Sentimen
Positif (100%)
20 Agu 2023 : 22.37
Informasi Tambahan

Agama: Islam

BUMN: BRI

Kab/Kota: Yogyakarta

Tokoh Terkait

Memanusiakan Teknologi di ICoSI 2023

21 Agu 2023 : 05.37 Views 2

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Memanusiakan Teknologi di ICoSI 2023

Harianjogja.com, JOGJA—Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar International Conference on Sustainable Innovation (ICoSI) 2023 atau The 7th ICoSI 2023. Tema Strengthening Global Response and Dynamic Collaboration towards Society 5.0 yang diusung dinilai relevan dengan kondisi zaman.

Rektor UMY, Gunawan Budiyanto dalam ICoSI 2023 memaparkan pada dasarnya ICoSI merupakan konferensi internasional yang membahas beragam penemuan yang sustainable atau berkelanjutan.

BACA JUGA: LRI Expo di ICoSI 2023 Menampilkan Beragam Inovasi Mutakhir

"Tujuan dari konferensi ini adalah bagaimana supaya semua penemuan itu punya dua makna yang menarik," kata Gunawan, di Gedung AR Fakhruddin B UMY, Rabu (9/8).

Makna itu di antaranya ialah teknologi untuk kesejahteraan manusia. Bukan kesejahteraan manusia sekarang saja, kata Gunawan, tetapi secara sustainable teknologi masih akan tetap berguna dalam perspektif kemanusiaan.

"Kita tahu banyak teknologi yang kemudian justru akan menggilas fungsi manusia. Kita bisa lihat misalnya artificial intelligence, kemudian dia bisa menyelesaikan tugas-tugas manusia. Kemudian sistem robotika. Kemudian kemajuan-kemajuan teknologi pengobatan dan bahan-bahan produksi yang cenderung punya dampak yang tidak baik buat lingkungan," katanya.

Setelah masuk revolusi industri 4.0, Gunawan menilai revolusi industri arahnya justru menggeser peran manusia. Lantaran banyak hal yang bisa dilakukan teknologi.

"Makanya pada era-era setahun yang lalu, Jepang yang merupakan salah satu negara yang maju di bidang teknologi mulai melihat tidak ada upaya untuk melakukan humanisasi teknologi. Perkembangan teknologi justru lebih banyak mengarah kepada menggeser peran manusia," ungkap Gunawan.

Oleh karenanya, di era revolusi industri 5.0 ini, kata Gunawan justru kental disebut dengan revolusi sosial. Pada poin ini justru kemajuan teknologi dirumuskan agar lebih humaniter.

"Lebih manusiawi kemudian tidak menciptakan hal-hal yang secara spesifik itu akan menggeser peran-peran manusia. Apa pun juga namanya teknologi tapi dia tidak bisa bersosialisasi," kata.

Padahal sosialisasi menurut Gunawan merupakan komponen penting bagi manusia. Komponen ini penting untuk mencetak karakter manusia.

Di sisi lain Gunawan juga melihat adanya kecenderungan ketakutan di dunia saat ini pada kemajuan teknologi tanpa humanisasi yang dinilai justru membuat manusia akan kehilangan karakternya. Gunawan secara tegas menilai bahwa teknologi tidak akan pernah punya karakter.

Berangkat dari sana, ICoSI ketujuh ini juga turut bergeser. ICoSI saat ini mencoba membahas isu-isu berkaitan dengan memanusiakan teknologi. "Kalau dulu kan kita sering bilang memanusiakan manusia, sekarang ini isu-isu itu adalah memanusiakan teknologi. Pola yang dipercaya apapun semaju-majunya teknologi itu agar tidak kemudian bersifat memutus kesinambungan eksistensi manusia," katanya.

Misalnya bagaimana teknologi maju tanpa merusak lingkungan. Atau merumuskan bagaimana teknologi dapat berkembang tapi tidak mendifraksi nilai-nilai kemanusiaan.

"Teknologi hanya sekadar tools. Bagaimana tetap meletakkan teknologi sebagainya alat untuk memudahkan manusia mengerjakan tugas-tugasnya. Bukan menggantikan peran manusia di dalam konteks social connection," ungkapnya.

Dari ICoSI ini Gunawan berharap akan ada rumusan tentang bagaimana upaya untuk mengurangi sebesar mungkin dampak kemajuan teknologi. Baik dari perspektif lingkungan, perspektif kesehatan juga perspektif kemanusiaan.

"Sehingga kita melihat ini menjadi satu tema yang menarik buat masa depan dunia. Bagaimana kemudian kita tetap meletakkan manusia sebagai salah satu bagian dari penentu, bagaimana dunia ini akan berlanjut terus secara sustainable atau tidak," katanya.

Konferensi yang Diperhitungkan

Prof Sukamta Wakil Rektor Bidang Akademik UMY mengatakan dengan adanya Research and Innovation Expo ini Peserta ICoSI yang berlatarbelakang akademisi, peneliti, dan praktisi industri diharapkan bisa bertemu, berdiskusi dan saling berkolaborasi.

“Secara umum saya senang ICoSI telah berjalan sukses, melibatkan lebih dari 21 negara, lebih dari 800 presenter, lebih dari 900 paper dan lebih dari 1.000 abstrak. Terima kasih untuk seluruh pihak termasuk panitia. Saya berharap luaran [hasil] berbentuk artikel jurnal atau prosiding terindeks Scopus segera diproses dan terbit. Saya juga berharap ICoSI 2024 lebih sukses lagi,” ujar Sukamta.

Ketua ICoSI 2023, Zuhud Rozaki mengungkapkan pada konferensi kali diikuti 1.100 karya tulis abstrak, 900 full paper dengan 800 pembicara. Partisipasi ini menunjukkan bagaimana ICoSI menjadi konferensi yang diperhitungkan tidak hanya pada taraf nasional namun juga mancanegara.

Digelar 9-10 Agustus, ICoSI 2023 terdiri dalam berbagai agenda. Di hari pertama partisipan mendengarkan keynote speech dari para keynote speaker kenamaan. Salah satunya yaitu Shariq Siddiqui, Director of Muslim Philanthropy Initiative, Lilly Family School of Philanthropy, Indiana University. Keynote speaker lainnya yakni Deputy Chief Commissioner BRI, Rofikoh Rokhim dan Kepala Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) UMY, Dyah Mutiarin. Para peserta juga disuguhi LRI Expo yang menampilkan beragam karya dosen UMY sebelum nantinya masuk ke Focal Session.

Di hari kedua, pada Kamis (10/8/2023) digelar Research and Innovation Talk yang menghadirkan sejumlah narasumber kompeten.

Lebih lanjut, ICoSI kata Zaki, ICoSI 2023 diikuti beragam disiplin ilmu. Mulai dari kedokteran, kedokteran gigi, pendidikan, pertanian, ekonomi, bisnis hingga akuntansi ambil bagian dalam ICoSI 2023. (*)

BACA JUGA:  Jenius Co.Create Community Gathering, Jaring Ide dan Masukan Masyarakat Digital Savvy

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)