Sentimen
Netral (76%)
8 Jul 2023 : 04.35

Bahana TCW Optimistis Target Pertumbuhan Kredit Tahun 2023 Tercapai

8 Jul 2023 : 04.35 Views 2

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Bahana TCW Optimistis Target Pertumbuhan Kredit Tahun 2023 Tercapai

Krjogja.com - JAKARTA - PT Bahana TCW Investment Management (“Bahana TCW”) menyakini kredit perbankan sebesr 10 persen sepanjang tahun ini mampu tumbuh pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia (BI). Tekanan inflasi yang stabil dan cenderung melandai, dengan suku bunga BI yang kemungkinan tidak akan berubah, serta kembali menguatnya pertumbuhan kredit pada Mei 2023, memberi ruang bagi penyaluran pinjaman.

BI memperkirakan penyaluran kredit dari perbankan sepanjang tahun ini akan berada pada kisaran
10%-12%. Pada Mei 2023, industri perbankan berhasil mencatat pertumbuhan kredit sebesar 9,39%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini, semakin menguat dari pencapaian
bulan sebelumnya yang tumbuh 8% secara tahunan. "Kredit konsumsi masih akan menjadi penopang utama penyaluran kredit di sepanjang tahun, di tengah-tengah tahun politik saat ini," papar Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad.

Menurut Emil biasanya korporasi ataupun investor menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha sebab terdapat ketidakpastian akan perubahan kebijakan dengan adanya pemerintahan yang baru, sehingga akan mempengaruhi laju penyaluran kredit investasi dan modal kerja. Kredit yang tumbuh sekitar 10% ini masih selaras dengan nominal pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal satu sebesar 12,49%. Belum terlihat adanya indikasi overheating perekonomian. Bahkan jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisa dipahami jika BI menjadi lebih akomodatif pada paruh kedua tahun ini.

Bank sentral siap memberikan stimulus melalui kebijakan makroprudensial berupa pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur pembiayaan untuk sektor hilirisasi pertanian, pertambangan,
perkebunan dan perikanan. Artinya, pelonggaran giro wajib minimum (GWM) untuk sektor hilirisasi
tersebut berpeluang akan disesuaikan.

Bila dilihat dari perekonomian secara makro, tekanan inflasi pada paruh kedua tahun ini cenderung
semakin landai, yang berdampak pada tingkat suku bunga acuan. Memang dari sisi tekanan inflasi,
terbuka ruang bagi kebijakan moneter untuk memotong suku bunga, namun hal tersebut harus sangat
hati-hati dilakukan sebab akan berdampak pada stabilisasi nilai tukar. Nilai tukar yang volatile akan
mengganggu pelaku usaha.

Suku bunga acuan atau yang lebih dikenal sebagai BI-7day (reverse) repo rate tetap pada kisaran
5,75%, sejak Februari hingga Juni 2023, dengan suku bunga dasar kredit (SBDK) per juni pada kisaran
13,06%. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, angka ini memang lebih tinggi namun besaran kenaikan
SBDK kian melandai setiap bulannya. Hal ini akan berdampak positif bagi penyaluran kredit konsumsi
sebab masyarakat pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga dan suku bunga.

Dengan suku bunga yang stabil, risiko kredit bermasalah juga terus memperlihatkan perbaikan. Data
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan
(NPL) secara gross pada akhir Mei 2023 sebesar 2,52%, lebih rendah bila dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya mencapai 3,04%.

"Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, Indonesia mampu menjaga inflasi yang
cenderung menurun, dan kredit masih memperlihatkan penguatan, sehingga tidak ada alasan
khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi,’’ papar Emil. Saham-saham big-cap cukup menarik untuk
diperhatikan bila investor mulai melirik pasar saham, ujarnya lebih lanjut. (*)

Sentimen: netral (76.2%)