Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: UGM
Kab/Kota: Sleman
Semua Capres Mencari Wakil dari NU, Cak Imin Disebut Jadi Penentu
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Sleman, Gatra.com – Pakar politik dari CEO PolMark Indonesia, Eep Saefullah Fattah, menyatakan dalam Pilpres 2024 tidak akan ada tokoh alternatif capres selain nama-nama di bursa saat ini. Kemungkinan pilpres diikuti dua sampai empat kandidat. Namun semua capres akan cenderung mencari wakil dari Nahdlatul Ulama (NU).
“Yang perlu diperhatikan, saat ini ada kecenderungan yang menarik. Ketiga poros yang terbangun punya satu bahasa diskusi politik yang sama. Mencari wakil berbasis Nahdliyin,” kata Eep dalam diskusi ‘Pemilu 2024: Tantangan Repolitisasi dan Menakar Kepemimpinan’ di UGM, Senin (5/6) siang.
Kondisi ini sama seperti Pemilu 2004. Saat itu para capres menggandeng wakil berbasis Nahdliyin. Bagi Eep, diakui atau tidak, indikasi ini menempatkan kalangan Nahdliyin sebagai penentu.
Bedanya, pada 2004, pemilih Nahdliyin belum terkonsolidasi seperti sekarang karena banyak partai yang mengklaim dari NU. Saat ini, karena seleksi politik, hanya ada dua partai, yakni PPP dan PKB, yang memiliki identitas NU.
Dengan begitu, tokoh-tokoh yang memiliki basis dan identitas Nahdliyin seperti Ma'ruf Amin (Wapres), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jatim), Mahfud MD (Menkopolhukam), Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal) dan Cak Imin (Muhaimin Iskandar, PKB) berpeluang besar untuk jadi calon wapres.
“Menurut saya Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo akan mencari-cari dan mengais-gais di basis elektoral Nahdliyin,” jelasnya.
Bagi Eep, hal ini harus diperhatikan semua parpol pengusung. Dari Survei PolMark Research Center di 78 dapil DPR RI pada Januari sampai Maret, Cak Imin menjadi kandidat yang menonjol di Jawa Timur, provinsi yang jadk penentu akhir hasil pilpres di Indonesia.
“Cak Imin hanya berada di bawah Ganjar dan Prabowo dan di atas kandidat lainnya, termasuk Anies dan Khofifah. Jika Cak Imin pintar memainkan political marketing yang tepat dan layak, ia berpotensi menjadi penentu,” ujarnya.
Peneliti Senior Social Research Centre, Departemen Sosiologi UGM, Kuskrido Ambardi, menyebut secara populer kualitas kepemimpinan selalu diartikan sebagai kualitas kepribadian seorang pemimpin, seperti kadar ketegasan, kedisiplinan, kepintaran, kejujuran, dan sejenisnya.
“Yang terlewat adalah kemampuan pemimpin melacak masalah pokok di Indonesia dan memberikan visi inspiratif yang bisa menggerakkan publik. Inilah pentingnya pemimpin mampu mengajak Indonesia, bukan hanya bersibuk dengan basis sosialnya saja,” ujarnya.
Ia menjabarkan, pemilu adalah arena kontestasi para calon pemimpin membangun dukungan dari masyarakat. Ini merupakan penentu atas keterpilihan calon pemimpin.
“Ide dan gagasan yang dimiliki setiap calon pemimpin menjadi nilai yang diadu dalam pemilu sebagaimana seharusnya, bukan sekadar bertumpu pada popularitas tokoh semata,” tutupnya.
40
Sentimen: positif (99.9%)