Sentimen
Positif (93%)
25 Agu 2023 : 15.14

Media Asing Soroti Ancaman 'Malapetaka' di Papua, Ada Apa?

25 Agu 2023 : 15.14 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Media Asing Soroti Ancaman 'Malapetaka' di Papua, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pola cuaca El Nino pada tahun ini telah menjadi momok serius bagi wilayah Asia Tenggara. Di Indonesia, fenomena ini bahkan bisa membuat salju abadi yang ada di Pegunungan Jayawijaya mencair.

Menurut BMKG, 'salju abadi' Puncak Jaya terus mengalami pencairan akibat dampak perubahan iklim, terutama pada 2015-2016, saat El Nino kuat melanda Indonesia, yang memicu suhu permukaan jadi lebih hangat. Akibatnya, gletser di Puncak Jaya mencair hingga 5 meter per tahun.

"Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023).

-

-

Hal ini pun menjadi sorotan sejumlah media asing. Reuters, misalnya, merangkum ancaman tersebut dalam tulisan berjudul El Nino could doom Indonesia's rare tropical glaciers by 2026.

Mengutip pakar klimatologi BMKG yang juga memimpin Studi Dampak Perubahan Iklim pada Gletser di Puncak Jaya Donaldi Sukma Permana, gletser di Indonesia terancam hilang dengan sangat cepat.

"Gletser mungkin akan hilang sebelum tahun 2026, atau bahkan lebih cepat, dan El Nino dapat mempercepat proses pencairannya," kata Donaldi, merujuk pada apa yang disebut sebagai 'Gletser Keabadian'.

Gletser, yang menurutnya merupakan salah satu dari sedikit gletser yang tersisa di daerah tropis, adalah Piramida Carstensz setinggi 4.884 m (16.000 kaki) dan East Northwall Firn, yang tingginya 4.700 m (15.420 kaki), di pegunungan Jayawijaya di wilayah paling timur Papua.

Gletser telah menipis secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Donaldi, menjadi 8 meter (26 kaki) pada tahun 2021 dari 32 m (105 kaki) pada tahun 2010, sementara luas totalnya turun menjadi 0,23 kilometer persegi pada tahun 2022, dari 2,4 kilometer persegi. di 2000.

Namun tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan ini, katanya, seraya menambahkan bahwa peristiwa tersebut dapat mengganggu ekosistem regional dan memicu kenaikan permukaan laut global dalam satu dekade.

"Kami sekarang dapat mendokumentasikan kepunahan gletser," tambah Donaldi. "Setidaknya kita bisa memberi tahu generasi mendatang bahwa kita dulu punya gletser."

Media Arab Saudi, Arab News, juga menyoroti hal yang sama. Dalam tulisan berjudul Melting faster than ever, Indonesia's little-known glacier may disappear by 2025, media tersebut menyebut "gletser yang jarang diketahui di Indonesia" mungkin akan hilang pada awal 2025.

"Salju di Puncak Jaya akan segera hilang. Hal ini terjadi karena pemanasan global. Karena suhu di puncak telah meningkat, maka salju tidak dapat lagi dipadatkan menjadi gletser," tutur Dodo Gunawan, Kepala Departemen Perubahan Iklim BMKG, kepada Arab News.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, gletser tropis merupakan indikator dan pencatat perubahan iklim yang sangat sensitif.

Media asal Malaysia, The Star, juga menyoroti hal yang sama. Dalam tulisan berjudul Papua mountain to lose 'everlasting' snow by 2025, yang juga mengutip sumber dari BMKG, menyebut puncak paling tinggi, dan terkenal di Indonesia akan segera kehilangan saljunya.


[-]

-

Siap-siap RI Panas Mendidih, Ini Kata Menteri Jokowi
(luc/luc)

Sentimen: positif (93.9%)