Sentimen
Positif (91%)
23 Okt 2004 : 17.57
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Hewan: Ayam

Institusi: MUI

Kab/Kota: Serang

Kasus: pelecehan seksual

Tokoh Terkait

Wapres Ma'ruf Tegaskan Pesantren Gadungan Harus Dihabisi

24 Okt 2004 : 00.57 Views 2

Rilis.id Rilis.id Jenis Media: Nasional

Wapres Ma'ruf Tegaskan Pesantren Gadungan Harus Dihabisi

RILISID, Jakarta — Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, pondok pesantren merupakan tempat untuk mendidik dan membina santri, agar menjadi manusia yang berakhlak, rendah hati, serta memiliki pengetahuan. 

Karena itu, tidak dibenarkan apabila ada pesantren yang justru menyimpang, melakukan kekerasan hingga pelecehan seksual.

"Kalau ada pesantren-pesantren yang kemudian malah menimbulkan kekerasan, pelecehan seksual, itu pesantren gadungan namanya itu. Ya, itu harus dihabisi," kata Ma'ruf di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara (Penata), Kabupaten Serang, Banten, dikutip Minggu (30/7/2023).

Alasan pesantren seperti dihabisi, karena nilai-nilai yang diajarkan mereka justru merusak nama pesantren dan juga para kiai maupun pengajar. Oleh sebab itu, perlunya pengawasan terhadap pesantren-pesantren gadungan tersebut.

"Ini namanya musang berbulu ayam. Dia pura-pura jadi kiai, tapi merusak prestasi kiai, merusak pesantren. Ini yang harus kita awasi," tuturnya.

Ma'ruf menekankan tiga fungsi pesantren sebagai aset bangsa khas Indonesia. Yaitu sebagai pusat pendidikan, pusat dakwah, dan pusat pemberdayaan masyarakat.

"(Ponpes) Selain sebagai pusat pendidikan, kader dakwah, i'dadul mutafaqqihina fiddin i’dadul rijalud dakwah, juga sekarang memang kita beri satu lagi peran baru. Bukan peran baru sebenarnya, peran lama yang diperbaharukan, yaitu pemberdayaan masyarakat," tuturnya.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu berharap, ke depan pesantren dapat menjadi pusat peradaban Islam untuk membangun masyarakat yang benar-benar berorientasi pada keimanan. Sehingga umat selamat dunia dan akhirat.

Sebagai pusat pendidikan, pesantren menjadi tempat untuk melahirkan para ahli agama yang akan meneruskan tugas-tugas kenabian dan merespons berbagai masalah yang berkembang sesuai zamannya. 

Apalagi, di pesantren, akhlak dan keilmuan para santri ditempa untuk terbiasa dengan kesederhanaan dan kerendahan hati.

"Imam Ibnu Atha'illah mengumpamakan pertumbuhan manusia itu seperti pohon. Pohon itu harus ditanam, kalau nggak ditanam nggak bisa numbuh. Artinya apa, manusia itu harus ditanam dulu, didril dulu, dilatih dulu, dibikin dia mampu bertahan, merendah hati dulu," ujarnya.

Sebagai pusat dakwah, pesantren mengajarkan dakwah yang santun sebagaimana ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin. 

Dengan karakteristik dakwah seperti ini, Islam bisa berkembang dan umatnya, bahkan menjadi mayoritas di Indonesia.

"Syariah itu semuanya toleran, semuanya adalah kemanusiaan. Jadi, saya kira jelaslah, hal-hal kekerasan, kebencian, permusuhan bukan syariah walaupun dikatakan, ditafsirkan sebagai syariah,” ujarnya.

Dalam fungsi pemberdayaan masyarakat, Ma'ruf menekankan pentingnya memakmurkan bumi melalui berbagai aktivitas perekonomian, tetapi tetap dalam koridor syariat.

"Pesantren harus mengembangkan ekonomi yang kreatif yang sesuai syariah. Ekonomi yang dibangun bukan sesuai, tidak sesuai syariat, sama dengan tidak ada, tidak ada. Bahasa orang kerennya nothing," tukasnya. (*)

Sentimen: positif (91.4%)