PIKIRAN RAKYAT - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi kekhawatiran Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengenai cawe-cawe orang nomor satu di Indonesia itu dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kekhawatiran SBY disebut tertuang dalam buku yang ditulis olehnya.

SBY menulis buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-cawe Presiden Jokowi. Buku tersebut ditulis pria berusia 73 tahun itu mendengarkan perkataan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut yang akan cawe-cawe dalam Pilpres 2024.

Buku tersebut berjumlah 25 halaman dan telah diluncurkan pada 26 Juni 2023. Penulisan buku tersebut disebut untuk kader Partai Demokrat.

Menanggapi kabar kekhawatiran SBY soal cawe-cawe dalam Pilpres 2024, Jokowi berujar jika pemerintah akan memberikan dukungan. Bentuk dari dukungan tersebut ada dari berbagai sektor.

Baca Juga: Kronologi Pria Lecehkan Anak di Cianjur: Anak Tiri Trauma, Ogah Pulang ke Rumah

"Saya kira sudah berulang kali saya sampaikan, bahwa penyelenggara pemilihan umum itu adalah KPU. Pemerintah memberikan dukungan, baik dari sisi keamanan maupun membantu dalam distribusi logistik," kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga berujar jika ASN, TNI, dan Polri akan netral dalam Pemilu tersebut. Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran mengenai penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut.

"Birokrasi kita betul-betul harus kita jaga dan agar tetap netral. Jadi enggak usah, enggak ada kekhawatiran mengenai itu," ujar Jokowi.

Baca Juga: Baleg DPR: Masa Jabatan Kades Jadi 9 Tahun, 2 Periode

Mengenai cawe-cawe yang akan dilakukan, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) tidak mempermasalahkannya. Menurut lembaga tersebut, apa yang dilakukan oleh pria asal Solo itu wajar saja.

Meskipun demikian, Bawaslu berujar untuk melakukan cawe-cawe tersebut ada syaratnya. Jokowi harus menggunakan nama pribadi, bukan sebagai Presiden untuk bisa cawe-cawe dalam Pilpres maupun Pemilu 2024.

Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja berujar jika cawe-cawe dilakukan Jokowi untuk memastikan program kerja dan visi serta misinya dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya. Oleh karena itu, ia menganggap tindakan tersebut biasa saja.***