Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: bandung, Surabaya, Malang, Madiun, Yogyakarta, Madura, Solo
Tokoh Terkait
Sejarah Perpustakaan Pertama dan Tertua di Indonesia, Salah Satunya di Solo
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Gedung Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang merupakan perpustakaan di masa lalu. (Wikimedia Common)
Solopos.com, SOLO — Indonesia memiliki perpustakaan pusat yaitu Perpustakaan Nasional Indonesia, tetapi yang mana yang menjadi perpustakaan pertama di Indonesia dan menjadi cikal bakal perpustakaan di Indonesia?
Bersumber dari perpustakaan.bsn.go.id yang diakses pada Sabtu (8/7/2023), tercatat perpustakaan gereja di Batavia yang menjadi perpustakaan pertama di Indonesia. Perpustakaan ini dirintis pada 1624 dan diresmikan pada tanggal 27 April 1643 dan dikepalai oleh Dominus Abraham Fierenius.
PromosiKrim Malam untuk Memutihkan Wajah, Kenali Dulu Kandungannya!
Pada 1778 muncul perpustakaan milik Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang didirikan pada tanggal 24 April 1778 pada masa VOC. Perpustakaan ini berdiri atas upaya dari J.C.M. Rademaker yang merupakan ketua Raad van Indie.
Perpustakaan ini tetap beroperasi setelah VOC bubar pada 1799 dengan sumbangan dari dermawan dan gubermen.
Perpustakaan ini mengeluarkan katalog buku pertama yang ada di Indonesia dengan judul Bibliotecae Artiumcientiarumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus. Katalog ini merupakan hasil suntingan dari P. Bleeker dan edisi keduanya terbit pada 1848 dengan judul berbahasa Belanda.
Pada saat Belanda memunculkan Sistem Tanam Paksa, didirikanlah perpustakaan pertanian pertama di Indonesia yang diberi nama Bibliotheek’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Perpustakaan ini didirikan pada 1842.
Nama perpustakaan ini diubah pada 1911 menjadi Centra Natuurwetenschappelijke Bibliotheek van het Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel dan kemudian diubah lagi menjadi Biblioteca Bogoriensis.
Perpustakaan selanjutnya yaitu perpustakaan yang ada di volkschool (sekolah rakyat) yang didirikan oleh Belanda untuk pribumi.
Perpustakaan ini diberi nama Volksbibliotheek yang selanjutnya terbagi menjadi Volksbibliotheek Java yang di dalamnya disediakan 417 judul buku berbahasa Jawa dan 282 buku berbahasa Melayu.
Kemudian, Volksbibliotheek Sunda yang di dalamnya disediakan 291 judul buku berbahasa Sunda dan 282 buku berbahasa Melayu, Volksbibliotheek Madura yang di dalamnya disediakan 67 judul buku berbahasa Madura dan 282 judul dalam bahasa Melayu, dan Volksbibliotheek Melayu yang setiap sekolah mendapatkan 328 judul buku berbahasa Melayu.
Selanjutnya pada saat pemerintahan Hindia-Belanda, beberapa pihak swasta mendirikan perpustakaan umum yang diberi nama openbare leeszalen yang artinya terbuka untuk umum.
Setelah itu Indonesia mempunyai Universiteit Indonesia pada 1950 dan mempunyai perpustakaan universitas. Sebelum perang, Indonesia mengenal perpustakaan sewa yang disebut huurbibliothek dengan pengelolanya yaitu penerbit forma G. Kolff & Co. Toko buku Visser di Bandung.
Perpustakaan sewa ini juga terdapat di Batavia, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Solo. Selain itu juga ada perpustakaan yang didirikan oleh keraton, yaitu perpustakaan Radya Pustaka dan Mangkunegaran di Solo. Lalu pada 1995, didirikanlah Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.
Sentimen: positif (57.1%)