Sentimen
Negatif (100%)
4 Agu 2023 : 23.48
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Seoul

Kasus: Narkoba, pembunuhan, penganiayaan, kecelakaan

Tokoh Terkait

Penusukan Brutal Guncang Korsel, Ini yang Sebenarnya Terjadi

4 Agu 2023 : 23.48 Views 5

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Penusukan Brutal Guncang Korsel, Ini yang Sebenarnya Terjadi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus penusukan yang menelan korban kini marak terjadi di Korea Selatan (Korsel). Pada Kamis (3/8/2023), seorang pria berusia 23 tahun bermarga Choi ditangkap setelah melakukan tabrak lari dan penusukan di Kota Seongnam, Provinsi Gyeonggi.

Melansir Yonhap, Choi ditangkap setelah mengendarai mobil di jalur pejalan kaki dan melukai lima orang. Ia juga melakukan penusukan acak di department store terdekat, dan kemudian melukai sembilan orang di dekat Stasiun Kereta Bawah Tanah Seohyeon di Bundang sekitar pukul 17:55 waktu setempat.

-

-

Serangan itu menyebabkan 14 orang terluka, 12 di antaranya luka serius. Dari total korban, sembilan orang terluka dalam serangan penusukan dan lima dalam kecelakaan mobil. Sementara dua korban dilaporkan dalam kondisi kritis.

Menderita Gangguan Jiwa

Polisi dengan cepat menangkap Choi, dan melalukan tes narkoba yang kemudian memberikan hasil negatif. Baru diketahui jika tersangka mengidap fobia sosial dan kemudian didiagnosis dengan gangguan kepribadian skizoid.

Menurut para penyelidik pada Jumat (4/8/2023), tersangka tampaknya menderita delusi penganiayaan. "Ia berbicara tidak jelas selama interogasi awal dan mengklaim bahwa sekelompok orang tertentu sedang menguntit dan mencoba membunuh saya," menurut polisi.

Secara resmi, Badan Kepolisian Provinsi Gyeonggi Nambu yang menangani kasus tersebut mengatakan bahwa tersangka telah menderita penyakit mental sejak masa sekolah menengah dan telah menunjukkan gejala delusi penganiayaan selama penyelidikan.

Berdasarkan pernyataannya, polisi mencurigai adanya kompleks penganiayaan dan penyakit mental lainnya yang menyebabkan kejahatan tersebut.

Menurut keterangan keluarga, Choi putus sekolah di tahun pertamanya karena fobia sosial, atau gangguan kecemasan sosial. Dia kemudian didiagnosis menderita gangguan kepribadian skizoid sekitar tahun 2020 tetapi tidak mendapat perawatan yang tepat.

Sejak berhenti sekolah, Choi menghabiskan waktu tinggal di rumah atau melakukan pekerjaan paruh waktu. Tersangka, yang masih tinggal bersama keluarganya pada saat kejahatan itu terjadi, belum lama ini mulai bekerja untuk sebuah perusahaan jasa pengiriman sebagai pengantar.

Bukan Kasus Pertama

Insiden tabrak lari dan penusukan oleh Choi diikuti oleh serangan penusukan lainnya, yang dilakukan seorang pria terhadap guru sekolah menengah di Daedeok-gu, Daejeon, pada Jumat pagi.

Menurut laporan Korea Herald, tersangka telah ditangkap dua jam setelah serangan, dan polisi menyelidiki motif di balik serangan itu karena yakin tersangka mengetahui korban yang ditinggalkan dalam kondisi kritis.

Kedua kasus tersebut terjadi hanya beberapa minggu setelah penusukan brutal yang mematikan di Silim-dong, Seoul pada 21 Juli lalu. Insiden tersebut menyebabkan serangkaian seruan hukuman yang lebih keras terhadap kejahatan serupa dan pengetatan keamanan.

Kasus-kasus tersebut juga diikuti oleh serangkaian ancaman anonim yang diposting secara online tentang serangan serupa di area ramai. Hal ini semakin meningkatkan kecemasan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Ketakutan Warga

Insiden penusukan dalam waktu berdekatan pun membuat warga ketakutan. Tidak sedikit yang menyuarakan keprihatinan tentang keselamatan dan beberapa bahkan memilih untuk membatalkan jalan-jalan mereka ke daerah ramai.

"Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya untuk berhati-hati ketika mereka pergi ke luar negeri karena takut akan senjata, tetapi sekarang saya lebih takut berada di Korsel," kata Lee Young Ja, warga Seongnam berusia 78 tahun yang melarikan diri setelah mendengar orang-orang berteriak selama insiden kepada Reuters.

Warga lain di daerah itu, Choi Jun Ho (26) mengatakan dia tetap ekstra waspada dalam perjalanannya ke tempat kerjanya yang berada di dekat mal tempat penusukan itu terjadi.

"Ini mengerikan. Sesuatu seperti ini bisa terjadi tepat di sebelahku," katanya.

Di media sosial, daftar ancaman serangan peniru beredar. Seorang warga Seoul berusia 31 tahun, tanpa menyebut nama karena khawatir akan keselamatannya, telah mewanti-wanti keluarga dan kerabatnya untuk tak keluar rumah.

"Saya sudah memberi tahu keluarga dan teman saya untuk tinggal di rumah," katanya. "Saya harap orang-orang yang memposting ancaman itu semua dilacak dan dihukum berat."

Perketat Keamanan dan Aturan

Akibat serangkaian kasus ini, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol pada Jumat langsung menyerukan mobilisasi untuk mencegah hal serupa terjadi.

"Serangan menggunakan pisau tanpa pandang bulu di Stasiun Seohyeon adalah tindakan terorisme terhadap warga yang tidak bersalah," kata Yoon dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, seperti dikutip AFP.

"Pemerintah harus mengerahkan seluruh aparat kepolisian agar masyarakat tidak resah," katanya seraya menambahkan pesan ancaman juga muncul di media sosial.

Sementara pihak polisi akan meningkatkan patroli dan menghentikan serta operasi pencarian orang-orang yang mencurigakan di ruang publik yang disebut operasi 'pemolisian khusus'. Hal ini diumumkan kepala polisi nasional pada Jumat.

"Saya mendeklarasikan tindakan polisi khusus untuk melawan kejahatan keji sampai kecemasan masyarakat berkurang," kata Yoon Hee-keun, komisaris jenderal Badan Kepolisian Nasional (NPA), dalam sebuah pernyataan.

"Kami akan menghentikan dan menggeledah secara selektif orang-orang yang diduga memiliki senjata atau orang-orang yang bertingkah aneh sesuai dengan prosedur hukum," tambahnya. Dia juga memerintahkan polisi untuk secara aktif menggunakan kekuatan fisik, termasuk penggunaan senjata api atau senjata bius, jika terjadi penikaman lagi.

Kepala polisi juga mengatakan mereka akan menghukum orang-orang yang memposting ancaman untuk melakukan kejahatan peniru atau menyebarkan berita palsu secara online, sesuai dengan hukum yang berlaku.

Polisi juga akan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan satpam swasta untuk memastikan masyarakat aman di tempat tinggal mereka. Polisi juga terus berdiskusi dengan lembaga terkait tentang perluasan infrastruktur untuk mengamankan ketertiban umum.

"Kami akan mengerahkan kekuatan polisi secara maksimal di tempat-tempat umum, termasuk polisi setempat, tim polisi anti huru hara, dan reserse polisi, untuk memperkuat patroli dan menekan suasana kegiatan kriminalitas," imbuhnya.

Korsel umumnya adalah negara yang sangat aman. Menurut statistik resmi, tingkat pembunuhan 1,3 per 100.000 orang pada tahun 2021. Sebaliknya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Korsel jadi negara tertinggi untuk kasus bunuh diri, dengan rata-rata global adalah enam kematian akibat pembunuhan per 100.000 orang.


[-]

-

Mengejutkan! Negara Asia Ini Mau Bantu Senjata ke Ukraina
(sef/sef)

Sentimen: negatif (100%)