Sentimen
Negatif (100%)
29 Jul 2023 : 20.27
Informasi Tambahan

Institusi: Dewan Pers

Kasus: pembunuhan, korupsi, teror

Partai Terkait

Proses Tuntas Kekerasan Jurnalis

30 Jul 2023 : 03.27 Views 2

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Proses Tuntas Kekerasan Jurnalis

AKURAT.CO Masuk tahun politik, masyarakat Indonesia semakin sensitif dengan pemberitaan di media. Berbagai pemberitaan jurnalistik menjadi bumerang bagi jurnalis dengan banyaknya muncul kekerasan jurnalis di seluruh penjuru Indonesia. Baru-baru ini munculnya ancaman dengan teriakan dari pengawal salah satu pimpinan politik, “Gue tembak! Tembak lo.”  Dikutip dari CNN Indonesia, pelaku kekerasan juga membentak dan mengusir jurnalis yang sedang meliput isu terkait salah satu partai politik. Bahkan, salah satu telepon genggam jurnalis CNN Indonesia diambil dan dilempar oleh pelaku.

Kekerasan jurnalis ini sudah acap kali terjadi. Berdasarkan laporan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), aduan terhadap kekerasan jurnalis meningkat drastis hampir dua kali lipat pada periode Januari-Juli 2023 berkisar 52 aduan. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu hanya sebesar 30 laporan aduan. Adapun mayoritas jenis kekerasan berupa kekerasan fisik, ancaman, serangan digital, teror dan intimidasi. Sementara itu, berdasarkan pelaku, mayoritas pelaku yaitu polisi, tidak dikenal, aparat pemerintah, warga dan perusahaan.

Hal ini sama dengan riset Masduki dalam jurnalnya Assessing Indonesian journalist threats: cases, actors and motives yang menemukan ancaman jurnalis Indonesia periode 2010-2015 lebih dari 189 kasus, termasuk kasus pembunuhan. Dari sisi aktor, aparatur negara seperti polisi, birokrat, dan aparat militer tidak lagi sebagai pelaku utama, melainkan didampingi oleh kelompok-kelompok radikal yang berasal dari kalangan agama atau sekadar bad boy masyarakat. Dari segi motif, meningkatnya kejahatan terhadap jurnalis merupakan persoalan yang kompleks. Ini bisa menjadi teror individu jurnalis atau media yang bertujuan untuk menghentikan publikasi kasus korupsi atau kritikus jalanan atas pelanggaran etika yang dilakukan oleh media itu sendiri.

baca juga:

Tidak ada ruang aman bagi jurnalis bahkan dalam ruang lingkup global. Badan Kebudayaan PBB (UNESCO) mencatat sebanyak 86 jurnalis dari seluruh dunia terbunuh di tahun 2022. Jumlah ini meningkat dibanding tahun 2021 dengan 55 jurnalis yang terbunuh. UNESCO melaporkan kematian 86 jurnalis tahun lalu dengan 19 diantaranya tewas di Meksiko, diikuti oleh 10 jurnalis di Ukraina dan sembilan orang di Haiti. Beberapa alasan mengapa para jurnalis ini dibunuh adalah karena balas dendam atas liputan mereka tentang kejahatan terorganisir, konflik bersenjata atau kebangkitan ekstremisme. Beberapa jurnalis juga dibunuh karena meliput topik sensitif seperti korupsi, kejahatan lingkungan, penyalahgunaan kekuasaan dan berbagai protes.

Jurnalis memiliki hak untuk bertanya kepada narasumbernya. Jurnalis harus dilindungi oleh Dewan Pers dan AJI dalam menjalankan peran dan profesinya dan menemani dalam proses hukum sampai tuntas. Selain pemerintah dan pemilik media, dukungan dari para jurnalis media lain juga dibutuhkan untuk memberi sanksi sosial kepada pelaku kekerasan agar tidak terjadi lagi kekerasan dalam bentuk yang sama.

Kekerasan jurnalis menjadi bukti bahwa kurangnya pemahaman dari warga negara. Dalam dunia jurnalistik, jika jurnalis memiliki hak untuk bertanya dalam mengkonfirmasi sebuah isu atau informasi. Narasumber memiliki hak untuk diam jika tidak nyaman atau tidak mau menjawab pertanyaan jurnalis, tidak perlu dijawab dengan kekerasan. Karena bagi para jurnalis, diam pun adalah berita sebagai simbol komunikasi yang ingin disampaikan narasumber ke publik.

Hubungan dengan narasumber akan selalu di ruang abu-abu, tidak sebagai teman dan tidak juga sebagai lawan. Kekerasan hanya akan merenggangkan hubungan profesional yang selama ini dijaga jurnalis dengan narasumber. Di tahun politik ini, media massa merupakan corong terbaik dalam menginformasikan isu-isu politik. Media sebagai pilar keempat demokrasi, jika jurnalisnya disakiti dan kekerasan jurnalis masih sering terjadi, kepada siapa berharap pembelaan?

Sentimen: negatif (100%)