Sentimen
Positif (96%)
7 Jun 2023 : 06.45
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Beijing, Tiongkok, Moskow

Kasus: covid-19

Partai Terkait

Mimpi Besar China & Tatanan Dunia Baru di Bawah Xi Jinping

7 Jun 2023 : 06.45 Views 10

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Mimpi Besar China & Tatanan Dunia Baru di Bawah Xi Jinping

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak meninggalkan kebijakan ketat nol-Covid pada akhir 2022, China telah terlibat dalam berbagai kesempatan dengan banyak negara, dari Timur hingga Barat.

Sebut saja KTT di India, latihan militer di Singapura dan Afrika Selatan, kunjungan kanselir Jerman dan presiden Prancis, serta kunjungan Presiden China Xi Jinping sendiri ke Rusia serta Arab Saudi.

Meski para pemimpin Barat telah membahas soal pemisahan atau pengurangan hubungan ekonomi dengan China, negara itu tetap terintegrasi secara mendalam dengan ekonomi dunia. Bahkan, Beijing kini merupakan mitra dagang terbesar lebih dari 120 negara.

-

-

Tak heran jika saat ini China meraih status diplomatik yang sesuai dengan posisinya sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia.

Xi bahkan sempat membahas kebangkitan diplomatik negaranya dalam pidatonya di konferensi PBB dalam memperingati 50 tahun bergabungnya China dengan badan tersebut beberapa waktu lalu.

Ia berbicara tentang komitmen China terhadap tatanan dunia yang ditentukan oleh upaya perdamaian, demokrasi, dan hak kemanusiaan, serta penolakan terhadap unilateralisme, campur tangan asing dan politik kekuasaan.

Pada pertengahan Maret 2023, pada pertemuan dialog antara partai politik global di Beijing, Xi juga memperkuat komitmennya pada prinsip yang sama.

Dalam pidato utamanya, Xi memperkenalkan Inisiatif Peradaban Global (GCI) sebagai cara memformalkan prinsip-prinsip ini dengan tujuan untuk mendorong negara-negara agar "sepenuhnya memanfaatkan relevansi sejarah dan budaya mereka" dan "menghargai persepsi nilai oleh peradaban yang berbeda. dan menahan diri dari memaksakan nilai atau model mereka sendiri pada orang lain".

Dengan Prakarsa Pembangunan Global (GDI) dan Prakarsa Keamanan Global (GSI) yang diusulkan sebelumnya, GCI tampaknya merangkum sebagian besar visi keseluruhan presiden China untuk tatanan internasional yang baru.

Yao Yuan Yeh, dosen studi China di Universitas St Thomas di Amerika Serikat (AS), mengatakan tatanan seperti itu sebagian akan menggantikan dan sebagian membentuk kembali sistem internasional menjadi seperangkat struktur baru yang lebih selaras dengan pandangan dunia Partai Komunis China (PKC).

"Itu akan menjadi tatanan dunia yang tidak membatasi China yang komunis tetapi berkontribusi pada kebangkitannya," katanya, dikutip Al Jazeera, Selasa (6/6/2023).

Diplomasi yang Sukses

Kesediaan pemerintah China untuk terlibat dengan berbagai masalah negara di dunia memang terlihat dalam beberapa bulan terakhir, dan beberapa diplomasi yang dilakukan Beijing pun berhasil mencapai hasil yang saling menguntungkan.

Pada Maret lalu, diplomasi China berperan dalam pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi. Pada bulan yang sama, menteri luar negeri China juga mengunjungi pemimpin kudeta Myanmar Min Aung Hlaing, sementara Xi pergi ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada April, Xi mengadakan panggilan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan, pada Mei, utusannya berusaha membangun dukungan untuk rencana yang dipimpin Beijing untuk mengakhiri perang Rusia di Ukraina.

Beijing juga disebut-sebut sebagai perantara perdamaian potensial di Sudan yang dilanda konflik.

Andy Mok, seorang peneliti senior di Pusat China dan Globalisasi yang berbasis di Beijing, mengatakan bahwa pendekatan China terhadap hubungan internasional ditentukan oleh pola pikir hidup-dan-biarkan-hidup.

"Itu kurang ditentukan oleh nilai-nilai bersama dan lebih ditentukan oleh masa depan bersama," katanya.

Hal itu berarti bahwa sementara negara-negara Barat kadang-kadang mengkondisikan interaksi dan kerja sama pada kepatuhan terhadap seperangkat nilai, China ingin mendasarkan keterlibatannya pada potensi pembangunan dan manfaat masa depan.

Menurut Mok, tatanan dunia Beijing akan ditentukan oleh multipolaritas yang mengatakan China tidak memiliki rencana untuk menjadi kekuatan dominan.

"Saya tidak melihat perubahan dalam tatanan dunia sebagai kasus bos baru menggantikan bos lama," tambahnya.

Mengejar Mimpi China

Tujuan utama China terlibat dalam diplomasi internasional adalah mencapai peremajaan bangsa China yang juga dikenal sebagai Impian Tiongkok. Ini merupakan sebuah visi yang terkait erat dengan Presiden Xi sejak awal masa jabatannya.

Impian China mewakili upaya Beijing untuk mendapatkan kembali prestise, yang dirusak di 'Abad Penghinaan' oleh kekuatan kekaisaran pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan mengubah China menjadi negara maju yang memimpin dunia pada 2049.

Bukan hanya dengan mengembangkan China secara internal, tetapi juga memperluas wilayah di bawah RRC ke wilayah-wilayah yang saat ini berada di luar kendali langsungnya, yang tetap dianggap sebagai bagian dari bangsa China.

Hal ini termasuk wilayah yang disengketakan di sepanjang perbatasan darat dengan India dan Bhutan, kepulauan Senkaku (yang oleh China disebut Diaoyudao) yang dikelola oleh Jepang di Laut China Timur serta sebagian besar Laut China Selatan di mana Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam saling klaim.

Di atas segalanya, peremajaan China berarti penyatuan dengan Taiwan dan Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan Xi tersebut.


[-]

-

Awas Xi Jinping Ngamuk, Negara Ini "Injak-Injak" China
(luc/luc)

Sentimen: positif (96.6%)