mesin juga lebih baik, sehingga emisi juga bisa menurun. Namun ini baru usulan sehingga tidak untuk menjadi perdebatan," ucapnya dalam keterangan resminya, Kamis (31/8/2023).
Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini masih merupakan kajian internal di Pertamina. Untuk implementasinya, akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (98.5%)