Sentimen
Netral (78%)
15 Agu 2023 : 01.56
Informasi Tambahan

BUMN: TransJakarta

Kualitas Udara DKI Jakarta Memburuk, Kementerian LHK Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

15 Agu 2023 : 01.56
Kualitas Udara DKI Jakarta Memburuk, Kementerian LHK Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara Jakarta kembali menduduki posisi pertama kota dengan udara terburuk kemarin (13/8) pagi.

Bahkan, hingga sekitar pukul 17.00, Jakarta juga masih bercokol di peringkat ke-13 berdasar data pada laman pemantauan kualitas udara IQAir.

Saat menduduki posisi pertama, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta pada pukul 07.00 berada di angka 172 dengan kategori tidak sehat. Sementara, pada pukul 17.00, indeks AQI Jakarta di angka 94 dengan kategori sedang.

Jakarta juga menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi terburuk pada 7 Agustus lalu. Indeks kualitas polusi udaranya ketika itu mencapai angka 186 dengan kategori tidak sehat. Lalu, pada 12 Agustus 2023 AQI Jakarta juga mencapai angka 177 pada pukul 07.00.

”Jadi, kalau dari sisi siklus, memang pada Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi udara dari timur yang kering,” ungkap Direktur Jenderal Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sigit Reliantoro.

Menurut Sigit, pencemaran udara tersebut berasal dari bahan bakar yang merupakan sumber emisi. Di antaranya, minyak, gas, dan batu bara. Dia menyebut emisi terbesar berasal dari sektor transportasi yang menyumbang sebanyak 44 persen.

Disusul sektor industri energi 31 persen, manufaktur industri 10 persen, dan komersial 1 persen.

”Peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas udara itu adalah kalau kita menyentuh dari sektor transportasi. Dan, cara itu juga telah berhasil diterapkan di Bangkok yang dulu nomor 1 pencemaran udaranya,” jelasnya.

Karena itu, lanjut Sigit, dari beberapa rekomendasi upaya pengendalian emisi pun didorong untuk menggunakan kendaraan listrik dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Termasuk pengetatan standar emisi untuk transportasi umum Euro 4, pengadaan bus listrik untuk Transjakarta, dan uji emisi secara berkala.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengungkapkan, untuk sektor transportasi, ada beberapa strategi jangka mendesak maupun menengah yang harus dilakukan.

Untuk jangka mendesak, pihaknya mendorong integrasi layanan angkutan umum di Jakarta semakin masif. Saat ini integrasi sudah dilakukan dengan mencakup sembilan area yang meng-cover 87 persen layanan menjangkau wilayah Jakarta.

”Kami juga mendorong elektrifikasi di sektor angkutan umum maupun kendaraan bermotor. Target kami, tahun ini ada seratus unit bus listrik yang dioperasikan Transjakarta,” jelas Syafrin.

Selain itu, lanjut dia, Pemprov DKI memberikan insentif bagi masyarakat yang membeli kendaraan listrik, DTNKB-nya nol rupiah.

Kemudian, tidak memberikan disinsentif bagi kendaraan yang tidak lulus uji emisi, khususnya saat parkir di sebelas titik parkir yang dikelola Pemprov DKI melalui UP perparkiran.

”Dengan upaya tersebut, diharapkan adanya kesadaran masyarakat untuk melakukan perawatan secara berkala terhadap kendaraannya sehingga emisi yang dihasilkan tidak melampaui ambang batas yang ditetapkan,” ucap Syafrin.

Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena menambahkan, pada saat musim kemarau, kualitas udara biasanya memang cenderung naik seperti yang terjadi di Jakarta saat ini.

”Jadi, ini faktor yang juga memengaruhi kondisi yang terjadi sekarang ini. Sebenarnya itu juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,’’ terang Ardhasena.

Dari pemantauan yang dilakukan BMKG, kemarau diprediksi terjadi sampai Oktober mendatang. Namun, pengaruhnya terhadap kualitas udara tidak bisa diprediksi. ”Kalau dampak kualitas udara ini mungkin nggak bisa diprediksi sejauh itu,” terang dia.

Dia menegaskan, kekeringan bukan faktor utama turunnya kualitas udara. ”Kekeringan memperparah. Jadi, bukan sumbernya,” tambahnya.

Lantaran kering akibat musim kemarau, tidak terjadi hujan. Alhasil, polutan bertahan di udara. Dengan kondisi saat ini, lanjut dia, penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) agar hujan turun tidak memungkinkan untuk dilakukan.

”Karena sudah kering di atmosfer, sudah nggak ada potensi awan (hujan) lagi,” imbuhnya.

Hal lainnya yang menarik dan perlu dicermati, lanjut Ardhasena, bahwa kondisi kualitas udara juga ada siklus hariannya. Pada saat lepas malam hingga dini hari atau pagi, kualitas udara cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore.

Fenomena lainnya, karena Jabodebek di wilayah urban, saat musim kemarau ada fenomena yang disebut lapisan inversi.

”Jadi, ketika pagi di bawah itu cenderung lebih dingin di permukaan dibandingkan di lapisan atas. Sehingga, itu mencegah udara untuk naik dan terdispersi. Itu juga penjelasan mengapa di Jakarta kelihatan keruhnya di bawah dibandingkan di atas karena setting perkotaan di mana kita hidup bersama,” beber dia.

Atas kualitas udara buruk di Jakarta, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengatakan bakal mengusulkan anggaran pemberian insentif bagi profesi rentan terkena paparan polutan.

Di antaranya, polisi lalu lintas (polantas), petugas dinas perhubungan (dishub), dan satuan polisi pamong praja (satpol PP) yang sehari-hari bekerja di jalan.

Sebab, mereka memiliki potensi yang cukup besar mengalami gangguan saluran pernapasan. ”Mungkin sekarang mereka sehat. Tapi, kalau dalam jangka waktu panjang terkena paparan polusi udara, ini bisa bikin mereka sakit,” ujarnya.

Karena itu, dia menyebutkan, legislatif akan mengusulkan insentif tersebut dalam APBD DKI 2024. Insentif itu bisa dimanfaatkan untuk menambah asupan makanan, vitamin, hingga obat-obatan para petugas di lapangan.

”Insentif yang dianggarkan diharapkan dapat digunakan untuk menambah daya tahan tubuh supaya petugas-petugas kita tetap prima. Paling tidak, kita harus melakukan pencegahan,” imbuhnya. (jpg/fajar)

Sentimen: netral (78%)