Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UNESA
Kab/Kota: Surabaya
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Pejabat yang Tak Bisa Ikuti Visi Eri, Sadar Diri!
Beritajatim.com Jenis Media: Politik
Surabaya (beritajatim.com) – Santernya kabar akan ada pergantian atau rotasi jabatan di tubuh Pemkot Surabaya dinilai oleh akademisi sebagai sebuah hal yang wajar. Wali Kota Eri Cahyadi sebagai pemimpin di Surabaya pasti akan menyusun tim yang solid, kompeten, punya visi teknologi dan loyal.
“Rotasi di organisasi kan hal yang wajar. Wali kota punya visi, tentu dia memilih tim beranggotakan orang-orang yang dinilai mampu menerjemahkan visi tersebut. Ini sesuatu yang wajar dalam upaya mewujudkan kebijakan publik yang selaras dengan visi wali kota,” ujar akademisi Unesa, Dian Anita Nuswantara, Jumat (17/12/2021).
Dian menyebut, saat ini tantangan birokrasi semakin kompleks seiring pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Selain dituntut lebih responsif, birokrasi juga harus memahami lansekap perubahan perilaku masyarakat akibat pandemi. Perubahan perilaku itu terjadi mulai dari sisi ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Salah satu pendorong perubahan perilaku tersebut adalah aspek teknologi.
“Lansekap dunia sudah berubah. Salah satunya karena teknologi. Saya melihat Pak Eri Cahyadi punya visi teknologi yang kuat. Maka timnya harus mengikuti. Yang tidak bisa mengikuti, ya harus sadar diri,” katanya.
“Kadang-kadang ada sebagian orang yang merasa orang yang paling lama di dinas dan berhak menduduki suatu jabatan. Namun, faktanya dia tidak memiliki visi teknologi terbaru, dia juga tidak bisa membaca peta perubahan masyarakat yang butuh direspons cepat,” ungkap dosen FEB Unesa ini.
Pada era Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, lanjut Dian, mungkin sudah ditata sedemikian rupa. Tapi setiap pemimpin memiliki tantangan zaman yang berbeda. Saat ini tantangannya adalah perubahan teknologi yang sangat cepat. Apalagi setelah adanya pandemi Covid-19. Semua orang dipaksa untuk paham teknologi komunikasi.
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan pejabat itu, kata Dian, adalah melalui asesmen. Sebab dalam asesmen sangat lengkap untuk mengetahui kompetensi, minat, dan bakat seseorang. Apalagi bila konsep penilaian kinerja yang dipakai adalah 360 derajat, sebuah metode asesmen kinerja yang melibatkan atasan, rekan kerja, bawahan, sampai masyarakat.
“Dalam asesmen ada tes kemampuan dasar, ada tes wawacara, ada tes psikologi dan tes lainnya. Sehingga diketahui seseorang itu passionnya dimana, kemampuannya apa dan keterampilannya bagaimana. Sebab kemampuan dan keterampilan itu dua hal berbeda,” jelasnya.
Menurut Dian, jika kemampuan itu diperoleh lewat pengalaman dan belajar. Sedangkan keterampilan diperoleh melalui ketekunan. “Bagian administrasi, itu cukup memiliki ketrampilan. Tapi jika bagian analisis itu perlu kemampuan dan ketrampilan. Itulah fungsinya asesmen,” jelasnya.
Dan yang harus digarisbawahi, kata Dian, setiap ada perubahan struktur pasti akan dibarengi dengan pro dan kontra atau kekecewaan. Oleh karena itu, diperlukan keterbukaan dan komunikasi yang baik antara pimpinan dengan orang-orang yang akan diganti.
“Bagi saya, terjadinya dinamika organisasi itu sangat wajar. Kondisi itu berangsur-angsur akan hilang seiiring dengan hasil kinerja yang positif,” pungkasnya. (tok/kun)
Post navigation
Sentimen: positif (49.2%)