Sentimen
Informasi Tambahan
Club Olahraga: Madura United, Inter Milan, Persebaya, Bologna
Event: SEA Games, kongres luar biasa, Liga Jerman, Piala Dunia 2022
Kab/Kota: bandung, Surabaya, Madura, Solo
Kasus: korupsi
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Sepak Bola Indonesia di antara Halusinasi dan Optimisme
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Rudi Hartono (Solopos/Istimewa)
Solopos.com, SOLO – Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) periode 2023-2027 Erick Thohir acap kali mengungkapkan sepak bola Indonesia segera bangkit dari tidur.
Mantan Presiden Inter Milan itu mengatakan pengurus PSSI sekarang bukan kaleng-kaleng dan tak main-main dalam membenahi seluruh aspek yang berkaitan dengan sepak bola nasional.
PromosiCucok Bun! Belanja Makeup di Tokopedia Sekarang Bisa Dicoba Meski Lewat Online
Apakah Erick hanya berhalusinasi atau memang sepak bola Indonesia benar-benar bisa bangun dari tidur panjang? Tak salah ketika ada yang menganggap Erick hanya berhalusinasi mengingat penyakit akut sepak bola nasional sulit disembuhkan.
Salah satu penyakit itu adalah urusan wasit. Manajer Persebaya Surabaya Yahya Alkatiri pada 14 Agustus 2022 lalu menyebut kualitas wasit yang buruk bertanggung jawab atas terpuruknya tim nasional Indonesia selama puluhan tahun.
Hal itu dia sampaikan seusai Persebaya Surabaya dia anggap dirugikan oleh keputusan wasit yang memimpin laga saat melawan Madura United di Gelora Bung Tomo, Surabaya, yang berakhir imbang 2-2.
Berbagai kontroversi dan sensasi kerap mewarnai bal-balan Indonesia dari dulu hingga sekarang. Kasus mafia wasit yang menjadi sejarah buruk sepak bola Indonesia mengemuka pada 1998.
Pengungkapan kasus diawali pernyataan manajer Persikab Kabupaten Bandung Endang Sobarna yang menyebut ada permainan kotor di Liga Indonesia yang melibatkan wasit.
Ketua Umum PSSI saat itu, Azwar Anas, membentuk tim pencari fakta. PSSI menghukum Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI Djafar Umar dengan sanksi seumur hidup tak boleh terlibat di sepak bola nasional.
Djafar terbukti terlibat pengaturan hasil pertandingan dengan melibatkan korps wasit. Saat itu Djafar Umar yang berstatus wasit FIFA diisukan menjadi The Godfather mafia wasit.
Ia dipergunjingkan menerima upeti dari para wasit yang bertugas di kompetisi profesional dan amatir. Sebanyak 40 wasit nasional terlibat kasus match fixing. Mereka, antara lain, Khairul Agil, R. Pracoyo, dan Halik Jiro yang sering memimpin laga-laga besar Liga Indonesia.
Kasus lain yang melibatkan wasit Indonesia mengemuka lagi pada 2015. Kasus tersebut terjadi di Singapura sehingga dunia sepak bola internasional menyoroti kasus itu.
Ketika itu, mantan wasit asal Indonesia, Nasiruddin, diduga menawarkan uang sebesar US$11.000 atau sekitar Rp147 juta agar Timor Leste mengalah dari Malaysia di pertandingan sepak bola SEA Games 2015.
Biro Investigasi dan Praktik Korupsi (CPIB) Singapura menyelidiki kasus itu dan Nasirudin mendapat hukuman 30 bulan penjara. Kepada sebuah media, mantan wasit FIFA asal Indonesia, Jimmy Napitupulu, menyampaikan kasus tersebut melibatkan 15 wasit.
Ada yang dihukum lima tahun, 10 tahun, 15 tahun, 20 tahun, dan 25 tahun penjara. Nasiruddin termasuk orang yang mendapat hukuman terberat. Buruknya sistem perwasitan Indonesia pula yang membuat Jimmy berhenti bekerja sebagai komite wasit PSSI.
“Saya merasa lelah setelah bertahun-tahun berkecimpung sebagai korps wasit. Terlalu banyak kesalahan,” kata dia. Kasus demi kasus di dunia sepak bola nasional bermunculan lagi setelah itu, seperti tak ada habisnya.
Jurnalis Najwa Shihab pernah membongkar kasus mafia bola beberapa tahun lalu. Mabes Polri membentuk satuan tugas antimafia sepak bola. Sejumlah orang yang terlibat mafia sepak bola dijebloskan ke penjara.
Erick melakukan berbagai terobosan sejak terpilih menjadi Ketua Umum PSSI periode 2023-2027 melalui Kongres Luar Biasa pada 16 Februari 2023 lalu. Ihwal perbaikan perwasitan di Indonesia, Erick membuat kebijakan krusial.
PSSI membatasi kuota wasit kompetisi Liga 1 dan Liga 2 musim 2023/2024. Untuk Liga 1 ditetapkan 18 wasit utama dan 38 asisten wasit. Setiap wasit akan mendapatkan jatah memimpin pertandingan 17 kali.
Sedangkan untuk Liga 2 ditetapkan 24 wasit utama dan 48 asisten wasit. Setiap wasit akan mendapatkan kesempatan 14-15 pertandingan. Pembatasan ini juga dilakukan untuk menunjang program football development dan kesejahteraan untuk para wasit.
Jumlah wasit nasional lebih dari 160 orang. PSSI menggelar seleksi ketat dengan melibatkan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA). Tes melalui serangkaian uji fisik dan kompetensi sesuai aturan FIFA.
Ada tiga tahap tes, yaitu fitnes test FIFA kategori 2, video test, dan test law of the game FIFA. Wasit-wasit ini juga diseleksi untuk kualifikasi penggunaan VAR yang rencananya akan diterapkan musim ini. Proses seleksi bersama JFA digelar 15-16 Juni 2023.
PolitikErick memastikan PSSI akan meningkatkan kesejahteraan wasit yang bertugas di kompetisi. Itu sebagai upaya menghapus mafia wasit dan match fixing. Langkah itu sejalan dengan pendapat mantan wasit FIFA asal Indonesia, Jimmy Napitupulu.
Dia menyebut kejahatan yang dilakukan Nasiruddin serta para wasit lainnya pada masa lalu bisa dihindari selama pemangku kepentingan sepak bola Indonesia mampu menjamin kesejahteraan wasit seperti dengan memberi gaji yang layak.
Erick ingin mendatangkan instruktur FIFA dan mantan wasit asal Italia yang dikenal garang selama menjadi pengadil di lapangan, Pierluigi Collina, untuk kepentingan pembinaan wasit nasional. Collina saat ini menjabat sebagai Komite Wasit FIFA.
PSSI sudah mengirim surat permohonan tentang hal tersebut kepada FIFA. Collina tidak hanya identik dengan kepala plontosnya, tetapi merupakan salah satu wasit FIFA yang terkenal dengan ketegasan di lapangan selama masa tugasnya.
Wasit kelahiran Bologna yang mendapatkan lisensi FIFA pada 1995 itu memimpin laga besar final Piala Dunia 2002 antara Jerman dan Brasil. Collina juga mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi, termasuk enam kali wasit terbaik dunia dari International Federation of Football History and Statistics (IFFHS).
Terobosan-terobosan yang dilakukan PSSI era kepemimpinan Erik itu belum pernah dilakukan PSSI periode-periode sebelumnya. Erick yang pernah menjadi Presiden Inter Milan memanfaatkan jaringannya yang luas di level internasional.
PSSI tak hanya bekerja sama dengan JFA. PSSI juga bekerja sama dengan operator Liga Jerman, DFL, untuk membangunkan sepak bola Indonesia dari tidur panjang selama ini.
Terobosan-terobosan itu belum termasuk kebijakan rencana penggunaan VAR di Liga 1, keberhasilan mendatangkan juara Piala Dunia 2022 untuk FIFA matchday melawan tim nasional Indonesia, dan lainnya.
Melihat kemajuan sepak bola dalam negeri dalam kurun waktu cukup singkat ini, pencinta sepak bola Indonesia sepertinya layak optimistis PSSI yang sekarang bisa menyadarkan dunia bahwa sepak bola Indonesia mulai bangun dari tidur.
Ada keresahan yang menggelayuti masyarakat pencinta bola mengingat Erick digadang-gadang akan menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden yang bakal berkontestasi pada pemilihan umum 2024.
Publik khawatir Erick tidak bisa lagi mengurus PSSI. Apabila kekhawatiran itu terjadi, sepak bola Indonesia akan kembali tidur pulas seperti sebelumnya dan ungkapan sepak bola Indonesia bangun dari tidur sekadar halusinasi.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 26 Juni 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)
Sentimen: negatif (100%)