Sentimen
Negatif (72%)
27 Mei 2023 : 13.25
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kab/Kota: Bogor, Blitar, Wina

Tak Kesampaian di Batu Tulis Bogor, Soekarno Dimakamkan di Samping Ibunda di Blitar

27 Mei 2023 : 13.25 Views 2

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

Tak Kesampaian di Batu Tulis Bogor, Soekarno Dimakamkan di Samping Ibunda di Blitar

POJOKSATU.id, JAKARTA — Wasiat Soekarno agar dimakamkan di daerah Priangan, Jawa Barat, tak kesampaian. Sang Proklamator malah dimakamkan di Blitar di samping ibundanya.

Soekarno pernah berpesan pada Ratna Sari Dewi, istrinya saat itu, kelak jika wafat, dia ingin dimakamkan di daerah Priangan, tepatnya di bawah pohon rindang dengan gemercik air mengalir di bawahnya.

Kemungkinan tempat yang dimaksud Soekarno adalah Istana Batu Tulis, Bogor.

Istana Batu Tulis ini menjadi tempat pengasingan Bung Karno di awal pemerintahan Orde Baru.


Lokasinya tak jauh dari Istana Bogor, kediaman resmi Presiden Jokowi saat ini.

-

Wasiat Bung Hatta Dimakamkan di Tempat Kuburan Rakyat Biasa

Soekarno meninggal pada 21 Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, pada usia 69 tahun.

Ketika Soekarno mangkat, Soeharto masih berjibaku dengan konsolidasi kekuasaan.

Di sisi lain, pengaruh Soekarno yang juga Proklamator Kemerdekaan Indonesia itu masih sangat kuat di hati rakyat.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai Soeharto masih merasa terancam oleh pengaruh kuat Soekarno.

Bahkan, setelah Soekarno meninggal dunia.

Asvi, dalam buku Bung Karno Dibunuh Tiga Kali, meyebut Soeharto merasa tidak nyaman meskipun telah mengucilkan Soekarno sebagai tahanan politik di Wisma Yaso sejak 1967.

Ketika Soekarno meninggal, Soeharto memutuskan memakamkannya di Kota Blitar, Jawa Timur, melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1970 tertanggal 21 Juni 1970.

Para peneliti dan pengamat termasuk Asvi melihat keputusan itu merupakan upaya menjauhkan Soekarno dari pusat kekuasaan di Jakarta serta basis pendukungnya di Jawa Barat.

Keputusan yang lebih didasarkan pada pertimbangan politik dan tidak melibatkan pertimbangan pihak keluarga Bung Karno.

Padahal, seperti ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno telah berwasiat tentang lokasi pemakamannya di daerah Priangan (Parahyangan) atau Jawa Barat.

Banyak yang menginterpretasikan lokasi itu antara Kebun Raya Bogor atau Istana Batu Tulis Bogor.

Darah Tinggi dan Ginjal

Menurut beberapa sumber, presiden pertama Indonesia itu telah memiliki penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit ginjal selama lima tahun terakhir sebelum meninggal.

Bahkan sebelumnya, pada 1961 dan 1964, Sang Proklamator pernah dirawat di Wina, Austria karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.

Kondisinya semakin memburuk, terlebih ketika sudah tidak menjabat sebagai presiden.

Sebelum tutup usia, Sukarno sempat mengalami koma pada pukul 3:50 dan tutup usia pada pukul 07.00.

Mengenai kondisi kesehatan rutin hingga wafatnya Sukarno, Mahar Mardjono, selaku ketua tim dokter kepresidenan melaporkan melalui komunike medis.

Isi dari laporan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Pada 20 Juni 1970, pukul 20.30 WIB, Ir Sukarno mengalami penurunan kesehatan dan semakin memburuk.

(2) Pukul 03.50 WIB pagi tanggal 21 Juni 1970, Soekarno tidak sadarkan diri hingga akhirnya pada pukul 07.00 WIB dinyatakan meninggal dunia.

(3) Tim dokter berusaha untuk mengatasi kritis yang dialami Soekarno secara terus menerus hingga Soekarno menghembuskan nafas terakhir.

Setelah dinyatakan wafat, Ratna Sari Dewi, istri Sukarno memutuskan untuk memindahkan jenazah Soekarno ke Wisma Yasso.

Bung Karno pernah berpesan kelak apabila wafat, jenazahnya ingin dimakamkan di daerah Priangan, Jawa Barat, tepatnya di bawah pohon rindang dengan gemercik air mengalir di bawahnya.

Pada faktanya, Sang Proklamator ini dimakamkan di samping makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai, di pemakaman umum Karang Mulyo, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur. (ikror/pojoksatu)

 

Sentimen: negatif (72.7%)