Wamenkes Bantah Penyebab Meninggalnya 6 Warga Papua Disebabkan Diare dan Muntah
Kompas.com Jenis Media: Nasional
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengatakan, penyebab meninggalnya enam orang warga Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah bukan karena diare dan muntah.
Dante juga menegaskan tidak ada indikasi diare sebagai penyebab utama peristiwa kematian tersebut.
"Enggak. Diare enggak bikin kelaparan, kelaparan itu kronik, jadi kan akut," ujar Dante di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (2/8/2023).
"Enggak lah, enggak. Karena makannya salah. Kelaparan bukan karena diare," ucap dia.
Baca juga: Panglima TNI: Tak Ada Gangguan KKB yang Hambat Distribusi Bantuan ke Papua Tengah
Meski demikian, Dante menyatakan Kementerian Kesehatan akan melakukan investigasi untuk mengetahui kejelasan penyebab kematian enam orang tersebut.
Dia berjanji hasil investigasi akan disampaikan kepada media.
"Ya akan kita lakukan investigasi. Nanti kalau sudah ada hasilnya pasti kita sampaikan ke teman-teman pers," tutur dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, meninggalnya enam warga Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah bukan disebabkan kelaparan.
Baca juga: Panglima TNI: Tak Ada Gangguan KKB yang Hambat Distribusi Bantuan ke Papua Tengah
Melainkan, kata Syahrul, para warga tersebut sebelumnya menderita muntah-muntah dan diare.
"Saya habis dua hari terakhir ini ngecek banget apa itu kelaparan (yang) membuat dia meninggal. Kok kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga ? Jadi (kalau) kelaparan itu bersifat masif," ujar Syahrul di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu.
"Oleh karena itu, yang ada menurut laporan dari Sekretaris Wilayah Daerah dan Kepala Dinas setempat bukan kelaparan. Diare," ungkapnya.
Syahrul menuturkan, meninggalnya para warga diawali dengan kondisi muntah-muntah.
Pada siang hari, para warga menderita muntah 10 hingga 20 kali.
"Malamnya dia diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," katanya.
"Jadi ini menurut saya, tapi mari teman-teman mengecek. Bukan karena kelaparan, tapi karena muntaber," ungkap Syahrul.
Baca juga: Menyoal Kelaparan Berulang di Papua Tengah, Pengamat: Seharusnya Bisa Diantisipasi sejak Awal
Sebagaimana diketahui, sebanyak enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Dari enam orang tersebut, satu orang di antaranya adalah anak-anak.
"Bencana kekeringan telah menyebabkan enam orang meninggal dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Willem Wandik dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/7/2023).
Para korban meninggal usai mengalami lemas, diare, panas dalam, dan sakit kepala.
Sementara itu menurut data Kementerian Sosial, ada 7.500 jiwa yang terdampak kekeringan.
Imbasnya mereka mengalami kelaparan lantaran gagal panen.
"Data sementara 7.500 jiwa warga di kedua distrik terdampak gagal panen akibat kekeringan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kemensos Adrianus Alla.
Kekeringan yang terjadi disebut sebagai dampak Badai El Nino sejak awal Juni 2023.
"Fenomena hujan es yang terjadi pada awal Juni menyebabkan tanaman warga yaitu umbi yang merupakan makanan pokok menjadi layu dan busuk. Setelah itu tidak turun hujan sehingga tanaman warga mengalami kekeringan," kata dia.
Kemensos mengaku akan menyiapkan lumbung penyimpanan bahan makanan.
"Jarak antara distrik butuh waktu berhari-hari untuk mengambil bahan makanan, maka di sana disiapkan lumbung untuk menyimpan barang bantuan," kata dia, seperti dilansir dari Antara.
-. - "-", -. -
Sentimen: negatif (100%)