Bos Antam Buka-bukaan, Alasan China Jadi 'Raja' Hilirisasi RI
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Antam Tbk, Nico Kanter membeberkan alasan China menjadi investor terbanyak pada hilirisasi pertambangan di Indonesia. Salah satunya adalah karena majunya negara China dalam penelitian dan pengembangan hilirisasi pertambangan.
Nico mengungkapkan bahwa negara China maju dalam hal Research and Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan hilirisasi. Dana yang digelontorkan China untuk hilirisasi pun, kata Nico, sangat besar untuk program tersebut.
Dari sana akhirnya Indonesia banyak memiliki investor dari Negeri Tirai Bambu itu di proyek hilirisasi pertambangan RI. "Kalau saya, ini pendapat pribadi, saya melihat China ini mereka satu, mereka bukan hanya R&D nya, kalau dilihat budget R&D di China mereka besar sekali. Mereka mau belajar dari apa yang sudah ada," jelas Nico kepada CNBC Indonesia dalam program Earning Report, dikutip Rabu (24/5/2023).
Adapun, Nico melanjutkan, alasan kedua Negara China banyak menjadi investor hilirisasi di Indonesia adalah karena negara tersebut berani dalam pengambilan risiko. Nico menilai China tidak perlu memikirkan pasar pada komoditas yang diinvestasikan.
"Kedua mereka lebih berani dan mereka itu mengambil risiko cepat. Mungkin market-nya mereka nggak perlu mikir market apa, because they can take it. Apa yang diproduksi, mereka mau ambil," tambahnya.
Selain itu, teknologi yang dimiliki negara China lebih baik. Nico menyebutkan bahwa China banyak melakukan improvisasi teknologi hilirisasi.
"Mereka teknologi juga terus improve, dari sisi biaya, capital, juga terus efisien. Itulah yang kalau dibilang di smelter atau apa, kepentok-pentok akhirnya lihat China teknologi yang ada," tandasnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi China ke Indonesia pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 45 triliun dengan kurs Rp 15.000/US$. Nilai tersebut lebih tinggi dari Singapura sebesar US$ 2,7 miliar.
Dibandingkan kuartal IV-2021 yang hanya US$ 900 juta, nilai investasi China melesat sekitar 230%.
Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Oktober - Desember 2022 sebesar Rp 175,2 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 139,6 triliun. Sehingga totalnya mencapai Rp 314,8 triliun.
Dari total nilai PMA kuartal IV-2022, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi yang paling banyak mendapat kucuran modal, senilai US$ 2,5 miliar. Disusul industri kimia dan farmasi sebesar US$ 1,8 miliar, dan pertambangan di urutan ketiga sebesar US$ 1,7 miliar.
Indonesia yang sedang memulai hilirisasi industri dikatakan menjadi daya tarik bagi China.
"Nampaknya China akan semakin berperan besar ke depan. Indonesia tengah fokus ke program hilirisasi dan mereka tertarik dengan program tersebut," tutur Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia.
[-]
-
Gambaran Hilirisasi RI: Uang China, Balik Lagi ke China(pgr/pgr)
Sentimen: netral (76.2%)