Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga
Tokoh Terkait
Anies Baswedan Bisa Raup Massa Besar Jika Berpasangan dengan Yenny Wahid, Tapi Bagaimana Dengan Demokrat?
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat sekaligus Guru besar Universitas Airlangga (Unair) Profesor Henri Subiakto, memberikan pandangannya terkait kemungkinan Anies Baswedan berpasangan dengan Yenny Wahid.
Henri mengatakan, Yenny memiliki banyak pendukung di belakangnya. Kekuatan Gusdurian di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) masih cukup besar dan loyal kepada Yenny.
Dia menuturkan, jika Anies berhasil menggandeng Yenny, maka orang-orang yang ada di belakang putri Gus Dur itu akan mengikut.
"Persoalannya apa partai Demokrat bisa menerima, jika AHY yang sudah sejak awal disodorkan dan menyiapkan diri sebagai Cawapres Anies ditinggalkan diganti figur lain? Apa partai Demokrat tidak merasa diremehkan dan dibiarkan losing face karena jagoannya gak kepakai sebagai cawapres?," ujar Hendri dalam cuitan Twitternya (9/8/2023).
Tambahnya, jika dalam hal tersebut Demokrat merasa dirugikan, kemungkinan akan berpikir ulang untuk bertahan di koalisi perubahan.
"Jika Partai Demokrat pergi, maka jumlah persyaratan untuk mengusung capres bisa tidak memenuhi 20 persen. Kecuali ada partai lain yang setara menggantikan dukungan ke koalisi perubahan," lanjutnya.
Tanpa AHY jadi cawapres yang banyak dapat ekorjas, kata dia, dari koalisi partai pendukung Anies, PKS jika dibandingkan dengan Demokrat maupun Partai Nasdem, akan kelihatan.
"Ceruk konstituen oposan terhadap Pemerintah Jokowi inilah yang sedang diperebutkan tiga Partai pendukung Anies. Namun ada Partai besar lain lagi yang juga ikut berebut di ceruk ini, Gerindra yang walau tidak mendukung Anies, namun mengusung Prabowo, yang 2019 adalah Rival terkuat Jokowi," ucapnya.
Lanjut dia, Gerindra di satu sisi mendukung Pemerintah namun pada sisi lain juga memainkan beberapa tokohnya untuk dapat dukungan dari massa oposisi yang sejak lama tidak menyukai Jokowi.
"Disitulah peran Rocky dan kawan kawan sekolam-kolamnya bertugas bermanuver menarik simpati mereka. Kenapa Rocky bukan Fadli, Daniel Azar, atau Ade Rosiadi, karena Rocky jejak digitalnya agak konsisten sebagai pengritik Jokowi, dan dia bukan bagian langsung dari partai resmi yang ada di Pemerintahan Jokowi," tukasnya.
Dengan memainkan Rocky, tutur dia, menyerang Jokowi jauh lebih aman dari pada yang menyerang adalah Fadlizon, Daniel Azar, Ade Rosiadi atau orang partai Gerindra lainnya.
"Rocky bisa bermain lebih atraktif, menarik dan berani untuk menyenangakan simpatisannya tanpa harus mengorbankan kedekatan Jokowi dan Prabowo secara langsung," tandasnya.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: positif (93.9%)