Sentimen
Tokoh Terkait
RI Cuma Ada Waktu 13 Tahun, Salah Langkah Bisa Berabe
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Tenggat waktu Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap dan menjadi negara maju kian tipis. Ini karena permasalahan bonus demografi yang memiliki jangka waktu singkat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tenggat waktu untuk keluar dari middle income trap yang tipis itu hanya mencapai 13 tahun. Disebabkan, setelah periode itu, jumlah masyarakat produktif Indonesia akan menyusut dan mulai memasuki aging population.
"Jebakan negara menengah ini hanya bisa dilakukan kalau kita punya masyarakat yang produktif. Karena bonus demografi kita tinggal 13 tahun," kata Airlangga dalam Conference on National Strategic Projects (PSN), dikutip Senin (31/7/2023).
Oleh sebab itu, ia menekankan, sampai dengan 2035 pendapatan per kapita Indonesia harus tinggi, supaya mampu masuk kategori negara maju. Pada tahun itu, pemerintah menargetkan pendapatan per kapita masyarakat US$12.233 per tahun dari yang saat ini US$ 4.546 per tahun.
Namun, untuk bisa mencapai pendapatan yang tinggi itu, Airlangga mengakui, tidak semua negara bisa melakukan, karena di Asia hanya Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. Oleh sebab itu, ia menganggap perlu ada strategi khusus untuk lepas dari middle income trap.
Strategi kunci untuk lepas dari jebakan itu menurutnya adalah pembangunan infrastruktur, baik darat, udara, dan laut. Di samping juga penguatan sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan cerdas dan siap bersaing dengan perubahan artificial inteligence (AI).
Oleh karena itu, Airlangga menilai Indonesia membutuhkan akselerasi di berbagai lini. Salah satunya adalah percepatan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Sebagai penopang utama transformasi ekonomi, sebanyak 158 Proyek Strategis Nasional telah beroperasi dalam delapan tahun terakhir, dengan nilai investasi mencapai Rp 1.107,2 triliun.
Kedua, pemerintah harus mendorong pembangunan kualitas SDM warga yang ada sekitar kawasan.
"Oleh karena itu, politeknik-politeknik itu penting. Kalau tidak, masyarakat sekitar tidak langsung menikmati. Pemerintah juga mendorong agar CSR-CSR wajib ke wilayah di sekitar lokasi kegiatan ekonomi berada. Kita tidak ingin melihat ekonomi tinggi, pembangunannya tinggi, tetapi masih ada angka kemiskinan," kata Airlangga.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa sebelumnya juga pernah mengatakan bahwa saat kemerdekaan Indonesia mencapai usia 100 tahun, negara nusantara harus memiliki pencapaian pendapatan per kapita sebesar US$ 30.300 atau mencapai US$ 21.000 pada 2037.
Suharso menegaskan bahwa untuk itu mewujudkan visi besar tersebut Indonesia harus bertransformasi. Untuk mencapai target 2045, Bappenas telah menyusun RPJPN dengan 8 agenda pembangunan dan 17 arah pembangunan menuju 2045 yang mengukur 45 indikator utama pembangunan disertai oleh ratusan indikator lainnya.
"Timely ada di mana dan jenis-jenis yang akan kita laksanakan 20 tahun ke depan untuk jemput Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Ekonom Senior sekaligus Menteri Keuangan (periode 2013-2014) M. Chatib Basri juga telah mengingatkan bahwa Indonesia hanya memiliki tenggat waktu pendek untuk memanfaatkan bonus demografi sebagai modal menjadi negara maju pada 2045.
Oleh karena itu, Indonesia harus membangun strategi yang benar-benar serius. Pasalnya, bonus demografi atau usia produktif yang melimpah di Indonesia akan terjadi di 2030. Ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, karena bonus ini demografi ini hanya akan bertahan hingga 2050.
"Setelah itu, di 2050 dia mulai naik, jadi setelah 2050 Indonesia masuk secara gradual ke aging population. Jadi, tidak demographic bonus lagi," jelas Chatib saat dihubungi CNBC Indonesia, dikutip Minggu (30/7/2023).
Dengan demikian, Chatib memperkirakan ruang Indonesia hanya 27 tahun, yakni 2030 sampai 2050.
"Berarti sebelum nanti tua atau banyak aging population, pertumbuhan ekonomi kita harus tumbuh tinggi," tegasnya.
Untuk itu, perekonomian Indonesia harus tumbuh di atas 5%. Indonesia tidak boleh hanya puas dengan tumbuh 5% per tahun.
"Bayangkan Indonesia kalau kita tumbuh terus sampai 2050, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi 5% sampai 6%, pendapatan per kapita kita masih di bawah US$ 30.000," ujar Chatib.
[-]
-
Momen Sri Mulyani & Pratikno Ikut Wawancara Doorstop Jokowi(mij/mij)
Sentimen: positif (99.9%)