Sentimen
Negatif (94%)
4 Jul 2023 : 03.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Paris, Lille

Kasus: penembakan

Internasional PMI Sebut Prancis Masih Mencekam, Jam Malam Diberlakukan Pusat Pemberitaan

4 Jul 2023 : 03.27 Views 3

RRi.co.id RRi.co.id Jenis Media: Nasional

Internasional
PMI Sebut Prancis Masih Mencekam, Jam Malam Diberlakukan

Pusat Pemberitaan

KBRN, Prancis: Pekerja Migran Indonesia (PMI) Kusuma Ningrum mengonfirmasi, kondisi masih mencekam pada malam hari pascakerusuhan di Paris, Prancis. Bahkan, Kusuma mengatakan, Otoritas Prancis sudah memberlakukan jam malam guna menjaga keamanan setempat.

"Sebetulnya, agak mencekam, seperti orang gila (para demonstran, red), ngeri-ngeri sedap gitu. Dan di beberapa kota sudah diberlakukan jam malam, yaitu jam 09.00," kata Kusuma dari Paris kepada Pro3 RRI, Senin (3/7/2023) malam WIB. 

Kusuma mengatakan, pemberlakuan jam malam Prancis, juga terkait penghentian sementara angkutan publik. "Dan di Paris sejak kemarin (Minggu, red), sudah tidak ada Metro maupun kereta bawah tanah saat jam 09.00 malam," ujar Kusuma.

Polisi Prancis, pada Minggu (2/7/2023), sudah menangkap 1.311 demonstran di seluruh tempat unjuk rasa berlangsung. Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan Prancis pecah karena Polisi Prancis menembak mati seorang pemuda di Kota Nanterre, Paris, Selasa (27/6/2023).

Meski demikian, menurut Kusuma, pascapenangkapan para demonstran, seluruh warga masih dapat berkegiatan saat siang hari di Prancis. "Ya, masih stabil juga, tidak tambah mencekam kalau siang hari," ujar Kusuma.

"Karena mereka (para demostran, red), banyak gerilya pada malam hari, meski di atas jam 12 malam, saat orang-orang sudah tidur. Jadi, saat siang hari tidak masalah, kejadiannya selalu malam," kata Kusuma.

Namun, Kusuma tidak memungkiri, kerusuhan tidak hanya terjadi di Ibu Kota Prancis, Paris. "Ya, Jumat kemarin kerusuhan juga sudah terjadi di beberapa kota kecil, padahal biasanya kota itu tenang, sepi," kata Kusuma.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Prancis, kata Kusuma, juga sudah memberikan imbauan kepada seluruh WNI di sana. "Kami mendapatkan pesan dari KBRI untuk tidak melakukan banyak kegiatan, selain bekerja," kata Kusuma.

"Jadi, untuk mengurangi keluar rumah dengan perjalanan cukup jauh. Dilarang untuk berkumpul-kumpul sementara ini, istilahnya," ujar Kusuma.

Selain itu, para WNI di Prancis juga disarankan KBRI untuk selalu tetap terhubung dengan para kerabat dan teman. "Ada nomor khusus dari KBRI diberikan kepada kami sebagai WNI bila ada kesulitan," kata Kusuma.

Kusuma juga mengatakan, Otoritas Prancis juga memberikan pelayanan nomor telepon untuk para imigran dari seluruh negara. "Ya, pemerintah setempat juga memberikan nomor telepon untuk kami (imigran, red) di masing masing kota," kata Kusuma.

Tapi, Kusuma juga memastikan, belum ada "peringatan" untuk para imigran meninggalkan Prancis pascakerusuhan. Sebab, kata dia, hingga hari ini masih bekerja seperti biasa, di salah satu sekolah internasional di Paris.

"Kami juga masih melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Jadi, kami masih tetap ada di sini, belum ada pembatasan kegiatan sekolah atau bekerja di Prancis," ujar Kusuma.

Walaupun, dia tidak memungkiri, menurut informasi didapat, para demonstran juga melakukan pembakaran, seperti kantor kecamatan. "Kantor kantor pemerintahan juga dibakar di kota kota kecil itu," kata Kusuma.

Hanya saja, diketahuinya, Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu juga sudah memberikan ultimatum kepada para orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka. "Karena yang melakukan aksi itu, malah anak-anak usia 14-17 tahun," kata Kusuma.

Unjuk rasa penuntutan keadilan untuk Nahel M korban penembakan oleh Polisi Prancis (Foto: Istimewa)

Seperti dilansir dari laman Reuters, Sabtu (1/7/2023), aksi massa mengular ke berbagai wilayah Prancis. Seperti, Lyon, Lille, Strasbourg, Toulouse, Marseille, dan Paris. 

Korban meninggal dunia adalah Nahel M, keturunan Afrika Utara, berusia 17, ditembak di dada dari jarak dekat. Diduga, Nahel tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobil Mercedes-nya setelah melanggar lalu lintas.

"Apa yang akan saya lakukan sekarang? Saya mencurahkan segalanya untuk dia, saya hanya punya satu, saya tidak punya 10 (anak, red)," kata Ibu Nahel dilansir dari laman BBCIndonesia, Sabtu (1/7/2023).

"Dia adalah hidup saya, sahabat saya," ujar Ibu Nahel. Sang ibu juga mengatakan, nenek Nahel menyebut Nahel, "sebagai anak yang ramah dan baik".

Sentimen: negatif (94.1%)