Kejutan di Koalisi (Mendadak) Perubahan

2 Sep 2023 : 11.52 Views 3

TVOneNews.com TVOneNews.com Jenis Media: News

Kejutan di Koalisi (Mendadak) Perubahan

Jakarta, tvOnenews.com - Padahal Demokrat Haqul yakin Anies Baswedan sejatinya telah memilih Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon wakil presidennya.

Dalam siaran pers Demokrat yang diterima di Jakarta, Kamis kemarin, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengatakan bahwa Anies menghubungi AHY pada 12 Juni 2023 untuk menyampaikan keinginannya itu.

"Capres Anies menghubungi pada 12 Juni 2023 dan mengatakan kepada Ketum AHY, 'Saya ditelepon beberapa kali oleh Ibu saya dan guru spiritual saya, agar segera berpasangan dengan capres-cawapres Anies-AHY'," kata Teuku.

Kemudian, sambung Teuku, Anies memutuskan untuk memilih AHY sebagai cawapresnya pada 14 Juni 2023. Nama AHY pun telah disampaikan kepada para ketum dan majelis tertinggi partai koalisi.

"Dalam hal ini, langsung kepada Surya Paloh (Ketum NasDem), Salim Segaf Al Jufri (Ketua Majelis Syuro PKS) dan Ahmad Syaikhu (Presiden PKS), serta kepada AHY dan Susilo Bambang Yudhoyono dalam kapasitasnya sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat," imbuhnya.

Menurut Anies, kata Teuku, para pimpinan partai politik itu tidak ada penolakan. Anies pun, sambung dia, menyampaikan beberapa alasan mengapa memilih AHY sebagai cawapres.

Alasan tersebut adalah karena AHY memenuhi seluruh syarat dan kriteria yang ditentukan dalam Piagam KPP; AHY juga dinilai Anies memiliki keberanian dan bersedia menempuh risiko untuk menjadi pendampingnya, meski ketika itu Demokrat terancam diambil alih Moeldoko melalui peninjauan kembali (PK) di Mahkamah Agung.

"Anies melihat syarat keberanian itu sebagai syarat ke-0 yang tidak dimiliki oleh kandidat cawapres lainnya. Pernyataan soal syarat ke-0 ini juga telah disampaikan kepada publik," kata Teuku.

Setelah penetapan cawapres, jajaran KPP utamanya PKS, Demokrat, dan Tim 8 sepakat untuk segera mendeklarasikan sahnya dan terbentuknya Koalisi Perubahan untuk Persatuan, termasuk penetapan capres dan cawapres yang hendak diusung.

"Atas harapan dan desakan masyarakat agar Koalisi Perubahan segera dideklarasikan, capres Anies dan Tim 8 telah merencanakan beberapa kali waktu deklarasi. Namun, rencana deklarasi itu tidak pernah terwujud," kata Sekjen Demokrat itu.

Namun kini Koalisi Perubahan mendadak berubah haluan. Anies (yang disebut dipaksa Surya Paloh) telah memilih Cak Imin sebagai pendampingnya di Pilpres nanti. Pasangan Anies-Cak Imin yang disingkat AMIN ini akan dideklarasikan Sabtu (2/9/2023) siang di Surabaya.

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun mengungkapkan kekecewannya. SBY menyebut langkah Partai NasDem dan Anies Baswedan kepada Koalisi Perubahan untuk Persatuan adalah sangat kasar dan tidak patut, terutama dalam kaidah moral dan etika politik.

SBY mengaku memahami bahwa dunia politik memang penuh strategi, taktik, dan siasat. Namun, selama pengalamannya dua kali bertarung pada pemilihan presiden (pilpres), dia tidak pernah menemukan sikap kasar seperti yang dilakukan Partai NasDem dan Anies.

"Saya mengerti, kita semua mengerti, politik itu memang penuh siasat, penuh taktik, dan caranya banyak; tetapi saya tidak menyangka kalau tindakan itu sejauh ini, menurut saya, melebihi batas kepatutan moral dan etika dalam politik. Ya, kasar, kalau bisa menggunakan istilah dalam Bahasa Inggris it is really ugly," kata SBY saat menyampaikan arahan dalam Sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Oleh karena itu, dia pun mengingatkan para pengurus Partai Demokrat agar tidak menempuh cara-cara yang tidak patut, tidak sesuai etika, dan tidak bermoral dalam berpolitik.

SBY juga mengungkapkan percakapannya dengan sejumlah rekan-rekan terdekatnya yang sempat mempertanyakan keputusan Partai Demokrat bergabung dengan Koalisi Perubahan mendukung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) untuk Pilpres 2024.

"Sebenarnya, beberapa teman sudah mengingatkan saya agak lama, baik dari kalangan kader Demokrat maupun dari luar Demokrat. Begini, Pak SBY benar-benar percaya kepada orang itu, atau kepada orang-orang itu? Saya jawab dengan praduga yang baik, dengan prasangka yang baik, saya percaya. Silakan saja dilihat nanti, yang penting saya sudah mengingatkan," kata SBY menirukan pendapat teman-teman di lingkaran dekatnya.

SBY menyebut ada lebih dari seorang yang mengingatkan dirinya untuk mempertimbangkan kembali keputusan Partai Demokrat ikut mendukung Anies dan bergabung dalam Koalisi Perubahan.

"Anggaplah kami salah kali ini, tetapi kami belajar. Mudah-mudahan kami tidak salah lagi ke depan dan mudah-mudahan dengan izin Allah dan ikhtiar kami, kami juga tidak kalah nantinya," kata SBY.

Menggaet Suara Nahdhiyin

Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti sudah menduga, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak akan jadi pendamping Anies Baswedan, jika sampai pertengahan bulan Juli 2023 eks Gubernur DKI itu tak umumkan nama cawapresnya.

"Kalau di Anies Baswedan saya tidak tahu, tapi saya punya keyakinan, istilah saya begini, kalau sampai pertengahan Juli (2023) tidak ada juga pengumuman Anies terhadap siapa wakil presidennya. Besar kemungkinan itu bukan AHY sebagai calon wakil presiden (pendamping Anies). Artinya AHY tinggal mendukung ya kan," katanya kepada tvOnenews.

Menurutnya, Anies memang sedang mengincar cawapresnya dari kalangan Nahdhiyin. Beberapa nama, sebelumnya, gencar disebutkan. Dari Khofifah, Mahfudz dan terakhir adalah Yenni Wahid. Tak mendapat respon dari 3 tokoh itu, Anies akhirnya menggaet Cak Imin. 

"Mengapa tokoh Nahdhiyin? Jawabannya meraup suara di basis NU. Dan itu ada di Jawa Timur atau Jawa Tengah. 2. Menurunkan kadar pandangan Anies sebagai perpanjangan tangan kelompol Islam politik. Sesuatu yang terjadi begitu mesra di kala pilkada DKI Jakarta, 2017 lalu," katanya. 

Lalu, mengapa PKB tetap memilih berkoalisi dengan Anies? Soal ini adalah guna mewujudkan bahwa ketum PKB di bawah Cak Imin pernah jadi cawapres. Satu tempat yang sulit dijangkau paska PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin. Dan dalam skala mikro memenuhi mimpi Cak Imin untuk dapat jadi capres, atau minimal cawapres. 

"Mimpi yang telah digaungkannya sejak PKB di bawah kepemimpinannya. Jadi, ini bukan soal menang atau kalah. Menang pilpres adalah bonus. Bahwa jadi cawapres itu saja sudah merupakan langkah maju bagi PKB," ucapnya. (ebs)


 

Sentimen: positif (99.5%)