Sentimen
Negatif (94%)
14 Agu 2023 : 20.43
Informasi Tambahan

Institusi: RASI

Mengenal Fenomena Hujan Meteor Perseid, Ini Penyebab Dan Proses Terjadinya

15 Agu 2023 : 03.43 Views 2

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Mengenal Fenomena Hujan Meteor Perseid, Ini Penyebab Dan Proses Terjadinya

AKURAT.CO Fenomena hujan meteor Perseid terjadi antara 12 Juli hingga 24 Agustus 2023. Nama Perseid berasal dari fakta bahwa meteor ini tampak melesat menuju Bumi dari konstelasi Perseus.

Waktu terbaik untuk melihat hujan meteor Perseid adalah saat pancaran di Perseus berada di atas cakrawala. Meteor Perseid mungkin tampak mengalir ke Bumi dari bintang jauh di konstelasi Perseus, namun asal meteor tersebut terletak di tata surya.

Apa Itu Hujan Meteor Perseid?

Hujan meteor Perseid adalah fenomena astronomis yang terjadi ketika Bumi melewati jejak debu komet Swift-Tuttle.

baca juga:

Mengutip dari berbagai sumber, Senin (14/8/2023), komet ini mengorbit Matahari setiap 133 tahun sekali dan meninggalkan puing-puing di jalurnya. Ketika Bumi melintasi jejak ini, puing-puing tersebut masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar karena gesekan udara, menciptakan cahaya tampak seperti bintang jatuh.

Peyebab dan Proses Terjadinya Hujan Meteor Perseid

Hujan meteor Perseid dinamai demikian karena tampak berasal dari rasi bintang Perseus, yang terletak di langit timur laut.

Pada saat itu, diperkirakan akan ada sekitar 100 meteor melintas setiap jam di atas langit Indonesia. Namun, kamu juga bisa melihat hujan meteor ini beberapa hari sebelum atau sesudah tanggal tersebut, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah.

Menariknya, untuk menyaksikan fenomena hujan meteor kali ini kamu tidak memerlukan alat bantu seperti teleskop atau binokular. 

Kamu juga tak perlu khawatir dengan kondisi cuaca atau iklim, sebab hujan meteor tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kondisi langit. Karena jika tertutup awan atau polusi cahaya, fenomena hujan meteor ini akan sulit dilihat.

Hujan meteor Perseid berasal dari awan puing yang tertinggal di tata surya bagian dalam dari komet 109P/Swift-Tuttle.

Kumpulan debu, es, batu dan bahan organik gelap sepanjang 16 mil atau 26 kilometer dari komet ini mengorbit Matahari dengan kecepatan 93.600 mil per jam.

Meski bergerak dengan kecepatan 60 kali lebih besar dari kecepatan tertinggi jet tempur di Bumi, Komet Swift-Tuttle membutuhkan waktu 133 tahun untuk mengorbit Matahari sepenuhnya.

Puing-puing itu menyebabkan udara terkompresi dan memanas. Akibatnya, pada ketinggian antara 70-100 kilometer di atas Bumi, pecahan batu dan es yang lebih besar meledak sebagai bola api terang.

Fragmen puing yang lebih kecil bisa masuk lebih jauh ke atmosfer Bumi saat diuapkan dan meninggalkan garis cahaya yang panjang di belakangnya yang disebut sebagai meteor.

Sentimen: negatif (94%)