Jakarta, tvOnenews.com - Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indramayu menyebut adanya kesamaan dari Al Zaytun dengan Israel.

Ia menyebut saat ini Al Zaytun memiliki hal yang sama dengan kibbutz  Israel.

"Dan apa yg kita buat itu (Al Zaytun) kayak di Israel, namanya kibbutz," ujar Panji Gumilang mengutip dari Antaranews, Senin (31/7/2023).

Panji Gumilang menyebut, Ponpes Al Zaytun merupakan pesantren yang modern dengan sistemnya.

Dedengkot Ponpes Al Zaytun itu mengatakan bahwa pondok pesantrennya ditamsilkan dengan kibbutz karena mampu hidup secara berdikari atas kemampuan penghuninya.

Panji Gumilang menyebut kemodernam itu dibuktikan dengan sistem ekonomi modern yang telah terbangun secara masif di Al Zaytun.

Ia menegaskan bahwa ekonomi harus terus berputar layaknya pakaian yang memiliki banyak kantong. Jika kantong tersebut penuh, maka harus dilakukan pemindahan ke hal lainnya.

"Terus berputar, itu namanya konglomerasi. Harus berkonglomerasi ekonomi itu," lanjutnya.

Tak hanya itu, Panji Gumilang juga mengatakan bahwa kemodernam juga dapat terlihat dengan semua sistem di Al Zaytun yang telah menyesuaikan kebutuhan.

"Mau makan, harus ada makanan. Ingin ada makanan, harus menanam, harus tau ilmunya," ucapnya..

Hal tersebut selaras dengan pernyataan Anggota Pembina YPI Abdul Halim yang menyatakan hingga kini Al Zaytun tercatat memiliki 500 hektare lahan pertanian produktif, dengan stok padi sebanyak 800 ton, yang mampu bertahan hingga dua tahun ke depan.

Lantas apa itu kibbutz? Mengutip dari touristisrael, kibbutz adalah jenis pemukiman yang unik di Israel. Komunitas kolektif, secara tradisional agraris. 

Kibbutz pertama adalah Deganya Aleph, didirikan pada tahun 1910. 

Saat ini, terdapat lebih dari 270 kibbutz di Israel. Mereka telah sangat terdiversifikasi sejak awal pertanian mereka dan banyak yang sekarang swasta. 

Terlepas dari status mereka, kibbutz menawarkan wawasan unik tentang masyarakat Israel dan menjadikannya tempat yang menarik untuk dikunjungi.

Kata kibbutz berarti 'berkumpul', namun yang pertama dikenal sebagai 'kvutzat', yang berarti kelompok. Yang pertama adalah Kibbutz Degania, tepat di selatan Laut Galilea. 

Pemuda Yahudi yang sebelumnya bekerja mengeringkan lahan rawa terdekat untuk tujuan pertanian dan tempat tinggal manusia, membangun komunitas untuk diri mereka sendiri. 

Tanah itu dibeli oleh Dana Nasional Yahudi. Mereka melakukan kerja keras untuk menyuburkan tanah. 

Para perintis ini menciptakan komunitas yang didirikan di atas pertanian.

Setelah berdirinya Degania, sejumlah kibbutzim lainnya didirikan. 

Banyak yang berpusat di sekitar Laut Galilea dan di Lembah Yizreel. 

Selama tahun-tahun pra-Negara, dan setelah Deklarasi Kemerdekaan, lebih banyak lagi kibbutzim muncul. Mereka muncul di seluruh Israel dengan merintis kelompok. (ree)