Sentimen
Negatif (96%)
26 Jul 2023 : 10.35
Informasi Tambahan

Event: Konferensi Meja Bundar

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: London

Ishadi SK di Antara Prof Soemitro, Karl Mark, dan Mba Tutut

26 Jul 2023 : 10.35 Views 6

Detik.com Detik.com Jenis Media: Metropolitan

Ishadi SK di Antara Prof Soemitro, Karl Mark, dan Mba Tutut

Jakarta -

Semasa muda, Ishadi SK (Soetopo Kartosapoetro) rupanya punya kekaguman tersendiri terhadap Prof Soemitro Djojohadikusumo. Karena itu ketika menjadi reporter TVRI dia begitu ngebet untuk dapat mewawancarai ayah Menhan Prabowo Subianto itu.

"Dia saya tokohkan sebagai sosok yang punya nyali, berani melawan arus kungkungan kharisma kepemimpinan Bung Karno," kata Ishadi dalam biografi, "Broadcaster Empat Zaman".

"Wawancara itu membuat saya menjadi akrab dengan Prof. Soemitro," imbuhnya.

-

-

Buku yang ditulis wartawan senior Jimmy Stephanus Harianto itu diterbitkan dalam rangka ulang tahun ke-80 Ishadi pada 30 April lalu. Sejumlah tokoh, seperti Tanri Abeng, Dahlan Iskan, Emha Ainun Nadjib, Butet Kartaredjasa, Desi Anwar, dan Najwa Shihab memberikan testimoni dalam buku terbitan Kompas itu.

Menurut Ishadi, Prof Soemitro punya peran Internasional semasa pra-kemerdekaan. Dia antara lain terlibat di balik layar diplomasi selama Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda, 1949. Soemitro juga tokoh yang berani berseberangan dengan Presiden Soekarno sehingga dia harus hengkang ke luar negeri.

Soemitro baru kembali ke Indonesia ketika Jenderal Soeharto mulai berkuasa. Dia antara lain didaulat menjadi Menteri Perdagangan (1968-1973) dan Menteri Riset (1973-1978).
Suatu hari di tahun 1972, Menteri Perdagangan Soemitro menawari Ishadi untuk studi bidang perdagangan ke Jerman. Merasa tak punya minat menjadi pedagang, Ishadi tegas menolak. "Saya hanya mau di televisi," ujarnya.

Akhirnya Soemitro mengusahakan agar Ishadi dapat izin dari Departemen Penerangan (Deppen) untuk bisa studi ke Jerman. Programnya, "Siaran Televisi dan Praktik Kerja di Westdeutsche Rundfunk (WDR-TV) di Koln, Jerman Barat."

Rupanya hal itu membuat seorang petinggi di Deppen tak senang. Dia mengancam tak memberikan izin Ishadi untuk berangkat ke Jerman. Ishadi pun terpaksa berbohong bahwa tiket pesawat telah disiapkan untuk keberangkatan sore itu juga.

Saat mengikuti pendidikan dan pelatihan, Ishadi mendapat tugas dari WDR-TV untuk meliput ke Inggris. Dia antara lain singgah ke makam Karl Mark di Highgate, London. Dia tak sadar bahwa nama tokoh ekonomi itu tabu di Indonesia. Mark dikaitkan dengan ajaran komunisme - marxisme yang dilarang pasca Gerakan 30 September 1965.

Ketika liputannya itu tayang di WDR-TV, sejumlah pihak di tanah air menggunjingkannya. Bagaimana bisa seorang pegawai Deppen membuat liputan semacam itu. Beruntung isu tersebut tak berlarut sehingga dia aman ketika pulang ke Tanah Air pada 1974.

Toh begitu, si petinggi yang pernah tak mengizinkan ke Jerman mengancam untuk memberhentikan Ishadi sebagai pegawai Deppen. "Untung saya tahu masa jabatannya sebagai dirjen tinggal dua bulan. Saya menunggu sampai di pensiun," ujar Ishadi.

Dia kembali berhubungan dengan Prof Soemitro setelah diminta pensiun dini oleh Harmoko pada 1996. Padahal semula dia menghadap Menteri Penerangan itu karena telah lima tahun menjalani masa hukuman sebagai Kepala Litbang TVRI.

Atas sikap Harmoko tersebut, Ishadi akhirnya mempertimbangkan tawaran dari sejumlah stasiun televisi swasta, seperti Indosiar, TPI, dan SCTV. Ternyata Prof Soemitro menyarankan agar dia menerima TPI milik Siti Hardiyanti (Mba Tutut), putri sulung Presiden Soeharto. Padahal semula Ishadi justru takut Mba Tutut akan menolak karena dia pernah mengecewakan Soeharto.

"Kalau di tv lain, pasti kamu akan dipecat lagi karena Menpen jadi komisaris utamanya," begitu kurang lebih nasihat Soemitro.

Di TPI, Ishadi menjadi Direktur Operasional selama lima tahun hingga 2001. Sebelumnya dia mengajukan syarat agar manajemen tidak memecatnya kecuali atas kehendak sendiri. Ishadi juga meminta agar manajemen tidak mencampuri urusan yang menjadi kewenangannya.

"Sejak awal saya diminta menentukan sendiri berapa gaji yang harus saya terima," katanya.

- Uji Kompetensi Wartawan, Ishadi SK: Dipercaya Penonton-Berkualitas

[-]

(jat/fas)

Sentimen: negatif (96.8%)