Penas Tani, Mentan Panas Ditanya Soal Ekspor Beras Vietnam
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Padang, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo sempat emosi ketika ditanya soal Vietnam memangkas ekspor berasnya 45 persen mulai 2030 mendatang.
Dia menegaskan, tak semuanya bahan pangan harus dari luar (impor). Terlebih, Indonesia punya alam dan lahan yang memadai, dari pesisir pantai, dataran tinggi, hingga dataran paling rendah bisa ditanami bahan pangan.
"Kita memang tak boleh over confidence, pede. Tapi tanpa input dari siapapun, sepanjang kita kompak menanam, kurang apa alam Indonesia, gak semuanya harus dari luar," tegasnya usai meninjau kesiapan Penas Tani di Padang, Selasa, (30/5).
Selain itu, dia menilai dalam tiga tahun terakhir, beras di Tanah Air juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal itu berdasarkan tiga sumber data, yakni data Badan Pusat Statistik (BPS), standing crop melalui satelit, dan laporan daerah.
"Bahkan 77 tahun beras kita terbesar tahun 2022. Dari tiga data, dan semuanya clear. Makanya inilah hari ini gunanya konsolidasi," ujar Syahrul di hadapan awak media.
Kendati adanya ancaman krisis pangan akibat cuaca ekstrem, dan faktor lainnya, jiwa manusia tak boleh tunduk pada alam. Kebutuhan pangan juga bakal aman sepanjang kondisi baik-baik saja, apalagi Indonesia negara besar.
"Kalau binatang kan cuma punya insting, manusia gak. Sepanjang kau pakai hatimu, kau pakai otakmu, kau punya kebersamaan. Jadi saya tak pernah ragu spanjang kita sehati, dan semua dilakukan atas semua ibadah insyaallah. Maaf kan saya pak gubernur, agak emosi saya ini," selorohnya.
Berulang kali Syahrul menekankan, Indonesia tidak kekurangan pangan. "Harus tidak, harus tidak. Lihat data BPS, jangan tanya Syahrul, data BPS gak percaya?" tanya mantan Gubernur Sulawesi Selatan ni.
Mengutip data BPS, Vietnam pemasok beras impor terbesar ke Indonesia, selain India, Thailand, hingga Pakistan dalam 5 tahun terakhir. Tahun 2022 saja, Indonesia impor beras dari Vietnam mencapai 81.828 ton.
"Siapa yang mengimpor, Kementan? Itu cari jawaban itu, kau yang jawab itu, jangan bandingkan di sini. Ya, mungkin karena ada inflasi, banyak lagi yang lainnya. Tapi kalau saya, selagi bisa dikendalikan kenapa emang?," tegasnya lagi.
Sebelumnya, terkait alek Pekan Nasional (Penas) XVI Petani dan Nelayan Indonesia (Tani) pada 10-15 Juni 2023 ini, dia berharap bisa menjadi bagian konsolidasi strategis dalam menjaga ketahanan pangan nasional ke depan.
Pasalnya, ketahanan pangan dalam ancaman krisis. Tak hanya faktor iklim yang ekstrem, seperti dampak fenomena iklim El Nino berpotensi memberi ancaman kekeringan yang cukup parah terhadap pertanian, tapi juga adanya ketegangan politik di berbagai belahan dunia.
"Penas Tani tahun ini mesti menjadi puncak komunikasi emosional, yang menyatukan visi dalam menghadapi tantangan pangan ke depan, bukan hanya konsepsi atau idealisme saja," pungkasnya.
52
Sentimen: positif (48.5%)