Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pemilu 2014
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Cak Imin Dinilai Lebih Mewakili Suara Nahdliyin
Radarbangsa.com Jenis Media: News
RADARBANGSA.COM - Pengamat politik Universitas Mathlaul Anwar Banten, Eko Supriatno menilai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin lebih mewakili suara Nahdliyin dibanding Erick Thohir.
Menurutnya, sangat logis kenapa harus Cak Imin. Selain merupakan cicit pendiri NU dan ketum partai, Cak Imin juga disebut punya segudang pengalaman baik di pemerintahan maupun di legislatif.
“Saat ini yang paling relevan dan logis untuk menjadi Calon Presiden (Capres) mewakili suara Nahdliyin adalah Cak Imin, bukan Erick Thohir, atau pun lainnya,” kata Eko Supriatno dalam keterangannya, Selasa, 27 Juni 2023
Eko berujar, Cak Imin terbukti mampu membuat PKB semakin solid dan tren prolehan suara juga semakin positif. “Kita harus akui, selama Cak Imin memimpin PKB, partai tersebut semakin solid dan tren perolehan suara semakin positif,” tukasnya.
Eko menjelaskan beberapa hal yang menunjukkan tren PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin semakin positif. Pertama, dari segi perolehan suara, sejak Pemilu 2014, 2019 posisi PKB semakin diperhitungkan. Suaranya PKB naik signifikan dibanding sebelumnya saat didera konflik.
“Tren positif itu terlihat kembali dalam lembaga-lembaga survei terbaru beberapa waktu lalu, yaitu PKB berada dalam posisi 3 besar. Perkembangan ini tidak boleh membawa PKB terlena karena situasi berjalan sangat dinamis, mudah terjadi perubahan,” kata Eko.
Kedua, lanjut Eko, selama periode kepemimpinan Cak Imin, PKB menjadi semakin solid dibanding masa-masa sebelumnya yang sarat konflik. Beberapa potensi konflik bisa diatasi Cak Imin, sehingga tidak meruncing dan berdampak serius. Memang tidak semua pihak terpuaskan, tapi hal ini tentunya wajar, fenomena yang terjadi di semua Parpol.
“Ketiga, jika dicermati tren positif PKB memang tidak bisa dipisahkan dari strategi dan kepemimpinan Cak Imin yang lebih kreatif. Sebagai contoh, pada Pemilu 2014, Cak Imin ini menggandeng musisi Ahmad Dhani dan Haji Rhoma Irama yang ternyata dampak elektoralnya luar biasa. Muhaimin juga cukup berhasil dalam menjaga hubungan baik dengan NU, dengan para kiai dan santri. Sekaligus pintar merangkul kaum milenial yang jumlahnya sangat besar,” ungkapnya.
Bahkan, imbuh Eko, PKB berhasil memposisikan dirinya sebagai kekuatan religius yang nasionalis dengan mengintegrasikan wawasan keagamaan dan kebangsaan dan sebagai pengusung moderatisme beragama. Berada di titik spektrum tengah.
“Jika mampu dijaga secara konsisten, hal ini akan menjadi poin positif bagi PKB ke depannya yang membedakan dengan parpol-parpol lainnya,” tukasnya.
Selain PKB solid, Cak Imin terus konsisten memperjuangkan aspirasi politik warga Nahdliyin. Menurut Eko, historiografi politik Indonesia perlu melihat politik Cak Imin sebagai referensi politisi yang konsisten memperjuangkan aspirasi warga NU.
“Misal dimana sejak awal PKB menginisiasi UU Pesantren dari PBNU. Bukankah selama proses legislasi ini, pun fraksi PKB dan PBNU terus berkoordinasi dan berkonsultasi agar perjuangan UU pesantren ini sesuai harapan dan amanah para kiai NU. Tujuan-tujuan politik yang diusahakan oleh Cak Imin, tidak dalam rangka merengkuh politik kekuasaan, namun politik kebangsaan,” katanya.
“Ya, kita perlu belajar dari kiprah Cak Imin, meskipun dengan kontekstualisasi ulang atas konsep dan strategi politik. Rujukan etik, prinsip moral dan kaidah ushul fiqh-fiqh siyasah (fikih politik) yang dipraktikkan Cak Imin menjadi cermin bagi pemimpin masa depan,” sambungnya.
Untuk itu, Eko berharap Cak Imin menjadi Presiden Indonesia pada 2024 mendatang. Menurutnya, Cak Imin telah menjadi momentum santri untuk merumuskan kembali peran-peran strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu tujuannya, tentu agar spirit perubahan ke arah yang lebih baik.
“Saya berharap, pada babak selanjutnya, Cak Imin terpilih sebagai orang nomor satu negeri ini. Bagaimanapun, terpilihnya Cak Imin nanti apabila ditakdirkan sebagai Presiden Republik Indonesia, adalah menjadi stimulan kaum santri agar lebih melek dalam banyak hal,” tukasnya.
Sentimen: positif (99.9%)