Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Tiongkok
Tokoh Terkait
Ma'ruf Amin Minta Anak Muda Jangan Tunda Nikah
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengimbau anak muda di Indonesia agar tidak menunda pernikahan. Pasalnya, hal itu berpengaruh pada produktivitas masyarakat di Tanah Air.
Dia mengungkapkan, pernikahan yang disegerakan mampu menjaga keseimbangan produktivitas masyarakat. Jika tidak, akan ada lebih banyak orang tua dibandingkan dengan anak muda nantinya, sehingga produktivitas menurun.
"Jadi anjurannya itu supaya diadakan untuk keseimbangan, jadi jangan menunda nikahnya gitu. Kalau tidak, prediksinya nanti yang banyak yang tua, nanti yang muda, yang produktif itu rendah," kata Ma'ruf Amin kepada wartawan usai menghadiri Musrenbangnas RKP 2024 dan Peluncuran Proyeksi Penduduk 2020-2050, Selasa, 16 Mei 2023.
"Lalu tadi prediksinya itu kita bisa kalah dengan Nigeria dan Pakistan, pertumbuhannya nanti. Jadi satu ketika pertumbuhannya harus di(genjot), tetapi pada saat yang lain harus ada keseimbangan," tuturnya menambahkan.
Baca Juga: Wamendagri Gugat Rumah Sakit Pondok Indah Rp23 Miliar Perkara Anak di Luar Nikah
Selain itu, dalam acara tersebut, Ma'ruf Amin sempat menyinggung terkait bonus demografi yang dinilai bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Bahkan, beberapa negara yang tercatat berhasil memanfaatkan bonus demografinya berhasil pula meningkatkan PDB per kapitanya hingga 3 kali lipat.
"Bagi Indonesia, tentu ini menjadi peluang emas, di mana bonus demografi yang ada bisa dioptimalkan untuk memacu PDB perkapita, agar Indonesia dapat masuk ke dalam kategori upper middle income country di tahun 2025," ucapnya.
"Oleh karena itu, dokumen proyeksi penduduk 2020-2050 yang hari ini diluncurkan harus menjadi rujukan bagi Kementerian dan Lembaga serta Pemerintah Daerah untuk menyusun program-program yang dapat mengoptimalkan potensi bonus demografi tersebut," ujar Ma'ruf Amin menambahkan.
Proyeksi Penduduk 2025Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa hasil proyeksi total penduduk Indonesia 2020-2050 dengan skenario trend business as usual akan mencapai 324 juta pada tahun 2045, tepatnya bertambah 54,42 juta orang.
“Pertumbuhan penduduk periode 2020-2050 rata-rata sebesar 0,67 persen (pada 2045), setiap tahun melambat terus. Proporsi penduduk usia 0-14 tahun turun dari 24,56 persen pada tahun 2020 menjadi 19,61 persen pada tahun 2045, sementara penduduk usia 65 tahun ke atas naik dari 6,16 persen menjadi 14,61 persen pada tahun 2045,” tuturnya.
Pihaknya bersama Badan Pusat Statistik (BPS) pun telah melakukan perhitungan proyeksi penduduk 2020-2050 dengan tiga skenario. Pertama, skenario trend business as usual tanpa ada kebijakan.
Baca Juga: Kemenag Targetkan Buku Nikah Beralih ke Digital Tahun Ini
Hasil dari skenario tersebut adalah Total Fertility Rate/TFR (rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksi) tterus menurun hingga 1,9 poin pada tahun 2045 yang diiringi Infant Mortality Rate (IMR) (angka kematian bayi) mencapai 7,85 poin.
Skenario kedua adalah moderat dengan menargetkan TFR berada di angka 2,0 poin dengan nilai IMR mencapai 5,8 poin.
“Terakhir adalah skenario optimis. Skenario ini yang akan kita capai dengan menargetkan usia harapan hidup sebesar 80 tahun yang sederajat dengan negara-negara maju. Nilai TFR di jaga pada angka 2,0 dan infant mortality rate mencapai 4,2,” ujar Suharso Monoarfa.
Pada saat ini, perubahan struktur penduduk dikatakan sedang mengalami perubahan yang sangat cepat. Pada 2023, India menjadi negara dengan penduduk terbanyak menggantikan Tiongkok yang diperkirakan sudah mengalami pertumbuhan penduduk negatif sejak tahun 2021.
Adapun Indonesia pada tahun 2020 masih menjadi negara penduduk keempat terbesar di dunia. Namun, pada tahun 2045, posisi Indonesia menurun ke peringkat ke-6 karena pertumbuhan penduduk mulai melambat sejak tahun 2030-an.
“Posisi ke-4 dan ke-5 akan ditempati oleh Nigeria dan Pakistan,” ucap Suharso Monoarfa.***
Sentimen: positif (66%)