Sentimen
Positif (50%)
29 Jul 2023 : 15.41

India Bawa Petaka, Harga Beras Bisa Naik Gila-Gilaan

29 Jul 2023 : 15.41 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

India Bawa Petaka, Harga Beras Bisa Naik Gila-Gilaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah India diketahui telah menutup keran ekspor beras putih non-basmati yang berlaku pada pekan lalu, Kamis (20/7). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan harga pangan yang cukup tinggi.

Kementerian Urusan Konsumen di India mengatakan larangan ekspor beras akan membantu memastikan ketersediaan pasokan beras putih non-basmati di India.

Padahal, India merupakan pengekspor beras terkemuka di dunia dan menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, serta produsen terbesar kedua setelah China. Kebijakan India ini lantas berpotensi membuat harga yang sudah tinggi semakin melonjak.

-

-

"Pasokan beras global akan mengetat secara drastis karena India adalah produsen makanan pokok kedua terbesar di dunia," kata Eve Barre, ekonom ASEAN di perusahaan asuransi kredit perdagangan Coface dikutip dari CNBC International dikutip Sabtu (29/7/2023).

Bangladesh dan Nepal akan paling terpukul oleh larangan tersebut, karena kedua negara tersebut adalah tujuan ekspor utama.

Larangan itu juga dapat memperburuk kerawanan pangan bagi negara-negara yang sangat bergantung pada beras, prediksi firma analitik pertanian Gro Intelligence dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan sebelum pengumuman.

Menurut Kementerian Urusan Konsumen, beras putih non-basmati merupakan sekitar 25% ekspor beras India.

"Tujuan teratas untuk beras India termasuk Bangladesh, China, Benin, dan Nepal. Negara-negara Afrika lainnya juga mengimpor beras India dalam jumlah besar," tulis analis Gro Intelligence.

Importir yang terkena dampak dapat beralih ke pemasok alternatif di wilayah tersebut, seperti Thailand dan Vietnam, kata ekonom senior Bank DBS Radhika Rao.

Beras memiliki peran strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, terlebih bagi negara-negara di Asia tak terkecuali Indonesia. Sebab, harga yang stabil, distribusi yang merata, harga yang terjangkau menjadi kondisi ideal yang diharapkan dari perberasan nasional.

Melansir dari laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) alias USDA, konsumsi beras global sudah mencapai angka 521,37 juta metrik ton untuk periode survey 2022-pertengahan 2023. Total konsumsi ini naik 2,7 metrik ton dari periode survey sebelumnya yakni 518,6 juta metrik ton pada 2021/2022.

Harga Beras Naik Lebih Tinggi

Selain pengurangan pasokan beras global, reaksi panik dan spekulasi di pasar beras global akan memperburuk kenaikan harga.

Harga sudah melayang di level tertinggi satu dekade, sebagian karena pasokan yang lebih ketat ketika bahan pokok menjadi alternatif yang menarik karena harga biji-bijian utama lainnya melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Harga gandum melonjak minggu ini setelah Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Perjanjian tersebut berusaha untuk mencegah krisis pangan global dengan mengizinkan Ukraina untuk terus mengekspor.

"Inflasi beras telah meningkat dari rata-rata 6% year-on-year tahun lalu menjadi hampir 12% pada Juni 2023," kata Rao dari DBS.

Beras kasar berjangka naik 1% lebih tinggi menjadi $15,8 per berat seratus (ctw) setelah pengumuman India.

Negara Asia Selatan itu bergulat dengan harga sayur, buah, dan biji-bijian yang tinggi. Harga tomat di India melonjak lebih dari 300% dalam beberapa pekan terakhir karena cuaca buruk. Sebuah jajak pendapat Reuters memperkirakan inflasi negara kemungkinan mencapai 4,58% tahun-ke-tahun karena melonjaknya harga pangan.

Analis senior Rabobank Oscar Tjakra memperkirakan harga beras global akan terus meningkat karena pangsa India di pasar global. Tjakra memperkirakan harga bahkan bisa melampaui tertinggi kuartal kedua ketika beras kasar mencapai level US$18 per cwt.

Berdampak ke Beras Indonesia?

Rencana India menghentikan ekspor beras ini tentu akan berdampak ke pasar beras dunia termasuk Indonesia. Mengingat, India penyuplai beras terbesar di dunia. Bahkan, jika Vietnam memberlakukan hal serupa, harga beras kemungkinan akan terkerek naik.

Bagi Indonesia, larangan beras bisa mengancam harga beras dalam negeri yang sudah terbang sejak akhir tahun lalu. Padahal, beras adalah sumber makanan utama dan memiliki kontribusi paling besar terhadap bobot inflasi pangan.

Beberapa waktu lalu, Vietnam juga ingin melakukan pengetatan terhadap komoditas beras sebagai antisipasi dampak El-Nino.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo angkat suara mengenai rencana India yang mau menutup ekspor beras. Menurutnya cadangan beras di Indonesia masih cukup.

"Ada pak Luhut (Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi). Tanya pak Luhut aja. Cuma yang saya lihat ketersediaan kita cukup kok," kata Syahrul Yasin, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/7) lalu.

Syahrul menyebut dari data yang dimilikinya, stok beras di Indonesia masih cenderung aman. Di mana sampai Juli ini ada panen hingga di atas 800 ribu ha, sedangkan pada bulan Agustus juga mencapai di atas 800 ribu ha.

Hal ini juga yang membuat dirinya masih meyakini tidak akan ada kelangkaan beras jelang puncak fenomena El Nino pada Agustus - September mendatang.

"Overstock kita masih di atas 2 juta, tapi kita tidak boleh PD (Percaya diri) siapa tahu El Nino berlanjut dari Agustus - September. sehingga presiden bilang ini nggak boleh. Dihitung, optimalkan saja yang bisa dilakukan," katanya.

Ada beberapa upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian dalam mengantisipasi fenomena El Nino, seperti memetakan daerah di Indonesia yang terdampak El Nino.

Pada daerah yang airnya menipis bakal dilakukan intervensi seperti pengendalian air irigasi, persiapan lumbung pangan khusus, hingga penyiapan varietas tanaman yang hanya butuh sedikit air.

Wajar saja, dampak El Nino diperkirakan bakal menjadi 'momok' mengerikan bagi pertanian Indonesia. Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya. Setidaknya, inilah beberapa hal penting yang perlu diwaspadai terkait dengan kejadian El Nino di sektor pertanian.

Singapura Jadi Korban

Dampak dari kebijakan baru India sudah dirasakan Singapura. Tetangga RI itu tengah menghubungi otoritas India untuk meminta pengecualian atas larangan ekspor beras non basmati. 

"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India," kata Badan Pangan Singapura (SFA) pada Jumat (28/7) kemarin. 

Untuk memastikan pasokan beras cukup, Singapura juga mengumumkan Skema Penimbunan Beras Singapura. Importir beras harus memiliki persediaan penyangga yang setara dengan dua kali impor bulanan mereka.

"Kami meninjau buffer inventaris secara teratur dan siap bekerja sama dengan industri jika diperlukan penyesuaian," ujar SFA lagi.

"Konsumen juga didorong untuk fleksibel dan dapat beradaptasi dengan beralih ke varietas beras lain, termasuk sumber karbohidrat lain jika terjadi gangguan," jelasnya.

Sementara itu, langkah India diyakini akan menyebabkan "kiamat" beras di sejumlah negara. Ini akan memperburuk krisis pangan di tengah naiknya inflasi di banyak negeri belahan bumi.

"(Langkah India) berisiko memperburuk kerawanan pangan di negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras," kata firma analitik data Gro Intelligence dalam sebuah catatan.

"Negara-negara yang diperkirakan terkena dampak parah larangan itu adalah negara-negara Afrika, Turki, Suriah, dan Pakistan, yang semuanya juga berjuang dengan inflasi harga pangan yang tinggi," ujar catatan itu lagi.

Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang dengan hampir 90% dari tanaman intensif air diproduksi di Asia. Harga global sudah berada di level tertinggi dalam 11 tahun.

Tindakan India telah membuat harga beras Thailand dan Vietnam mengalami kenaikan harga. Beras Vietnam sempat diperdagangkan pada level tertinggi sejak 2011 dan masih terus bergerak sementara varietas Thailand melonjak ke level yang belum pernah terlihat selama lebih dari dua tahun.


[-]

-

Sah! Pemerintah Naikkan Harga Gabah dan Beras, Ini Rinciannya
(Verda Nano/fab)

Sentimen: positif (50%)