Sentimen
Negatif (80%)
24 Jun 2023 : 04.13
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Moskow, Tel Aviv

Kasus: Teroris

Partai Terkait
Tokoh Terkait

9 Update Rusia-Ukraina: Zelensky-Israel hingga 'Kiamat' Eropa

24 Jun 2023 : 11.13 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

9 Update Rusia-Ukraina: Zelensky-Israel hingga 'Kiamat' Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina belum juga usai. Sejumlah perkembangan terjadi sejak Kamis (22/6/2023) hingga Jumat (23/6/2023).

Berikut fakta-fakta baru perang Rusia-Ukraina, seperti dirangkum CNBC Indonesia dari berbagai sumber:

-

-

Rusia Mau Ledakan PLT Nuklir Zaporizhzhia?

Dinas intelijen Ukraina menyebut Rusia sedang mempertimbangkan "aksi teroris" di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini diduduki Moskow. Dinas intelijen Ukraina telah melaporkan hal ini kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis.

"Intelijen telah menerima informasi bahwa Rusia sedang mempertimbangkan skenario aksi teroris di pembangkit nuklir Zaporizhzhia - aksi teroris dengan pelepasan radiasi. Mereka telah menyiapkan segalanya untuk ini," katanya, tanpa merinci lebih lanjut.

Namun Kremlin menepis kabar tersebut. Seperti dilaporkan kantor berita TASS, Rusia menanggapi tuduhan dengan menyebutnya sebagai kebohongan lain.

Zelensky Mohon ke Israel

Ukraina mengungkapkan rasa frustrasinya atas penolakan berkelanjutan Israel untuk memberikan bantuan militer kepada negara tersebut. Teknologi dari negeri Yahudi itu diperlukan untuk memerangi drone Iran yang dikerahkan oleh Rusia sebagai bagian dari invasi Moskow selama 16 bulan.

Berbicara dalam terjemahan dari Kyiv, Andriy Yermak, kepala staf Presiden Volodymyr Zelensky, mengatakan bahwa "tidak ada pihak selain Israel yang dapat menyediakan peralatan untuk memerangi serangan drone Iran."

Yermak mengungkapkan rasa frustrasinya karena Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak secara terbuka mendukung Ukraina, dan berpendapat bahwa kesepakatan senjata antara Rusia dan musuh Israel, Iran, harus memotivasi Israel untuk bergabung dalam pertempuran.

"Kami dapat melihat diktator Kremlin [Presiden Rusia Vladimir Putin] mengambil foto keluarga dengan para pemimpin Iran dan kemudian persenjataan Iran ini digunakan untuk melawan kami dan melawan Anda," kata Yermak, dikutip dari Times of Israel.

"Aku tidak tahu apa lagi yang dibutuhkan," ujarnya.

Pekan lalu, seorang pejabat pertahanan Israel mengatakan Tel Aviv sedang dalam pembicaraan untuk menjual tank Merkava bekas ke dua negara, termasuk satu di Eropa, yang akan menjadi ekspor pertama tank tersebut.

Hubungan dengan Israel sejatinya telah berjalan dengan baik sejak Rusia pertama kali menginvasi Ukraina pada Februari 2022, mengungkapkan solidaritas moral dan kemanusiaan untuk negara yang diperangi itu. Namun, Tel Aviv menolak memberikan senjata.

"Posisi kami 100% berprinsip. Kami tidak pernah melupakan fakta bahwa teman dan saudara Israel kami memiliki musuh yang sama seperti kami. Saya tidak tahu mengapa politisi Israel tidak setuju," kata Yermak.

"Kiamat" Makanan Bakal Terjadi 99%

Duta besar untuk kementerian luar negeri Ukraina, Olha Trofimtseva, mengatakan Rusia 99,9% akan keluar dari Black Sea Grain Initiative ketika perjanjian itu berakhir pada pertengahan Juli mendatang.

"Black Sea Grain Initiative: 99,9% bahwa Rusia akan meninggalkannya pada bulan Juli," kata Trofimtseva, seperti dikutip CNN International.

Dalam postingan Telegramnya, diplomat itu mengatakan ada dua alasan mengapa Rusia akan keluar dari perjanjian tersebut.

Pertama, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang membantu menengahi kesepakatan, kembali menjabat sebagai pemimpin nomor satu negara tersebut. Kedua, Rusia menemukan cara lain untuk mengekspor.

"Ada dua faktor utama menurut saya: Erdogan berhasil memenangkan pemilu. Dmitry Mazepin ... melaporkan kepada Putin bahwa terminal untuk mengekspor amonia dari Rusia hampir selesai, yang berarti pipa amonia Togliatti-Odesa tidak lagi begitu penting," tambahnya.

Mazepin adalah miliarder Rusia, dijelaskan dalam dokumen UE pada tahun 2022 sebagai mantan CEO perusahaan pupuk mineral Uralchem dan anggota lingkaran terdekat Vladimir Putin.

Sementara pipa Togliatti-Odesa digunakan untuk mengekspor amonia dari Rusia melalui Ukraina dan saat ini tidak beroperasi. Sehingga Kremlin telah berulang kali mengatakan tidak ada alasan untuk memperpanjang kesepakatan.

Sejak musim panas lalu, kesepakatan antara kedua belah pihak telah memungkinkan perjalanan kapal yang aman dari Ukraina. Ini adalah pakta besar pertama dan satu-satunya yang dibuat antara pihak yang bertikai sejak perang.

Sebagai bagian dari perannya dalam pakta tersebut, Turki melakukan inspeksi terhadap semua kapal dagang yang melewati Laut Hitam di koridor aman yang ditetapkan secara khusus.

Kesepakatan itu diperpanjang pada bulan Mei, tetapi masih ada pertanyaan apakah itu akan terus dinegosiasikan ulang dan diperpanjang tanpa batas waktu.

Ukraina Tembak 13 Rudal Putin

Serangan kembali terjadi. Pertahanan angkatan udara Ukraina mencegat 13 rudal jelajah Rusia menuju lapangan terbang militer di wilayah Khmelnitskyi barat negara itu.

Serhiy Tyurin, gubernur regional, mengatakan rudal itu ditujukan ke lapangan terbang Viysk dekat Khmelnitskyi. Menurut laporan Reuters pada Jumat, pejabat militer Ukraina mengatakan rudal ditembakkan dari pesawat pengebom Tupolev Tu-95 Rusia di wilayah Laut Kaspia.

Rusia Bunuh 136 Anak Ukraina?

Dewan Keamanan PBB mengatakan dalam sebuah laporan tentang anak-anak dalam konflik bersenjata bahwa Rusia membunuh 136 anak di Ukraina pada tahun 2022. Reuters melaporkan bahwa Rusia ke dalam daftar pelanggar global.

Laporan itu menyebut pasukan Rusia menggunakan 91 anak-anak sebagai tameng manusia, sementara para tentara itu dan kelompok terkait Rusia lainnya melukai 518 anak dan menyerang sekolah dan rumah sakit dengan 480 serangan.

PBB mengatakan pasukan Ukraina membunuh 80 anak, melukai 175 orang dan menyerang sekolah dan rumah sakit dengan 212 serangan. PBB tidak memasukkan nama Ukraina ke dalam daftar pelanggarnya.

Andriy Yermak, kepala kantor Presiden Zelenskyy, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "penjahat perang". Pernyataan ini muncul menyusul laporan PBB di atas.

"PBB menempatkan Rusia dalam daftar yang memalukan karena membunuh anak-anak di Ukraina. Menurut PBB, pada 2022, Rusia membunuh 136 anak. Juga, tentara Rusia dan pejuangnya melukai 518 anak dan melakukan 480 serangan di sekolah dan rumah sakit," tulis Yermak di saluran Telegram resminya.

"Mereka menggunakan 91 anak sebagai tameng manusia. Saya ingin mencatat bahwa Rusia menculik anak-anak Ukraina dan terus membunuh mereka pada 2023," katanya.

"Putin adalah penjahat perang, seperti semua rombongannya, bersama dengan teroris, komandan, dan pelaksana perintah pidana," tambah Yermak.

Putin Kerahkan Nuklir Baru

Putin mengaku akan mengerahkan senjata nuklir baru ke medan tempur. Ia mengatakan bahwa rudal balistik antarbenua generasi baru Sarmat, akan segera dikerahkan untuk tugas tempur.

Putin menekankan pentingnya "tiga serangkai" kekuatan nuklir Rusia yang dapat diluncurkan dari darat, laut, atau udara. ICBM Sarmat diketahui mampu membawa 10 atau lebih hulu ledak nuklir.

"Tugas terpenting di sini adalah pengembangan triad nuklir, yang merupakan jaminan utama keamanan militer Rusia dan stabilitas global," katanya dikutip CNBC International.

"Sudah sekitar setengah dari unit dan formasi Pasukan Rudal Strategis dilengkapi dengan sistem (rudal) Yars terbaru, dan pasukan dilengkapi kembali dengan sistem rudal modern dengan hulu ledak hipersonik Avangard."

"Peluncur Sarmat pertama akan ditempatkan dalam tugas tempur dalam waktu dekat," tambah Putin.

Zelensky "Teriaki" NATO

Kepala kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan lagi bahwa Kyiv harus menjadi bagian dari aliansi NATO. Ini dikatakan di tengah pemberitaan bahwa aliansi militer itu tak akan mengundang Ukraina ke KTT resminya di Vilnius, Juli.

"Ukraina harus berada di NATO," tulis Andrii Yermak di saluran Telegram resminya, menurut terjemahan NBC News.

"Ini akan menyelamatkan Eropa dari perang besar," tambahnya.

Sebelumnya, Sekretaris NATO Jens Stoltenberg mengungkap tak akan memberi Ukraina undangan. Tapi, ia berujar ada konsultasi yang sedang berlangsung.

"KTT Vilnius pada Juli akan menetapkan visi untuk masa depan Ukraina sebagai anggota keluarga Euro-Atlantik yang demokratis dan independen," tambah Stoltenberg.

Zelensky sendiri menuntut ada keputusan yang "jelas" mengenai jalan Ukraina masuk NATO pada KTT di Vilnius. Jika sama sekali tidak ada keputusan soal itu, Zelenskyy memandang tidak ada gunanya hadir dalam pertemuan itu.

Di sisi lain, Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan tak akan terlibat dalam perang Rusia-Ukraina.

"Kita harus bersiap bahwa perang agresi Rusia mungkin memakan waktu lama. Kita sedang bersiap menghadapi hal itu dan kita menyesuaikan kebijakan sesuai dengan itu. Jerman akan mendukung Ukraina selama itu diperlukan," kata Scholz.

Eropa Sanksi Lagi Rusia

Uni Eropa (UE) telah menyetujui paket sanksi ke-11 terhadap Rusia atas perangnya di Ukraina. Presiden UE Swedia menyebut ini Rabu.

"Paket itu mencakup langkah-langkah yang ditujukan untuk melawan pengelakan sanksi dan daftar individu," kata pihak Swedia.

Meski demikian, ia tak menyebutkan sanksi pasti. Namun Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan langkah itu akan memberikan pukulan lebih lanjut ke mesin perang Putin dengan pembatasan ekspor yang diperketat, menargetkan entitas yang mendukung Kremlin.

Mengutip Associated Press (AP) kemungkinan sanksi akan melarang transit barang dan teleologi melalui Rusia. Eropa juga akan membatasi penjualan barang dan teknologi penggunaan ganda yang sensitif ke negara ketiga yang mungkin menjualnya ke Rusia.

Sanksi baru ini juga dikenakan ke 77 orang dan 33 entitas baru. Aset mereka juga dibekukan.

"Kiamat" Energi Eropa

Kiamat energi bakal melanda Eropa tahun depan. Ini terkait diputusnya pasokan gas yang disalurkan melalui pipa dari Rusia ke Uni Eropa (UE) melalui Ukraina.

Di 2024, kontrak transit itu akan berakhir. Perjanjian baru dibutuhkan jika ingin kontrak kembali berjalan normal.

"Kemungkinan kontrak dinegosiasikan tipis," kata Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, dikutip Russia Today dari Financial Times.

"Saya benar-benar tidak dapat membayangkan bagaimana hal itu dapat (dilakukan) secara bilateral," tambahnya.

Ukraina memang menjadi salah satu rute pipa gas yang membawa minyak Rusia ke Eropa, selain pipa Nord Stream dan TurkStream. Kyiv mendapat miliaran dolar untuk biaya transit.

Kontrak ditandatangani sejak 2019 dan berlaku lima tahun antara Rusia dan Ukraina. Berdasarkan kesepakatan, raksasa energi Rusia, Gazprom, mengirimkan 65 miliar meter kubik (bcm) gas melalui Ukraina pada tahun 2020 dan 40 bcm setiap tahun antara tahun 2021 dan 2024.

Meski perang kedua negara pecah Februari 2022, pasokan gas tetap disalurkan. Namun sanksi Barat ke Moskow dan ledakan pipa Nord Stream di laut membuat pasokan berkurang drastis untuk Eropa sejak tahun lalu.

Harga gas sendiri pernah naik signifikan ke titik tertinggi sebesar US$3.600 per 1.000 meter kubik di bulan Agustus. Meski saat ini telah turun.

Diketahui pula, pasokan gas Rusia melalui pipa Ukraina saat ini menyumbang 5% dari ekspor gas Moskow ke Eropa. Gas yang mengalir melalui Ukraina, menurut data dari konsultan energi ICIS, menutupi sekitar setengah dari permintaan Austria pada bulan Mei dan 95% Slovakia.

Sementara itu sejumlah pengamat juga melihat kemungkinan buruk akan terjadi di Eropa. Terutama karena tak mudah memperbarui kontrak di tengah hubungan panas Rusia dan Ukraina.

"Sulit untuk melihat bagaimana Anda memperbarui kontrak ... kedua belah pihak," kata seorang analis di S&P Global Commodity Insights, Laurent Ruseckas.

"Tapi secara teori gas harus terus mengalir jika pembeli Eropa masih menginginkannya dan Rusia siap mengirimkannya," tambahnya.

Kehilangan pasokan gas Rusia juga akan membuat harga melonjak di seluruh benua. Ini akan tetap terjadi meskipun UE meningkatkan pembelian gas alam cair (LNG) dari AS, Norwegia, dan Aljazair.

Rusia merupakan produsen gas alam terbesar kedua di dunia setelah AS. Negeri Putin memiliki cadangan gas terbesar sekaligus pengekspor gas terbesar di dunia.

Pada tahun 2021 Rusia memproduksi 762 juta meter kubik gas alam. Beruang Merah mengekspor sekitar 210 juta meter kubik melalui pipa-pipa.


[-]

-

Putin Menggila Lagi, Rusia Kirim 'Hujan Rudal' ke Ukraina
(sef/sef)

Sentimen: negatif (80%)