AKURAT.CO Bawaslu menegaskan bahaya yang diakibatkan penyebaran berita bohong alias hoaks dapat menyebabkan polarisasi di tengah masyarakat. 

"Dampak penyebaran hoaks utamanya adalah polarisasi di masyarakat yang terjadi pada Pemilu 2019," kata Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja, dikutip Selasa (15/8/2023). 

Dia menjelaskan, berdasarkan hasil pengawasan pada Pemilu 2019, dari 922 isu hoaks yang terjadi, terdapat 557 kasus ditemukan pada periode Maret hingga Mei.

"Hoaks atau berita bohong merupakan variabel titik rawan dalam pemilu dan pemilihan yang tidak terhindarkan di masa digitalisasi," ujar Bagja. 

Untuk mencegah polarisasi di Pemilu 2024, Bawaslu mengajak masyarakat dapat mewaspadai penyebaran hoaks.

Karena selain dapat menyebabkan polarisasi di tengah masyarakat, hoaks juga memberikan dampak lain, seperti kredibilitas dan integritas penyelenggara pemilu bisa menurun.

"Kalau penyelenggaranya menurun maka kualitas pemilihan juga menurun yang kemudian merusak rasionalitas pemilih. Lalu dapat menimbulkan konflik sosial seperti polarisasi tadi. Terakhir disintegrasi nasional," jelasnya.