Sentimen
Negatif (100%)
3 Jun 2023 : 20.43
Informasi Tambahan

Event: vaksinasi

Hewan: Anjing

Kab/Kota: Maumere, Sikka, Lembata

Tokoh Terkait
Imran Pambudi

Imran Pambudi

2 Kabupaten di NTT KLB Rabies, Ini Gejala Khas Penularan pada Manusia

3 Jun 2023 : 20.43 Views 3

Solopos.com Solopos.com Jenis Media: News

2 Kabupaten di NTT KLB Rabies, Ini Gejala Khas Penularan pada Manusia

SOLOPOS.COM - Layanan vaksinasi itu sebagai langkah antisipasi adanya hewan peliharaan warga yang rentan terpapar rabies. (Antara/Budi Candra Setya)

Solopos.com, KUPANG — Pemerhati rabies yang merupakan Sekretaris Komite Rabies Flores dan Lembata, dokter Asep Purnama mengingatkan warga untuk mengetahui gejala khas dari rabies setelah adanya kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) menyusul dua kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dinyatakan KLB (kejadian luar biasa).

“Gejala khas rabies itu takut air dan takut udara. Kalau takut cahaya tidak khas. Sudah muncul gejala, pasti meninggal,” kata dokter Asep ketika dihubungi dari Kupang, Sabtu (3/6/2023), mengutip Antara.

PromosiCucok Bun! Belanja Makeup di Tokopedia Sekarang Bisa Dicoba Meski Lewat Online

Hal itu dia sampaikan menyikapi adanya kejadian luar biasa (KLB) rabies yang ditetapkan pada dua kabupaten di NTT yakni Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Dia menyebut sudah enam kasus kejadian meninggal karena rabies di dua kabupaten tersebut selama Mei 2023.

Dokter Asep menjelaskan pentingnya pengetahuan tentang gejala khas dari kasus rabies untuk membuat masyarakat waspada dan segera melakukan penanganan pertama yang tepat apabila ada gigitan.

Apabila ada gigitan HPR, virus akan masuk melalui liur dan melakukan replikasi di tempat gigitan. Virus rabies akan menginfeksi saraf atau sistem saraf perifer, kemudian bergerak secara retrograde.

Selanjutnya virus melakukan replikasi dan bergerak ke atas menuju otak. Kemudian virus menginfeksi otak lalu bergerak dari otak melalui saraf menuju ke beberapa jaringan seperti mata,ginjal, dan kelenjar air liur.

“Begitu virus masuk lewat gigitan, segera cuci. Luka risiko tinggi, perjalanan ke otak cepat, diberikan SAR supaya bisa segera menahan atau menetralkan virus sehingga tidak sampai berlanjut replikasi ke sistem saraf pusat,” katanya menjelaskan.

Dokter Asep mengatakan penularan virus rabies bisa diputus apabila HPR khususnya anjing telah mendapatkan vaksin.

Selain itu, penatalaksanaan yang tepat seperti cuci luka dan pemberian vaksin anti rabies atau serum anti rabies sesuai indikasi merupakan salah satu langkah penanganan rabies.

“Rabies memang mematikan, tapi bisa dicegah dengan tatalaksana gigitan HPR. Tapi kalau sudah muncul gejala rabies, takut air, takut udara, itu susah. Jadi jangan sampai ada gejala,” katanya mengingatkan.

Berdasarkan data yang dia sampaikan, kasus kematian karena rabies tertinggi pada 2019 sebanyak 15 kasus.

Angka itu menurun menjadi lima kasus pada tahun 2020, lalu empat kasus pada tahun 2021.

Namun, angka kematian karena rabies kembali meningkat pada 2022 sebanyak sembilan kasus. Lalu, ada enam kasus yang terhitung dari bulan Januari sampai Mei 2023.

“Baru lima bulan saja di tahun ini sudah ada enam kasus kematian. Kita harus tekan angka ini,” kata dokter spesialis penyakit dalam yang bertugas di RSUD T. C. Hillers Maumere ini.

Mengutip laman Kemenkes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr. Imran Pambudi, mengatakan sebagai langkah pertolongan pertama, jika seseorang digigit hewan penular rabies seperti anjing, maka harus secepatnya cuci luka gigitan dengan sabun/detergen pada air mengalir selama 15 menit, kemudian beri antiseptik dan sejenisnya.

Langkah selanjutnya adalah bawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.

Dikatakan dr. Imran, sebagian besar kematian-kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes).

Mereka merasa hanya gigitan kecil dan tidak berdarah, sehingga mereka datang ke Faskes sudah pada kondisi parah, seringnya itu di atas 1 bulan setelah digigit.

“Artinya kalau sudah satu bulan otomatis kita tidak tahu lagi hewannya seperti apa, dan rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur dr. Imran.

Perlu diketahui, gejala rabies pada manusia di tahap awal gejala yang timbul adalah demam, badan lemas dan lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, dan sering ditemukan nyeri.

Setelah itu dilanjut dengan rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan, cemas, dan mulai timbul fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, dan fotofobia sebelum meninggal dunia.

Sementara gejala hewan yang terkena rabies dapat dicirikan dengan karakter hewan menjadi ganas dan tidak nurut pada pemiliknya, tidak mampu menelan, lumpuh, mulut terbuka dan air liur keluar secara berlebihan. 

Kemudian bersembunyi di tempat gelap dan sejuk, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha, kejang-kejang, dan diikuti oleh kematian. Pada rabies asimtomatik hewan tidak memperlihatkan gejala sakit namun tiba-tiba mati.

 

Sumber: Antara

Sentimen: negatif (100%)