AKURAT.CO Pilpres hanya diikuti dua poros mengulangi Pilpres 2014 dan 2019 bukan mustahil. Skenarionya, PKB merapat dengan PDIP mendukung Ganjar Pranowo sedangkan PAN dan Golkar gabung barisan Prabowo Subianto.

Pengamat politik, Ujang Komarudin menganggap kemungkinan terbentuknya hanya dua poros memungkinkan karena parpol-parpol masih bisa mengalihkan dukungan mengikuti tenggat akhir pendaftaran capres-cawapres ke KPU pada November 2023 mendatang. 

"Kalau dua poros, bisa jadi cawapresnya Erick Tohir bergandengan dengan Prabowo Subianto. Maka PKB akan loncat ke PDIP, sementara PAN dan Golkar bisa merapat ke Prabowo," kata Ujang saat dihubungi di Jakarta, Senin (10/7/2023). 

Perubahan konstelasi memungkinkan terjadi berkaca pada hasil survei yang menunjukkan hanya Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sebagai kandidat terkuat. Keduanya juga sudah membentuk poros koalisi.

Sedangkan koalisi pendukung Anies pergerakannya sejauh ini masih dipusingkan urusan cawapres, yang belum tentu pula mendongkrak elektabilitas Anies. Artinya, tak tertutup kemungkinan anggota koalisi bakal merapat pada poros pendukung Ganjar atau Prabowo.

Ujang menganggap, pecah kongsi dalam koalisi umum terjadi. Namun kali ini yang menentukan pergerakan dari PKB, PAN dan Golkar. 

PKB dan PAN sama-sama punya jagoan yang diusung sebagai cawapres. PKB mendukung Muhaimin Iskandar sedangkan PAN mengusung Erick Thohir yang elektabilitasnya lumayan nendang.

Menurutnya, apabila Prabowo nantinya menggandeng Muhaimin atau akrab disapa Cak Imin, terbuka PAN merapat ke PDIP.  Sedangkan Golkar, kendati berupaya mengusung sang ketum, Airlangga Hartarto minimal jadi cawapres, bisa jadi merapat ke Gerindra. Namun tak menutup pula melanjutkan kongsi dengan PDIP.

"Memang Golkar partai besar, tapi Airlangga itu elektabilitasnya masih kalah bersaing dengan sosok capres dan cawapres lain," tuturnya.