Sentimen
Positif (100%)
31 Jul 2023 : 19.49
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Institusi: MUI

Tokoh Terkait

Kesenjangan Masih Menjadi Masalah Besar, Anwar Abbas: Jangan Salah Pilih Presiden!

Keuangan News Keuangan News Jenis Media: Nasional

31 Jul 2023 : 19.49
Kesenjangan Masih Menjadi Masalah Besar, Anwar Abbas: Jangan Salah Pilih Presiden!

KNews.-idWakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. H. Anwar Abbas, menyoroti kesenjangan sosial ekonomi yang masih menjadi masalah besar. Ia berharap Pemilu 2024 melahirkan pemerintahan yang peduli terhadap usaha kecil dan menengah.

Masalah kesenjangan ini kalau tidak bisa diatasi maka akan mengusik rasa persatuan dan kesatuan di antara kita. “Akibatnya, stabilitas sosial,  ekonomi dan politik di negeri ini akan terganggu dan hal itu tentu saja tidak kita inginkan,” ujar Buya Anwar Abbas, kepada FNN, Senin 24 Juli.

Anwar Abbas adalah ulama yang doktor ekonomi Islam. Di MUI, ia menjabat sebagai wakil ketua umum yang membidangi masalah ekonomi. Ia juga sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang UMKM.

Menurut Buya Anwar Abbas, pilpres tahun 2024 jelas-jelas merupakan pilpres yang sangat strategis bagi bangsa Indonesia. Untuk itu, dia mengingatkan, jangan salah dalam memilih presiden. Jika yang terpilih adalah sosok yang sudah dikendalikan oleh para pemilik kapital maka cita-cita kita untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terutama menyangkut masalah ekonomi tentu akan terhambat.

“Akibatnya, yang terjadi adalah semakin meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi di negeri ini dan itu tentu saja jelas tidak baik bagi masa depan bangsa,” ujarnya.

Kelompok Pelaku Usaha

Buya Anwar Abbas berharap figur calon presiden yang sudah dimunculkan mulai bicara menyampaikan pandangan dan pokok-pokok pikirannya mengenai bagaimana memajukan ekonomi. Langkah-langkah apa yang akan mereka lakukan untuk mengangkat para pelaku usaha yang sekarang ada di kelompok usaha mikro dan ultra mikro yang jumlahnya 98,68% dari jumlah pelaku usaha yang ada.

Data yang disampaikan oleh Kementrian Koperasi beberapa tahun yang lalu menyebut persentase dan jumlah usaha besar adalah 0,01% dengan jumlah pelaku sekitar 5.550,  usaha menengah 0,09% (60.702 pelaku), kecil 1,22% (783.702 pelaku) dan usaha mikro 98,68% (63.350.222 pelaku).

Keempat kategori dunia usaha tersebut oleh pemerintah  dikelompokkan hanya ke dalam dua kelompok saja yaitu usaha besar dan UMKM.

“Tapi menurut saya semestinya  dunia usaha tersebut  perlu dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu pertama, usaha besar, kedua usaha menengah dan kecil, ketiga, usaha mikro dan ultra mikro,” ujarnya.

Ini penting dilakukan agar jelas kelompok usaha mana yang harus benar-benar  mendapat perhatian pertama dan utama  dari pemerintah agar kita  bisa secara terencana dan sistimatis mentransformasikan dunia usaha kita dari yang saat ini bentuknya seperti piramid menjadi bentuk seperti  belah ketupat.

“Kalau dari data Kemenkop dan UMKM di atas terlihat jumlah usaha mikro yang nasibnya mengenaskan tersebut masih banyak mendominasi yaitu sebesar 98,68%,” ujarnya.

Buya Anwar Abbas mengingatkan untuk itu ke depan  perhatian pemerintah harus benar-benar tertuju untuk mengangkat kehidupan ekonomi mereka.

Hal ini perlu dilakukan bukanlah bertujuan  untuk mengecilkan yang besar tapi adalah bagaimana kita bisa membesarkan yang kecil (mikro dan ultra mikro)  yang jumlahnya sangat besar tersebut.

Menurut Buya Anwar Abbas, untuk itu tentu saja kita berharap agar pemerintah terutama pemerintah periode 2024-2029 bisa memberikan perhatian lebih dan serius kepada kelompok usaha mikro dan ultra mikro. Dengan demikian, mereka bisa  melakukan mobilitas vertikal sehingga diharapkan ke depan jumlah msyarakat  kelas menengah di negeri ini akan semakin besar dan membesar.

Dia berharap dalam rentang waktu 5 tahun ke depan telah terjadi perubahan struktural di negeri ini di mana bentuk dunia usahanya  yang semula seperti piramid menjadi bentuk seperti  belah ketupat. Jumlah usaha besar 2%, usaha menengah dan kecil 95%  dan usaha mikro dan utra mikro tinggal lagi hanya 3%.

“Hal ini tentu jelas bukan merupakan suatu hal yang mustahil untuk bisa diwujudkan asal ada affirmative action dan atau politik keberpihakan yang jelas dari pihak pemerintah,” ujarnya.

Menurutnya, kita harus memperbesar jumlah dari masyarakat kelas menengah maka daya beli masyarakat akan meningkat dengan tajam sehingga apapun yang kita produksi dan jual asal itu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar maka tentu akan laku sehingga ekonomi nasional akan menggelinding seperti bola salju sehingga era keemasan dari negeri ini tinggal menunggu waktu. (FHD/fnn)

Sentimen: positif (100%)