Marwoto, Kirun, Dalijo Dkk Bakal Ramaikan Pentas Ketoprak di Lapangan Kepek Pengasih
Krjogja.com Jenis Media: News
Kulonprogo - Pentas sandiwara ketoprak tobong Suryo Bawono digelar akhir pekan ini, Sabtu (15/7) mulai jam 18.30 WIB di lapangan Kepek Pengasih Kulon Progo. Mengambil judul “Kabar Mawa Wisa”, pentas ini akan diramaikan tampilnya seniman senimawati kondang seperti Marwoto, Abah Kirun, Dalijo, Rini Widyastuti, Novi Kalur, Yanti Lemoe, Santosa, Mianto, Bagong Tris dan lainnya.
Pentas ketoprak tobong ini digelar dalam rangkaian kegiatan Chip In Literasi Digital untuk Komunitas Masyarakat dengan tema “Menjadi Pejuang Anti Hoaks di Dunia Digital” yang diselenggarakan Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (KOMINFO RI).
Penulis naskah sekaligus sutradara dari pementasan ketoprak Tobong “Kabar Mawa Wisa” Nano Asmorodono menceritakan kehidupan warga Desa Randu Blatung yang awalnya harmonis, rukun dan tentram tiba-tiba berubah diselimuti ketakutan mencekam lantaran tiba-tiba banyak warganya terserang penyakit misterius yang sangat menular.
“Kabarnya penyakit itu disebabkan karena salah seorang warga desa Randu Blatung bernama Mlidhing telah berani menebang pohon keramat Randu Alas. Akibatnya penunggu pohon Randu Alas marah dan menuntut balas serta menyerang warga. Kabar ini dihembuskan oleh warga bernama Usreg, yang tengah berkompetisi dengan Mlidhing dalam pemilihan lurah. Akibatnya antar warga saling bersitegang, terlebih antar kelompok pendukung calon lurah,” terang Nano Asmorodono.
Ditambahkan bahwa moral cerita yang ingin disampaikan dari pentas ketoprak tobong “Kabar Mawa Wisa” adalah agar kita masyarakat selalu mencermati informasi-informasi yang beredar di tengah masyarakat. Jangan mudah menelan mentah-mentah setiap informasi yang beredar apalagi di sosial media. Biasakan check and recheck, saring sebelum sharring, imbuh Nano Asmorodono.
“Hal menarik dalam pementasan ini nanti akan dikolaborasikan dengan kehadiran narasumber yang akan turut memberikan pemahaman mengenai bagaimana seyogyanya kita menyikapi maraknya informasi hoax. Narasumber tersebut adalah Gusti Kanjeng Ratu Hemas (Ketua Penggerak PKK DIY), Aina Masrurin (Manajer Ceritasantri.id & Koordinator Media & TI PW Fatayat NU DIY) serta Octo Lampito (Pemimpin Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat),” pungkas Nano Asmorodono.
Direktur Pemberdayaan Informatika KEMENKOMINFO RI Dr. Ir. Bonifasius Wahyu Pudjianto, M. Eng mengatakan kini berita hoaks menjadi suatu kekhawatiran bagi seluruh masyarakat dari berbagai kalangan. Tersebarnya berita hoax dapat menimbulkan rasa percaya terhadap penerima informasi sesehingga dampak buruk penyebaran berita hoax salah satunya adalah dapat menyebabkan timbulnya rasa gelisah, kekacauan bahkan rasa benci terhadap sseseorang atau suatu organisasi dalam berita tersebut. Hal ini berdampak pada pada social, ekonomi, politik dan keutuhan bernegara.
“Seluruh upaya penangkalan berita hoaks dapat dilakukan oleh individu itu sendiri. Akan tetapi penyebaran berita hoaks dapat menurun dengan adanya upaya pemerintah. Salah satu bagian pemerintah yang berperan penting adalah Kementerian Informasi dn Informatika (Kemkominfo). Kemenkominfo sendiri telah meluncurkan Program Nasional Literasi Digital. Literasi Digital Indonesia digunakan sebagai acuan dalam merancang kurikulum Program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024,” paparnya.
Diterangkan bahwa ada 4 (empat) pilar yang menjadi bagian dari kerangka kerja pengembangan kurikulum Literasi Digital, yaitu: 1) Digital Skill atau kecakapan digital adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. (2) Digital Culture atau budaya digital adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK. (3) Digital Ethics atau etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. (4) Digital Safety atau kemanan digital adalah kemampuan user (pengguna) dalam mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari, ujarnya.
Keempat pilar kerangka pengembangan kurikulum Literasi Digital ini digunakan sebagai pengukuran kognitif dan atraktif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. Akan tetapi tiga diantaranya merupakan aspek yang bersinggungan langsung dengan melawan berita hoaks yang terjadi saat ini.
Tiga aspek tersebut ialah Budaya Digital, Etika Digital dan Keamanan Digital. Etika digital pada masalah ini adalah kemampuan masyarakat dalam memahami dan mempertimbangkan informasi yang diterima benar atau tidak. Budaya digital merupakan upaya masyarakat dalam memnerima informasi digital dengan mempertimbangkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika demi menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu keamanan digital dapat berupa kesadaran pada individu atau masyarakat dalam menerima keaslian informasi sehingga dapat mengaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Ketika pilar literasi digital dapat dilaksanakan dengan baik, maka masyarakat akan semakin cerdik dalam menerima informasi walaupun berita hoaks merajalela di ruang digital, ungkapnya.
“Melalui kegiatan Chip In Literasi Digital ini khususnya melalui pementasan ketoprak tobong Surya Bawono diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat setempat untuk lebih bijak dalam penggunaan digital, khususnya para pengguna internet yang selalu mencari informasi yang tepat dan terhindar dari berita hoaks atau berita bohong. Dan kegiatan ini pun salah satu cara pembelaan negara di era digital dengan mensosialisasikan anti hoaks,” pungkas Bonifasius.
Sentimen: positif (98.4%)