Sentimen
Positif (98%)
23 Agu 2023 : 04.50
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung

Horor Baru Efek El Nino di RI, Salju Abadi Punah Lebih Cepat

23 Agu 2023 : 04.50 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Horor Baru Efek El Nino di RI, Salju Abadi Punah Lebih Cepat

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, salju abadi di Puncak Jaya, Pegunungan Cartenz, Papua terus mengalami pencairan. Diduga, pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang terjadi di seluruh dunia jadi penyebab terus mencairnya salju abadi tersebut.

Kondisi ini bisa diperparah fenomena El Nino yang kembali menghantam Indonesia saat ini.

Seperti diketahui, El Nino merupakan fenomena iklim yang bisa memicu kekeringan lebih ekstrem dan suhu lebih tinggi di saat musim kemarau. BMKG memprediksi, El Nino akan mencapai puncaknya di Indonesia pada bulan Agustus-September 2023.

-

-

Mengutip situs resmi BMKG, pencairan gletser di Puncak Jaya setiap tahunnya sangat masif terjadi. Demikian berdasarkan hasil riset analisis paleoklimat berdasarkan inti es yang dilakukan oleh BMKG bersama Ohio State University, Amerika Serikat.

Pada tahun 2010 ketika riset ini dimulai, dilaporkan ketebalan es mencapai 32 meter.

Namun, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, hingga tahun 2015, terjadi penurunan ketebalan es dengan laju mencapai satu meter per tahun.

Kondisi kian buruk tatkala pada tahun 2015-2016, Indonesia dilanda fenomena El Nino kuat. Di mana suhu permukaan menjadi lebih hangat.

Akibatnya, gletser di Puncak Jaya mencair hingga lima meter per tahun.

"Dalam beberapa dekade terakhir dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi di Puncak Jaya," kata Dwikorita Karnawati, dikutip Selasa (22/8/2023).

Disebutkan, sepanjang tahun 2015-2022, laju penurunan es terus terjadi dan seakan tidak terhenti.

BMKG mencatat, pada periode tersebut ketebalan es mencair sebanyak 2,5 meter per tahun. Dan diperkirakan, ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter.

Foto: Salju Gunung Jaya Wiijaya kian menipis. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)
Salju Gunung Jaya Wiijaya kian menipis. (Tangkapan Layar Youtube Info BMKG)


Menurut BMKG, tutupan es pada tahun 2022 adalah 0,23 km2 atau turun sekitar 15% dari luasan pada bulan Juli tahun 2021 yang tercatat sebesar 0,27 km2.

"Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi untuk mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya," kata Dwikorita.

Jika terjadi, kepunahan salju abadi di Puncak Jaya akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.

"Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam. Dampak lain dari mencairnya es di Puncak Jaya adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global," sebutnya.

"Penting bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya dalam menjaga lingkungan. Upaya mitigasi perubahan iklim sudah sepatutnya menjadi fokus dari seluruh aksi yang dilakukan," kata Dwikorita.

Dia meminta semua pihak bekerja sama melakukan aksi nyata dan memitigasi perubahan iklim yang terjadi di dunia, khususnya di Indonesia.

"Dengan melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca dan membangun energi terbarukan. Poin ini menjadi langkah penting dalam menghadapi tantangan perubahan ikim," katanya.

"Kerja sama lintas sektor menjaga keberlanjutan ekosistem dan kehidupan masyarakat di wilayah Indonesia perlu terus diperkuat," tambahnya.

Dwikorita mengatakan, mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua, merupakan bukti nyata perubahan iklim berdampak tidak baik bagi kehidupan.

"Keberadaan salju abadi yang menjadi kebanggaan Indonesia itu kini terancam punah dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini tentu menjadi kehilangan yang sangat signifikan bagi bangsa Indonesia," pungkasnya.


[-]

-

Siap-siap RI Panas Mendidih, Ini Kata Menteri Jokowi
(dce/dce)

Sentimen: positif (98.4%)