Sentimen
Negatif (96%)
18 Mei 2023 : 18.41

Risiko Gagal Bayar Utang AS Bakal Ancam Ekonomi Global

18 Mei 2023 : 18.41 Views 2

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Risiko Gagal Bayar Utang AS Bakal Ancam Ekonomi Global

Krjogja.com - AMERIKA SERIKAT - Risiko default pada utang Amerika Serikat dikhawatirkan dapat menambah tantangan pada ekonomi global yang sudah melambat, ditambah kenaikan suku bunga dan tingkat utang yang tinggi telah menghambat investasi.

Hal itu disampaikan oleh Presiden Bank Dunia David Malpass dalam pertemuan pejabat negara anggota G7 di Jepang.

Mengutip US News, Senin (15/5/2023) Malpass dalam pertemuan G7 menyerukan pentingnya untuk menaikkan batas utang AS dan mencegah dampak negatif dari potensi gagal bayar utang.

"Jelas, tekanan di negara ekonomi terbesar dunia itu akan berdampak negatif bagi semua orang," ujarnya.

"Dampaknya akan buruk jika tidak menyelesaikannya," sebut Malpass.

Namun Malpass yakin, kebuntuan mengenai peningkatan batas utang AS sebesar USD 31,4 triliun akan diselesaikan. "Ada energi yang jelas dari AS untuk menyelesaikannya dan itu dinyatakan," katanya.

Congressional Budget Office sebelumnya telah memperingatkan "risiko signifikan" dari gagal bayar utang AS dalam dua pekan pertama bulan Juni tanpa kenaikan plafon utang, dan mengatakan operasi pembayaran Departemen Keuangan AS masih tidak pasti sepanjang bulan Mei 2023.

Malpass mengungkapkan, sudah ada diskusi selama pertemuan G7 tentang perlunya meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan, serta juga menangani utang yang tinggi yang dihadapi semakin banyak negara.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi menurun di bawah 2 persen pada 2023, dan bisa tetap rendah selama beberapa tahun.

Salah satu tantangan besar adalah bahwa negara-negara maju telah mengambil begitu banyak utang sehingga membutuhkan banyak modal untuk membayarnya, menyisakan terlalu sedikit investasi untuk negara-negara berkembang, menurut Malpass.

"Dan itu berarti periode pertumbuhan lambat yang berkepanjangan. Itu merupakan kekhawatiran besar, dan terutama bagi masyarakat di negara-negara miskin," pungkasnya.

"Dunia berada dalam titik stres, tapi menurut saya sistem keuangan bertahan. Pertanyaan besarnya adalah pertumbuhan, bagaimana Anda mendapatkan lebih banyak pertumbuhan dan produktivitas," imbuh David Malpass.

Dalam kesempatan itu, Malpass juga mendesak restrukturisasi utang negara-negara yang telah meminta bantuan, dan menyambut "beberapa kemajuan" di Ghana, negara keempat yang meminta bantuan di bawah Kerangka Kerja Bersama negara G20.

Selain itu, dia juga menyambut baik kemajuan yang dibuat selama dua pertemuan pertama dari Global Sovereign Debt Roundtable baru yang mencakup China, kreditur negara terbesar di dunia, dan kreditor sektor swasta.(*)

Sentimen: negatif (96.9%)