Sentimen
Negatif (99%)
12 Jun 2023 : 01.41
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Ambon

Tokoh Terkait

Kisah Gugurnya Slamet Riyadi, Pahlawan Nasional yang Baru Berusia 23 Tahun

12 Jun 2023 : 01.41 Views 3

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

Kisah Gugurnya Slamet Riyadi, Pahlawan Nasional yang Baru Berusia 23 Tahun

POJOKSATU.id, JAKARTA — Slamet Riyadi merupakan salah satu pahlawan nasional. Siapa sangka umurnya masih 23 tahun saat gugur di medan pertempuran di Ambon membela NKRI.

Slamet Riyadi gugur di tangan pemberontak di Kepulauan Maluku tahun 1950 lalu saat memadamkan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Slamet Riyadi terlahir dengan nama Soekamto di Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda, 26 Juli 1927.

Dia adalah putra kedua dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo, seorang perwira pada tentara Kasunanan, dan Soetati seorang penjual buah.


-

Profil Alex Kawilarang Pendiri Kopassus, Sepupu Pejuang Kemerdekaan Daan Mogot

RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pemberontakan RMS didalangi mantan jaksa agung NIT (Negara Indonesia Timur), Soumokil, yang bertujuan mau melepaskan wilayah Maluku dari NKRI.

Lalu Slamet Riyadi dikirim ke garis depan pada tanggal 10 Juli 1950 sebagai bagian dari Operasi Senopati.

Untuk merebut kembali Pulau Ambon, Slamet membawa setengah pasukannya dan menyerbu pantai timur, sedangkan sisanya ditugaskan untuk menyerang dari pantai utara.

Meskipun pasukan kedua mengobarkan perlawanan dengan sengit, pasukan Slamet mampu mengambil alih pantai tanpa perlawanan; mereka kemudian mendaratkan lebih banyak infanteri dan kendaraan lapis baja.

Pada tanggal 3 Oktober, pasukan Slamet bersama dengan Kolonel Alexander Evert (AE) Kawilarang ditugaskan untuk mengambil alih ibu kota pemberontak di New Victoria.

Slamet dan Kawilarang memimpin tiga serangan; pasukan darat menyerang dari utara dan timur, sedangkan pasukan laut langsung diterjunkan di pelabuhan Ambon.

Pasukan Slamet merangsek mendekati kota melewati rawa-rawa bakau, perjalanan yang memakan waktu selama sebulan.

Dalam perjalanan, tentara RMS yang bersenjatakan jungle carbine dan owen gun terus menembaki pasukan Slamet sehingga sering kali membuat mereka terjepit.

Setibanya di New Victoria, pasukan Slamet diserang oleh pasukan RMS.

Ketika Slamet sedang menaiki sebuah tank menuju markas pemberontak pada tanggal 4 November 1950, senjata mesin menembakinya.

Peluru tersebut menembus baju besi dan perutnya. Setelah dilarikan ke rumah sakit kapal di perairan Tulehu, Maluku Tengah, Slamet Riyadi bersikeras untuk kembali ke medan pertempuran.

Para dokter lalu memberinya banyak morfin dan berupaya untuk mengobati luka tembaknya, namun upaya ini gagal.

Slamet gugur pada malam itu juga dan pertempuran berakhir pada hari yang sama.

Slamet lalu dimakamkan di Ambon. Slamet Riyadi gugur di usia yang sangat muda 23 tahun menjelang operasi berakhir.

Atas jasanya terhadap bangsa Indonesia, Slamet Riyadi kemudian dianugerahi pangkat Brigadir Jenderal (Anumerta) TNI.

Kemudian pada 9 November 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Slamet Riyadi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Dia dikukuhkan sebagai pahlawan bersama dengan Adnan Kapau Gani, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66 Tahun 2007.(ikror/pojoksatu)

Sentimen: negatif (99.2%)