Sentimen
Negatif (64%)
7 Agu 2023 : 15.35
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya

Kasus: covid-19

Rumah Oksigen SIER Harus Siaga Varian Baru Covid-19

7 Agu 2023 : 22.35 Views 3

Beritajatim.com Beritajatim.com Jenis Media: Politik

Rumah Oksigen SIER Harus Siaga Varian Baru Covid-19

Surabaya (beritajatim.com) – Anggota Komisi VI DPR RI memberikan apresiasi terhadap tempat Isolasi Terpusat (Isoter) Rumah Oksigen, yang berada di kawasan industri SIER (PT Surabaya Industrial Estate Rungkut). Seharusnya BUMN lainnya bisa memiliki isoter semacam ini, apalagi pandemi Covid-19 belum usai.

“Saya pikir ini upaya bagus. Dan ini yang sebenarnya sering kita suarakan di Komisi VI DPR RI. BUMN memiliki banyak aset lahan yang masih bisa diberdayakan sebagai tempat isolasi atau rumah oksigen,” ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Martin Manurung, bersama rombongan Anggota Komisi VI DPR RI lainnya saat meninjau Isoter Rumah Oksigen.

Menurut dia, dengan kondisi pandemi Covid-19 yang sekarang ini sudah melandai tidak membuat terlena. Tapi justru waktunya membangun fasilitas-fasilitas seperti isoter atau rumah oksigen. Sebab sejarah membuktikan selama ada pandemi, pasti ada gelombang dan berulang-ulang.

“Di Indonesia dan di dunia pernah mengalami pandemi Flu Spanyol pada tahun 1918. Indonesia mengalami empat gelombang. Di negara-negara lain juga sama. Mengalami tiga hingga empat gelombang. Itu artinya, jika pandemi Covid-19 sekarang sudah dua gelombang, jangan pernah menganggap pandemi selesai,” ungkapnya.

Dengan melandainya pandemi setelah Indonesia diserang gelombang kedua, lanjut Martin, fasilitas seperti isoter dan rumah oksigen dibangun, ketersediaan oksigen, obat-obatan dan vitamin dipenuhi. Begitu pula dengan ventilator diperbanyak.

Upaya preventif semacam ini, jelasnya, lebih baik dibanding harus melakukan pengetatan secara keras atau bahkan lockdown. Karena pengetatan keras secara terus-menerus tidak akan baik, karena pasti yang paling terdampak adalah ekonomi.

“Kita tidak seperti negara maju yang tingkat tabungan penduduknya tinggi. Indonesia tabungannya tidak sampai 10 persen. Kalau dilakukan pengetatan secara keras terus menerus untuk menghadang Covid-19, ekonomi Indonesia pasti akan hancur,” jelasnya.

Untuk itu, fasilitas Isoter Rumah Oksigen yang ada di SIER adalah upaya preventif yang perlu ditiru BUMN lain. Apalagi sekarang sudah muncul varian baru dari Afrika yang lebih ganas penyebarannya dibanding varian sebelumnya.

“Cepat atau lambat, varian baru itu pasti akan masuk Indonesia, tinggal menunggu waktu saja. Kalau sudah masuk, jangan sampai kita melakukan pengetatan keras lagi. Lebih baik bagaimana sekarang melakukan langkah-langkah preventifnya. Aset BUMN banyak, dan bisa dimanfaatkan,” tandasnya.

Sementara itu, Direktur Operasi PT SIER, Didik Prasetiyono mengatakan, semula gudang yang digunakan untuk rumah oksigen ini adalah bangunan pabrik yang kosong. Karena saat itu jumlah pasien Covid-19 sangat tinggi, SIER ingin peran serta membantu pemerintah melakukan penanganan Covid-19.

“Ini bentuk keprihatinan kita saat hebohnya serangan Covid Varian Delta, banyak yang mencari oksigen karena sesak nafas. Akhirnya kami bertemu beberapa pihak termasuk dengan Pak Rachmad Harsono (Presiden Direktur dari PT Aneka Gas Industri Tbk, anak perusahaan dari Samator Group, red). Kami diskusi akhirnya sepakat untuk mendirikan rumah oksigen. Renovasi gedung dilakukan Kementerian PUPR. Untuk tenaga kesehatannya petunjuk Pak Luhut (Menko Marves) dari RS MarinirTNI AL Ewa Pangalela,” paparnya.

Setelah kerja keras berbagai pihak, lanjut Didik, akhirnya fasilitas semua lengkap dalam waktu kurang lebih satu bulan. Terbangunnya rumah oksigen ini adalah kerja gotong royong dari semua pihak.

“Ini adalah bentuk gotong royong sesungguhnya. Kita berharap ini rumah oksigen jadi bantuan bila nanti ada situasi kritis lagi. Rumah oksigen ini adalah bentuk kontigensi plan, jika andaikan saja ada lonjakan ketiga atau ada peningkatan Covid-19 kita bisa sama-sama bahu-membahu dengan rumah sakit,” pungkasnya. (tok/kun)



Post navigation

Sentimen: negatif (64%)