KBRN, Mataram: Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil beras tertinggi kedua di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut mengacu pada data Kementerian Pertanian,  pada tahun 2018 produksi beras mencapai 5,19 ton GKG (Gabah Kering Giling) per hektar.

"Indonesia berhasil mengukir prestasi dengan menduduki urutan kedua dalam hal produktivitas beras. Tepatnya di antara sembilan negara anggota FAO di Asia," kata Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Jan Samuel Maringka di Mataram, NTB, Kamis (10/8/2023).

Samuel mengungkapkan, Vietnam mendominasi dengan produktivitas tertinggi, yakni 5,82 juta ton/ha. Sedangkan, negara-negara seperti Bangladesh, Filipina, India, Pakistan, Myanmar, Kamboja, dan Thailand juga mengisi daftar tersebut dengan produktivitas bervariasi.

"Prestasi ini adalah bukti nyata kesungguhan dan upaya keras petani Indonesia dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Kita telah berhasil, ini memberikan dampak positif pada ketahanan pangan dan perekonomian negara," kata Samuel.

Dikatakan, sebagai capaian yang tidak kalah penting, Indonesia berhasil menghentikan impor beras selama tiga tahun terakhir. Menurutnya, ini adalah langkah besar menandai kemampuan negara memenuhi kebutuhan beras domestik tanpa bergantung impor.

Sebelumnya, Indonesia mengimpor antara 1,5 hingga 2 juta ton beras setiap tahunnya. Untuk itu, Kementerian Pertanian dan para petani Indonesia kini bertekad untuk terus meningkatkan produktivitas beras.

"Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk menjaga posisi strategis Indonesia. Sebagai salah satu penghasil beras terbesar di Asia Tenggara," ujarnya.