Sentimen
Negatif (100%)
6 Jul 2023 : 23.27
Informasi Tambahan

Grup Musik: IZ*ONE

Kab/Kota: Moskow

Bos Wagner Muncul-Tentara Tolak 'Jihad'

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

6 Jul 2023 : 23.27
Bos Wagner Muncul-Tentara Tolak 'Jihad'

Jakarta, CNBC Indonesia - Tensi panas perang Rusia di Ukraina masih terus berlanjut. Yang terbaru, Moskow meluncurkan serangan rudal yang menghantam blok apartemen berlantai empat di kota Lviv, Ukraina barat.

Serangan pada Selasa malam itu menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 34 lainnya. Pihak berwenang Ukraina mengatakan tim penyelamat terus bekerja di lokasi untuk mencari korban selamat dan korban di antara puing-puing.

Sementara Walikota Lviv Andriy Sadovyi dalam sebuah postingan di saluran Telegramnya menyebut sekitar 60 apartemen dan 50 mobil rusak dalam serangan tersebut.

-

-

Berikut update terbaru perang Rusia-Ukraina terbaru lainnya, sebagaimana dikutip CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Kamis (6/7/2023).

Bos Wagner Prigozhin Masih Hidup

Keberadaan bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, yang memberontak terhadap Rusia dan sempat melancarkan percobaan kudeta, telah diketahui. Dia berada di St. Petersburg, Rusia.

Hal itu diungkapkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sahabat dekat Progozhin dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memimpin negosiasi agar kudeta urung dilakukan.

"Mengapa Anda bertanya kepada saya di mana perusahaan militer swasta Wagner dan kepala perusahaan ini hari ini? Ini adalah perusahaan Rusia. Anda tahu betul," tuturnya, dilansir kantor berita Belarusia, BELTA, Kamis.

Menurutnya, pasukan Wagner, yang dia sebut pejuang hebat, berada di kamp permanen mereka untuk pemulihan, perawatan medis, dan sebagainya setelah melakukan pertempuran hebat melawan pasukan Ukraina di Bakhmut.

"Untuk Yevgeny Prigozhin, dia ada di St. Petersburg," tuturnya. "Di mana dia pagi ini? Mungkin dia pergi ke Moskow, atau tempat lain. Tapi dia tidak di Belarusia," tegas Lukashenko.

Sebelumnya, Progozhin disebut diasingkan ke Belarusia setelah gagal melakukan kudeta pada 24 Juni lalu.

Tentara Rusia Tolak Perintah 'Jihad' Putin

Tentara Rusia dilaporkan mulai melawan perintah Presiden Vladimir Putin untuk "berjihad" di perang Ukraina. Bahkan, mereka disebut enggan terjun ke medan perang.

Sebagaimana diberitakan Kyip Post, hal ini terungkap dari postingan viral yang menyebar di Telegram. Beberapa mengaku enggan "bunuh diri".

"Pada 2 Juli, saluran Telegram berita lokal Rusia Ostorozhno Novosti menerbitkan video seruan dari tentara resimen ke-1428 Rusia. Orang-orang yang dimobilisasi seharusnya bertugas di pertahanan teritorial malah dikirim untuk melakukan penyerangan di dekat Bakhmut tanpa pelatihan dan peralatan normal," muat media itu, dikutip Kamis.

"Para rekrutan Rusia mengatakan dalam video bahwa mereka telah dipaksa menjadi sukarelawan untuk pertahanan teritorial dan tidak pernah menyetujui pertempuran garis depan ketika menandatangani kontrak pendaftaran mereka." tulisnya lagi.

"Kami tidak ingin melakukan perintah yang tidak masuk akal dan bunuh diri," tambah Kyiv Post mengutip salah satu keluhan tentara.

Keluhan yang sama sebenarnya juga membuat heboh di Telegram 23 Juni. Pasukan Rusia yang dimobilisasi ke Zaporizhzhia mengeluh tentang kerugian besar setelah serangan balasan Ukraina dimulai.

Awalnya mereka ditugaskan di garis pertahanan level kedua. Tapi setelah 8 Juni, mereka dikirim ke garis depan dan akhirnya menderita kerugian.

Human Rights Watch: Bom Curah Ukraina dan Rusia Lukai Warga Sipil

Human Rights Watch (HRW) pada Rabu (5/7/2023) menuduh pasukan Rusia dan Ukraina menyebabkan korban sipil melalui penggunaan munisi tandan.

Organisasi tersebut menemukan bahwa serangan bom curah Ukraina di wilayah yang dikuasai Rusia di dalam dan sekitar kota Izium di Ukraina timur pada tahun 2022 menyebabkan banyak korban di kalangan warga sipil Ukraina. Sementara pasukan Rusia telah secara ekstensif menggunakan munisi tandan di Ukraina, membunuh dan melukai banyak warga sipil.

"Amunisi cluster yang digunakan oleh Rusia dan Ukraina membunuh warga sipil sekarang dan akan terus berlanjut selama bertahun-tahun," kata Mary Wareham, penjabat direktur senjata di Human Rights Watch, seperti dikutip CNBC International.

"Kedua belah pihak harus segera berhenti menggunakannya dan tidak mencoba mendapatkan lebih banyak senjata sembarangan ini."

Pemerintah AS sedang mempertimbangkan permintaan dari Ukraina untuk transfer munisi tandan yang ditimbun. Jika Presiden Joe Biden menandatangani transfer tersebut, HRW mengatakan hal itu pasti akan menyebabkan penderitaan jangka panjang bagi warga sipil.

Bos IAEA Tegang Soal Perkara PLTN Zaporizhzhia

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memperingatkan tentang meningkatnya ketegangan di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki Rusia.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir tidak boleh diserang dalam keadaan apa pun, pembangkit listrik tenaga nuklir tidak boleh digunakan sebagai pangkalan militer," kata Grossi kepada wartawan saat konferensi pers di Jepang.

"IAEA ada di sana untuk mengamati, memantau ini, dan memberi tahu komunitas dunia jika ini terjadi. Dalam inspeksi terakhir kami, kami belum melihat aktivitas apa pun, tetapi kami tetap sangat waspada. Seperti yang Anda ketahui, ada serangan balik yang sedang berlangsung, ada banyak pertempuran," katanya, menurut laporan NBC News.

"Saya telah berada di sana beberapa minggu yang lalu dan ada pertempuran di sana, sangat dekat dengan pabrik, jadi kami tidak dapat bersantai dan kami akan terus menginformasikan dan memperbarui," tambah kepala badan pengawas nuklir tersebut.


[-]

-

Balas Dendam Ukraina? Rusia Diserang Drone, 3 Terluka
(pgr/pgr)

Sentimen: negatif (100%)