Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Boyolali, Solo
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Politik Gagasan Generasi Zenial
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Muhammad Shoma Ma'rifatullah (Solopos/Istimewa)
Solopos.com, SOLO – Menjelang kontestasi politik 2024, diskursus publik semakin menghangat. Salah satu yang menjadi top of mind pembicaraan adalah hadirnya calon anggota legislatif atau caleg berusia muda.
Data Komisi Pemilihan Umum atau KPU menunjukkan mayoritas pemilih pada 2024 adalah pemilih pemula dan muda. Terdapat sekitar 107 juta pemilih muda atau 53% hingga 55% dari total pemilih.
PromosiCucok Bun! Belanja Makeup di Tokopedia Sekarang Bisa Dicoba Meski Lewat Online
Bisa dikatakan Pemilu 2024 adalah momentum terakhir bagi Indonesia sebelum memuncaki bonus demografi. Keterlibatan generasi zenial— gabungan generasi Z dan generasi milenial, dalam momentum politik 2024 menjadi krusial.
Generasi Zenial diharapkan dapat mengoptimalkan kans window of opportunity menuju negara maju. Pada sisi yang lain, jika bonus demografi tak segera dioptimalkan, akan menjadi door of disaster.
Sebagai aktor utama puncak bonus demografi, generasi Z yang lahir pada 1995-2012 dan generasi milenial yang lahir pada 1981-1996 memegang peran kunci. Menurut Badan Pusat Statistik atau BPS, populasi generasi zenial mencapai 53,82% dari total populasi di Indonesia.
Pemilu ibarat pintu gerbang utama untuk terciptanya sistem pemerintahan dan kepala pemerintahan yang kuat dan berkualitas dalam mengambil kebijakan publik (Schumpeter, 2003). Ini juga menyangkut apakah bisa memanfaatkan bonus demografi yang kita miliki atau sebaliknya.
Idealnya, para caleg atau calon pemimpin di lembaga eksekutif yang berangkat dari generasi zenial memiliki kemampuan membaca peta permasalahan yang sedang dihadapi generasi saat ini, mulai dari pekerjaan, rumah, teknologi, sampai lingkungan.
Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir tentang 81 juta kaum milenial belum memiliki rumah. Sebanyak 97,7% generasi tersebut adalah pengguna Internet yang mengadvokasikan beberapa masalah yang dihadapi generasi ini.
Yuval Noah Harari dalam buku 21 Lessons for the 21st Century menyebut akan terjadi disrupsi pada pasar tenaga kerja pada waktu dekat ini. Akan terdapat pembelajaran mesin dan robotika yang mengubah hampir semua pekerjaan.
Terdapat pula keyakinan bahwa miliaran orang secara ekonomis akan menjadi tidak berguna pada satu atau dua dasawarsa ke depan. Kekuatan mahadata akan berpengaruh besar.
Otoritas bisa saja bergeser dari manusia ke algoritma. World Economic Forum mengungkapkan artificial intelligence atau kecerdasan buatan akan menggantikan 85 juta pekerjaan di seluruh dunia pada 2025.
Bill Gates dalam How to Avoid a Climate Disaster menyebut secara umum terdapat 51 miliar ton gas rumah kaca yang ditambahkan ke atmosfer tiap tahun. Masalah lingkungan menjelma dalam bentuk pemanasan global, deforestasi, hingga curah hujan tinggi atau sebaliknya, yaitu berkurangnya sumber air.
Generasi zenial mesti mengetahui isu iklim adalah ketidakadilan antargenerasi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Menurut Lord Stern, terdapat discounting rate—kerugian besar-besaran yang akan dihadapi oleh generasi zenial, yang sifatnya undervalue dibanding dengan keuntungan jangka pendek yang dinikmati hari ini.
Belum lagi masalah intrinsik generasi zenial dalam isu jagat digital. Masih banyak masalah pada sektor perlindungan data pribadi, kurang meratanya akses Internet, lemahnya cyberscurity, hingga sensor berlebihan dalam platform beropini.
Sebagai digital native, generasi ini menempatkan Internet sebagai rumah kedua dalam keseharian. Perlu solusi bersama dan tindak lanjut dari pemerintah untuk mengatasinya.
Momentum Adu GagasanPeliknya isu yang dihadapi generasi zenial secara langsung membuka kesempatan bagi para caleg dan calon pemimpin lembaga eksekutif dari generasi ini untuk turun tangan dalam adu gagasan.
Pemilu 2024 tak bisa dimaknai sebagai adu prestise dan privilise semata, namun harus mengedepankan ide. Politik seyogianya dimaknai sebagai konvergensi antara kepentingan umum dan ambisi pribadi yang sehat.
Masih terdapat waktu kurang lebih delapan bulan bagi caleg dan calon pemimpin lembaga eksekutif dari generasi zenial untuk mematangkan gagasan. Gagasan tersebut diharapkan dapat dikontestasikan kepada generasi zenial dalam merebut preferensi pilihan mereka.
Saat ini momentum yang tepat untuk “memaksa” caleg, calon pemimpin eksekutif, hingga calon presiden berbicara tentang konsep demografi. Urgensi konsep demografi akan diformulasikan dalam bentuk visi dan misi calon pemimpin eksekutif terpilih dan menjadi kebijakan rencana pembangunan jangka menengah 2024-2029.
Meriahnya antusiasme caleg dan calon pemimpin eksekutif muda harapanya bukan semata boom di depan, namun mlempem di pelaksanaan. Banyaknya strategi yang dijalankan partai politik menggaet suara generasi zenial dalam menggandeng vote-getter harus dimaknai upaya menuntaskan masalah generasi ini, bukan hanya panggung politik selebritas dan anak muda.
Hal yang menggembirakan dirilis kajian Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS) bahwa partisipasi generasi zenial dalam partisipasi pemilu mencapai 91,3%. Pentingnya gagasan dalam kontestasi politik harus dipahami mengingat generasi zenial membentuk dan menyuarakan aspirasi melalui media sosial.
Mereka menyerap informasi perkembangan global dan sekaligus merefleksikan yang kurang dari konteks lokal mereka masing-masing. Komparasi ini yang membuat generasi zenial lebih kritis dalam melihat isu-isu politik sehari-hari.
Menghadapi Pemilu 2024, partai politik beserta para kandidat wakil rakyat dan pemimpin eksekutif tak dapat terus bertahan pada orientasi kekuasaan ala Machiavellian karena pertarungan elektoral ditentukan oleh seberapa jauh menggaet hati pemilih dari generasi zenial.
Pekerjaan telah menanti para caleg dan calon pemimpin eksekutif muda. Apakah mereka akan adaptif menyumbang gagasan bagi isu-isu yang relevan bagi generasinya atau malah kelak terlena dia zona nyaman dengan status quo yang tak mengubah keadaan ini? Mari kita saksikan dan berdoa yang terbaik bagi negeri ini.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 16 Mei 2023. Penulis adalah generasi Z calon anggota DPRD Kabupaten Boyolali untuk Pemilu 2024 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
Sentimen: positif (99.4%)